JAKARTASATU.COM– Mantan Menteri Pendidikan dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan memberikan penjelasan mendalam mengenai fenomena keluarga miskin yang memiliki banyak anak. Melalui unggahan di media sosial, Anies mengajak publik memahami akar masalah ini sekaligus memaparkan solusi sistemik yang pernah dijalankannya.
Anies menjelaskan bahwa keputusan memiliki banyak anak dalam keluarga miskin sering kali merupakan strategi bertahan hidup, bukan sekadar pilihan bebas. “Ketika tidak ada jaminan sosial, pensiun, atau tabungan, anak menjadi satu-satunya aset yang bisa diandalkan untuk merawat orang tua di masa tua atau menopang ekonomi keluarga,” tulisnya di akun X-nya.
Ia menekankan bahwa fenomena ini harus dipahami sebagai respons terhadap sistem yang gagal, bukan untuk dihakimi. “Yang terlihat sebagai ‘masalah’ sering kali adalah akibat dari sistem yang lebih dulu bermasalah,” ujarnya.
Menanggapi berbagai komentar warganet, Anies menjelaskan bahwa empati bukan berarti meromantisasi kemiskinan. “Empati adalah memahami tanpa menghakimi, sebagai langkah awal untuk mencari solusi,” tegasnya.
Ia juga merekomendasikan buku The Broken Ladder karya Keith Payne yang menjelaskan bahwa kemiskinan tidak hanya tentang uang, tetapi juga perasaan tidak aman, tidak dihargai, dan tidak memiliki kendali atas hidup.
Anies memaparkan sejumlah program konkret yang dilakukannya selama memimpin DKI Jakarta, dengan pendekatan berbasis empati dan solusi sistemik:
- Jaminan Sosial dan Kesehatan
- Perluasan kepesertaan BPJS hingga seluruh warga Jakarta terlindungi.
- Program Kartu Lansia Jakarta untuk memberikan jaminan hari tua.
- Pemberdayaan Ekonomi
- Pasar Murah, Jakpreneur, dan subsidi pendidikan agar warga tidak bergantung pada anak sebagai “investasi sosial”.
- Transportasi umum gratis (JakLingko) untuk memudahkan mobilitas warga.
- Akses Hiburan dan Edukasi
- Pembangunan ratusan taman kota dan ruang publik seperti revitalisasi Kota Tua.
- Sosialisasi keluarga berencana dan edukasi kesehatan reproduksi oleh Dinas PPAPP dan Dinkes.
“Kemiskinan adalah masalah struktural, sehingga solusinya harus sistemik, bukan sekadar bantuan karitatif,” jelas Anies.
Anies juga mengingatkan visi-misi pasangan AMIN (Anies-Muhaimin) dalam Pemilu 2024 yang menawarkan solusi menyeluruh, mulai dari penguatan ekonomi keluarga hingga keadilan antargenerasi. “Keadilan sosial adalah perjuangan panjang yang harus dimulai dengan kebijakan tepat,” tegasnya.
Anies menutup dengan pesan agar masyarakat melihat kemiskinan dengan welas asih, bukan cemoohan. “Hidup bermartabat adalah hak semua orang. Mari bersama memperbaiki sistem yang selama ini membebani yang paling lemah,” tandasnya.
Tanggapan publik beragam, dengan banyak netizen mengapresiasi penjelasan rinci Anies, sementara sebagian lain mempertanyakan efektivitas kebijakannya di masa lalu. Diskusi ini kembali menyoroti pentingnya pendekatan holistik dalam mengatasi kemiskinan. (RIS)