EDITORIAL JAKARTASATU: Mimpi Ki Hajar Dewantara dan Pendidikan Kita
HARI Pendidikan Nasional bukan sekadar seremoni tahunan. Ia adalah momen refleksi: sudahkah kita, bangsa yang besar ini, memberikan makna sejati bagi kata “pendidikan”?
Sudahkah mimpi Ki Hajar Dewantara—pendidikan yang memerdekakan manusia—menemukan tempatnya dalam sistem kita hari ini? Jawabannya getir: kita belum benar-benar merdeka.
Meski jargon “Merdeka Belajar” kini menghiasi ruang-ruang sekolah, namun realitas pendidikan masih tertatih. Di banyak tempat, sekolah masih menjadi institusi yang menekan, bukan membebaskan. Guru dibebani laporan administratif lebih dari membina karakter siswa. Murid dipaksa mengejar nilai, bukan makna.
Pendidikan kita seolah terjebak pada kompetisi kosong, bukan kolaborasi untuk kemajuan bersama. Ketimpangan masih mencolok. Anak-anak di pelosok negeri belum menikmati akses yang sama dengan anak-anak di kota besar.
Teknologi yang seharusnya menjadi jembatan, justru memperlebar jurang. Di tengah gempuran digital, budaya baca merosot, dan mental anak-anak makin tertekan oleh beban tak kasatmata.
Ki Hajar Dewantara pernah berkata, “Pendidikan adalah usaha untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak-anak agar mencapai kesempurnaan hidup.”
Tapi kini, pendidikan cenderung menjadi proyek besar tanpa arah moral yang kuat. Apakah kita sedang melahirkan generasi pembelajar atau hanya pencari gelar? Sudah saatnya kita kembali pada ruh pendidikan sebagai pembebas.
Kurikulum boleh berganti, tetapi jika nilai-nilai kemandirian, kebebasan berpikir, dan cinta tanah air tidak ditanamkan sejak dini, maka kita hanya mencetak lulusan, bukan manusia merdeka. Pendidikan adalah urusan semua, bukan hanya negara. Orang tua, guru, komunitas, media, hingga pegiat sosial harus terlibat aktif membangun ekosistem pendidikan yang sehat, kritis, dan inklusif.
Di Hari Pendidikan Nasional ini, mari kita jujur: Pendidikan kita belum selesai. Tapi mimpi Ki Hajar belum padam. Kita hanya perlu keberanian—untuk berjalan lebih tegak, berpikir lebih merdeka, dan mendidik dengan hati yang berpihak pada masa depan. Tabik..!!! (ED-JAKSAT)