Hizbullah Indonesia:
REZIM DRAKULA PASTI GAGAL (7): Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Terbelah-belah: Situasi Sangat Berbahaya Bagi NKRI Dengan Bangkitnya PKI Gaya Baru…
Sri-Bintang Pamungkas
Tidak kurangnya saya dan teman-teman lain banyak menyeru, bahwa kekuatan utama Indonesia itu terletak pada, selain (1) posisi strategis wilayahnya sebagai Negara Kepulauan terluas satu-satunya di antara Benua-benua dan Samudera-samudera; (2) Kekayaan alamnya yang melimpah ruah tiada duanya, juga karena (3) Umat Islamnya yang terbesar di Dunia; serta (4) Angkatan Bersenjatanya…
Tentulah kita tidak bisa mengabaikan berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, NKRI bisa memproklamasikan Kemerdekaan 1945. Tentu pula tidak bisa kita melepaskan diri dari jasa para Founding Fathers yang telah berjuang dengan segenap jiwa dan raga, mati-matian, mengusir penjajah hingga membawa Bangsa Indonesia sampai di Gerbang Kemerdekaan 1945.
Tetapi, justru karena posisi wilayah kita sebagai Negara Kepulauan besar dengan Kekayaan Alamnya yang luar biasa itu Indonesia menjadi rentan dari berbagai ancaman dari Negara-negara lain, khususnya para Super Powers. Juga ancaman dari Barat dan Pengkhianat Dalam Negeri yang masih saja menganggap umat Islam sebagai musuh. Mereka tidak henti-hentinya melemahkan dan mengancam Kedaulatan NKRI untuk menguasainya… bahkan sejak sebelum Republik Kemerdelaan 1945 ini diproklamasikan!
Saya bilang berkali-kali, bahwa mereka itu termasuk di dalam apa yang saya sebut sebagai PKI Gaya Baru…. Mengingat, bahwa pada tahun 1926 PKI Semaun melakukan pemberontakan terhadap Belanda untuk mendahului Pikiran Kemerdekaan yang dibawa Soekarno-Hatta. Kegagalan Semaun menyebabkannya dipanggil oleh Joseph Stalin, pimpinan Komunis Internasional dari Uni Soviet Rusia (1922/53) . Dalam perjalanannya ke Moskwa, Semaun mampir di Belanda untuk menemui Hatta. Semaun berpesan agar Hatta melanjutkan perjuangan Kemerdekaan. Bisikan Semaun kepada Hatta inilah yang mengakibatkan kemurkaan Stalin, karena Hatta bukan Komunis melainkan Nasionalis tulen. Semaun dihukum dengan membuangnya ke dalam Kam Kerjapaksa di hutan belantara Siberia… dan hilang di sana. Itulah memang cara-cara Komunis.
Perjuangan PKI untuk menolak Kemerdekaan Soekarno-Hatta dilanjutkan oleh Muso, salah seorang anakdidik HOS Tjokroaminoto, bersama-sama Soekarno dan Kartosoewirjo, yang murtad dan menjadi Komunis. Sepulang dari Rusia dan Cina, Muso beserta orang-orang PKI-nya bermaksud memproklamasikan Negara Komunis Indonesia di Madiun. Amir Syarifuddin dari Partai Sosialis Indonesia pimpinan Sutan Sjahrir, yang terpilih menjadi Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan, turun untuk bergabung dengan Muso di Madiun. Bung Hatta menggantikan kedudukan Amir. Bergabungnya Amir dengan Muso bersamaan dengan huru-hara di Solo yang didalangi Front Demokrasi Rakyat (FDR) bentukan Amir yang menelan korban Kolonel Soetarto dan Dokter Moewardi.
Amir dan Muso medeklarasikan berdirinya Republik Soviet Indonesia di Madiun pada September 1948. Deklarasi ini disusul dengan pemberontakan bersenjata untuk menjatuhkan pemerintah Republik Indonesia. Pemberontakan Amir-Muso ini berhasil dipadamkan oleh tentara Siliwangi. Sangat kebetulan Tentara Siliwangi yang harus hijrah ke Jawa Tengah dan Ibukota Yogyakarta pasca Perjanjian Renville bisa cepat bergerak, sekalipun ribuan penduduk Jawa Timur telanjur tewas oleh kekejaman PKI.
Banyak yang tidak tahu, bahwa di dalam peristiwa Madiun itu tersembunyi Pembelahan TNI, antara Divisi Siliwangi, Diponegoro dan Brawijaya. Di situ ada upaya agar pasukan Brawijaya bersikap netral pada saat pasukan Siliwangi masuk untuk menumpas pemberontakan. Siliwangi akan dihadapi oleh pasukan Diponegoro yang bersimpati dengan gerakan kelompok FDR dan PKI. Pembelahan tersebut ternyata hanya dalam pikiran… Amir-Muso pun tewas.
Akan tetapi, terjadi konflik antara Pasukan Siliwangi dengan Pasukan DI-TII pimpinan Kartosoewirjo ketika pasukan Siliwangi mau kembali ke Jawa Barat, pasca Konferensi Meja Bundar. Kartosoewirjo merasa mempunyai jasa “menjaga” Jawa Barat dari ancaman Belanda selama Siliwangi hijrah; tetapi tidak dipedulikan. Sebagai akibatnya terjadi konflik bersenjata antara TNI dan DI-TII selama bertahun-tahun.
Bung Karno dan Bung Hatta tidak segera membubarkan PKI; bahkan PKI dibiarkan mengikuti Pemilu 1955 dengan memenangkan cukup suara untuk masuk Parlemen dan Konstituante. Tidak ada indikasi adanya campurtangan Asing, khususnya Belanda, di belakang Peristiwa Madiun… sebagaimana Wowok Prabowo mengatakannya kemarin. Tetapi ada terlihat jelas peranan RRC dan Amerika Serikat beserta Aliansi Baratnya dalam Peristiwa G30S PKI 1965.
PKI di bawah pimpinan Aidit, anak seorang Kyai di Belitung, melakukan lagi pemberontakan terhadap Pemerintah RI. Di situ pun terlihat jelas terjadinya Pembelahan di tubuh TNI, bahkan ABRI. Ada tokoh-tokoh berpangkat Jenderal dari Angkatan Darat, Laut dan Udara, serta Polri yang terlibat mendukung PKI; serta adanya isyu Dewan Jenderal yang akan melakukan Kudeta. Kali ini Aidit bersama masyarakat Petani Indonesia dan Pemuda Rakyat PKI membentuk Angkatan ke 5: Barisan Tani Indonesia (BTI) Bersenjata. Mereka memulai terornya dengan memakan Korban seorang TNI, Letda Sujono, dalam Peristiwa Bandar Betsy, Sumatera Utara.
PKI Aidit dan kawan-kawannya menjalin kerjasama dengan Cina RRC yang memasok senjata. Entah bagaimana, sebelum semua senjata dibongkar dan dibagikan, pemberontakan sudah meletus pada 30 September; dipimpin oleh Letkol Untung, Komandan Cakrabirawa, Pasukan Pengaman Presiden, yang menamakan dirinya sebagai Pemimpin Revolusi. Sekalipun Untung dan Aidit kemudian dieksekusi, ada enam Jenderal dan satu Ajudan Jenderal dibunuh, termasuk Kepala Staf Angkatan Darat Ahmad Yani; sedang Panglima TNI Jenderal AH Nasution lolos dari pembunuhan. Sangat jelas Agen-agen CIA dan MI-6 ikut mematangkan situasi, dengan maksud menjatuhkan Soekarno dan mengobrak-abrik NKRI; mirip dengan maksud PKI yang mau menghapus Dasar Negara Pancasila dan mengubah Republik Proklamasi 1945 menjadi Negara dengan ideologi Komunis.
Pembelahan dalam tubuh ABRI yang kemudian diikuti dengan Pemberontakan PKI dengan bantuan para pengkhianat Domestik serta pihak Asing inilah yang saya sebut sebagai Gerakan PKI Gaya Baru… Panglima Kostrad Letjen Soeharto berhasil menyelamatkan NKRI dan memadamkan pemberontakan. Tetapi, setelah memimpin selama itu, Presiden Soeharto pun tidak bisa mengingkari terjadinya pembelahan lagi di tubuh Angkatan Bersenjata RI… Petisi 50 yang anggotanya terdiri dari semua Angkatan menolak cara Soeharto menjalankan Negara dengan melanggar Pancasila dan UUD 1945. Pemuda dan Mahasiswa pun bergerak menentang Soeharto…
Mundurnya Pak Harto hanya sementara saja bisa meredakan berlanjutnya Pembelahan ABRI. Tetapi rongrongan dari PKI Gaya Baru yang dipimpin Amerika Serikat dan Aliansi Baratnya terus-menerus terjadi. Mereka pun berhasil mengganti UUD 1945 menjadi UUD 2002 dan menghilangkan Pancasila. Pembelahan dalam Tubuh TNI menjadi kasat mata, antara yang Pro dan Kontra UUD 1945. Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan Ketua Dewan Reformasi TNI Jenderal Susilo B. Yudhoyono (SBY) serta banyak Jenderal yang lain adalah pendukung UUD Palsu. Bahkan SBY menjadi Presiden pertama yang melaksanakan UUD Palsu hasil karya PKÌ Gaya Baru.
Di bawah kerangka UUD Palsu selama 20 tahun lebih sejak 2002 ini, NKRI mengalami situasi hancur-hancuran dalam hampir semua Sisi Kehidupan Masyarakat dan Ketatanegaraan; sementara Kemiskinan Rakyat semakin meluas, dan Kesenjangan Pendapatan semakin melebar.
Di bawah Rezim Drakula Wiwik yang menunjukkan dengan jelas memimpin PKI Gaya Baru, kerusakan Indonesia mencapai puncaknya. Jutaan tentara Cina dari Daratan sengaja dimasukkkan ke Wilayah RI dengan menyamar sebagai buruh tambang dan lain-lain. Bersama para Pengkhianat Domestik mereka merampok semua Kekayaan Alam Indonesia. Indonesia menjadi Negara Termiskin dan Terkorup di Dunia. Polri dan banyak Jenderal TNI sudah nyata berpihak kepada Rezim Drakula Wiwik.
Pembelahan di tubuh ABRI dilanjutkan oleh Rezim Drakula Wowok yang merupakan Sejoli Wiwik. Dengan motivasinya masing-masing, Pembelahan tidak hanya terjadi menjadi Dua Kubu, antara Kubu Wiwik-Wowok dan Kubu Mereka yang Setia kepada Pancasila dan UUD 1945; melainkan banyak Kubu. Ada Kubu the Walking Deads yang orientasinya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme); ada Kubu Pejah-Gesang Ndèrèk Wiwik. Dengan ikut-campurnya Kelompok Preman Bersenjata, yang diakui oleh beberapa Jenderal TNI sebagai Pahlawan, keberadaan Kubu Preman ini mengingatkan pada suasana menjelang meletusnya Pemberontakan PKI 1948 dan 1965. Republik Indonesia sungguh berada dalam bahaya besar. Masa rezim Wiwik Wowok bisa disebut sebagai masa Kebangkitan PKI Gaya Baru… Mereka harus segera ditumpas dan dilumpuhkan… serta disadarkan!
Jakarta, 10 Mei 2025
@SBP