KEPALSUAN
Oleh : Girarda
Pemerhati sosial
Cerita tentang ijazah palsu terus bergulir. Sesuatu yang sederhana bila ijazah asli ditunjukkan kepada yang ingin melihatnya. Menjadi rumit tatkala yang asli tidak bisa nongol setiap saat, tapi yang muncul malahan tuduhan pencemaran. Lah jaka sembung, kagak nyambung.
Selain ijazah palsu sebelumnya juga ada berita cetak uang palsu dalam jumlah fantastis. Ada juga pupuk palsu. Ada air zamzam palsu. Ada obat palsu. Dan lain lain.
Banyak sekali hal-hal palsu yang ada di sekitar kita. Apakah kita cukup terbiasa menerima hal palsu. Ataukah kita sendiri juga palsu, tidak otentik. Kita yang linglung terpapar informasi yang deras mengalir via medsos. Kita yang tidak sempat merenung dan mengendapkan informasi untuk membentuk jati diri. Kita yang ikut arus tahu banyak tapi tidak tahu mendalam, tidak tahu mana esensi. Kita yang linglung membenarkan yang apa kata mayoritas medsos viral. Palsu atau tidak palsu menjadi tidak penting. Atau jangan-jangan kita sibuk mengisi hari-hari demi sesuap nasi. Atau juga kita sibuk mengisi hari-hari demi mengejar kemewahan kehidupan.
Asli atau palsu kelihatannya bukan masalah serius dalam kehidupan berbangsa. Apakah asli atau palsu penegak hukum pro aktif merawat yang asli dan memberantas yang palsu, tanpa menunggu laporan-laporan?.
Apabila kita bercita-cita untuk mencapai Indonesia emas atau Indonesia maju, salah satu pondasi yang perlu dirawat dan dikembangkan adalah kita cinta yang asli, yang didapatkan dengan perjuangan dan kejujuran. Kita tolak dan benci kepalsuan dan kebohongan. Kita terima realita walaupun menyedihkan.