Editorial JAKARTASATU: “Bersatu Demi Bangsa, Bukan Demi Kursi.”
Kemenangan Prabowo-Gibran mestinya menjadi titik akhir pertarungan panjang Prabowo menuju kursi RI-1. Namun politik Indonesia tidak pernah sederhana. Justru setelah kemenangan itu, publik menyaksikan fragmentasi serius di tubuh purnawirawan TNI/Polri.
Ada yang tetap mendukung Prabowo dengan sikap kritis—bahkan menyerukan pemakzulan Gibran. Ada juga yang menyatakan dukungan penuh tanpa syarat, dengan klaim sebagai satu-satunya organisasi resmi purnawirawan.
Pertanyaannya: apa benar kini para purnawirawan terbelah? Dan lebih penting lagi: siapa yang sedang bermain di balik layar?
Kita tidak bisa memungkiri satu hal: katanya Geng Solo belum selesai. Lingkar kekuasaan yang dibentuk Jokowi selama dua periode kepemimpinan masih beroperasi, bahkan semakin kuat. Gibran adalah simbolnya. Ia bukan hanya Wapres terpilih, tapi juga representasi dari kekuasaan yang ingin diperpanjang, baik secara simbolik maupun struktural.
Dalam skenario ini, Prabowo memang menang, tapi seperti dikepung. Para loyalisnya mulai kehilangan tempat. Yang tampil ke depan adalah wajah-wajah lama yang membentuk barisan “setia” di sekelilingnya, tapi sejatinya membawa agenda lama: memastikan pengaruh Jokowi tak tergoyahkan?
Wahai para purnawirawan, kalian pernah bersaudara di bawah panji Merah Putih. Maka berdamailah, jangan semua merasa paling benar. Karena jika kalian gagal menunjukkan kedewasaan, maka yang rugi bukan hanya Prabowo, bukan hanya Gibran, tapi bangsa ini.
Indonesia terlalu besar untuk dipertaruhkan demi gengsi kekuasaan. Saatnya kembali ke prinsip: setia pada negara, bukan pada kekuasaan siapa pun.
Justru kemenangan publik menyaksikan fragmentasi serius di tubuh purnawirawan TNI/Polri. Ada yang tetap mendukung Prabowo dengan sikap kritis—bahkan menyerukan pemakzulan Gibran. Ada juga yang menyatakan dukungan penuh tanpa syarat, dengan klaim sebagai satu-satunya organisasi resmi purnawirawan.
Kelompok kedua ini dipimpin tokoh-tokoh lama seperti Agum Gumelar dan Wiranto—dua nama yang tidak asing dalam dinamika kekuasaan Orde Baru dan Reformasi. Mereka kini kembali tampil di panggung, bukan sekadar sebagai penonton, tapi sebagai pemain yang membawa bendera dukungan ke Prabowo-Gibran, sambil menyisihkan suara-suara kritis di tubuh militer yang dulu pernah mereka bela.
Pertanyaannya: mengapa kini para purnawirawan terbelah? Tapi ini bukan soal belas kasihan. Ini soal arah bangsa. Indonesia mau dibawa ke mana? Jika kekuasaan dijaga oleh kelompok-kelompok yang anti-kritik dan menyingkirkan siapa pun yang tidak sejalan, maka kita tidak sedang melanjutkan demokrasi. Jangan lah Kita sedang membangun dinasti.
Lalu Rakyat tahu membedakan siapa patriot sejati, dan siapa yang sekadar menjilat untuk tetap dapat tempat. Dan sejarah, cepat atau lambat, akan mencatat siapa di antara mereka yang benar-benar menjaga Republik ini—dan siapa yang merusaknya dengan wajah senyum dan dalih stabilitas.
“Semua untuk bangsa. —tapi membawa bangsa pada kebobrokan dan keterbelakangan. adalah tapi jangan korbankan masa depan. Bersaudara, berdamailah. Jangan semua merasa paling benar”. “Bersatu Demi Bangsa, Bukan Demi Kursi.” TABIK.. (ED-jaksat)
Damai Lubis: Bareskrim Overlap andai Menetapkan Status Tersangka kepada Roy Cs
JAKARTASATU.COM-- Pengamat Politik dan Mujahid 212 yang juga merupakan Koordinator Tim Pembela Ulama dan...
Setuju Dengan Rismon, Muslim Arbi: Kasus Ijazah Palsu Jokowi Dibawa ke Pengadilan HAM Internasional
JAKARTASATU.COM-- Direktur Gerakan Perubahan dan Wakil Ketua TPUA, Muslim Arbi menyatakan...
Signal Genting Ekonomi Q1/2025, Alarm Keras Bagi PemerintahOleh: Anthony Budiawan – Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, pertumbuhan...
CBA Meminta KPK dan BPK Audit Tunjangan Perumahan DPRD Kabupaten Bogor 2019–2024
JAKARTASATU.COM-- Center for Budget Analysis (CBA) menyoroti alokasi anggaran tunjangan perumahan DPRD Kabupaten...
Beathor Suryadi: UGM Menceburkan Diri dalam Politik Kotor Dugaan Ijazah Palsu Jokowi
JAKARTASATU.COM-- Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Beathor Suryadi kembali membuat pernyataan terkait...