PERANG

Oleh : Girarda
Pemerhati sosial

Pagi diawali dengan duduk santai ditemani kopi. Membuka laman medsos sontak kaget. 3 Rafale 1 Mig 1 Sukhoi dan drone ex Israel milik India ditembak dan jatuh di wilayah Pakistan.

Di pikiran sudah lama terbentuk gambaran bahwa Rafale, Sukhoi, Mig adalah simbol superioritas teknologi pesawat udara. Hari berikutnya terkabar bahwa langit India tertembus senjata Pakistan yang menghancurkan beberapa pangkalan militer India.

Pakistan dalam senyap rupanya mempersiapkan diri dengan baik. Selalu siap operasi semua perangkat perangnya. Tentu tergelitik pertanyaan siapa dibalik Pakistan ini. Namun ingatan nyangkut pada tautan video bagaimana orang Pakistan menyulap barang-barang mekanis rusak menjadi seperti baru lagi, kemampuan teknologi yang merata dikuasai masyarakatnya. Tentu saja kemudian dukungan Tiongkok yang salah satunya membuat pesawat tempur J10 sebagai produksi bersama Pakistan.

Dari konflik India Pakistan ini apa yang bisa diambil pelajaran untuk ketahanan nasional kita. Terbuka cakrawala pemilihan alutsita pertahanan dengan lebih luas. Mengingat bahwa alutsita berharga mahal pemilihan yang tepat sangatlah penting. Berikutnya kesiapan alutsita yang dimiliki juga sangat penting. Alutsita siap operasi tapi dilarang oleh negara prinsipal adalah hal yang lucu. Atau juga akuisisi alutsita yang unggul di peperangan ternyata yang diterima adalah spesifikasi downgrade.

Teringat kata-kata Presiden Prabowo dulu waktu kampanye,  bahwa 1000 teman adalah kurang 1 musuh terlalu banyak. Bila ingin damai bersiaplah untuk perang. Maka kesiapan orang dan peralatan perang harus terus dijaga dalam kondisi 100% fit. Dalam perang dengan senjata modern doktrin perang semesta yang melibatkan keseluruhan rakyat tentu dipertanyakan prioritasnya. Karena rakyat belum sempat bergerak massal, teknologi perang modern sudah bisa dengan cepat memaksakan keadaan menang atau kalah.

Perang merupakan bentuk lain dari diplomasi untuk mencapai tujuan. Sering untuk mendapatkan tambahan penguasaan wilayah sebagai tujuannya. Sebagai catatan,  tanpa perang melainkan melalui diplomasi, Timor Timor, Sipidan, Ligitan lepas dari Indonesia. Apapun alasannya.