BAMBANG TRI PECINTA, PEMBELA DAN PENDUKUNG PRABOWO SUBIANTO DAN SUHARTO
By Sutoyo Abadi
Penampilan pertama Prabowo Subianto dalam kontestasi pilpres terjadi pada 2009, saat mendampingi Megawati Soekarnoputri sebagai calon wakil presiden.
Pada Pilpres 2004, Prabowo sebenarnya maju dalam konvensi capres Partai Golongan Karya (Golkar). Namun, Prabowo kalah dalam konvensi yang dimenangkan oleh Wiranto yang kemudian berpasangan dengan Salahudin Wahid.
Hengkang dari Golkar, Prabowo membentuk partai sendiri yang dipimpin hingga kini, Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Sejak itu Pria asal Blora Bambang Tri sudah ada perhatian khusus untuk Prabowo Subianto.
Pada Pilpres 2014 Bambang Tri curiga dengan Jokowi akan maju Capres berhadapan dengan Prabowo, merasa tertarik untuk mengetahui siapa Jokowi yang sebenarnya. Keanehan pada Jokowi mulai di telusurinya, karena merasa Jokowi tidak layak harus berhadapan dengan Prabowo Subianto.
Naluri sebagai wartawan hidup dan bergerak Ia menceritakan jika sampai proses pembuatan buku “Jokowi UnderCover” diawali pada tanggal 3 Desember 2014, awalnya menemukan foto Widjiatno seorang pria yang wajahnya mirip dengan Jokowi di situs www.antifaker-Indonesia.com.
Foto bertahun 1955 yang dijadikan sebagai foto cover buku Jokowi Undercover itu menggambarkan pria mirip Presiden Jokowi itu mengawal tokoh PKI Aidit. Widjiatno itulah yang dianggapnya sebagai ayah kandung Jokowi.
Pemilu Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 yang akan memilih Presiden dan Wakil Presiden. Ia merasa terpanggil untuk memulai memperdalam riset dan menemukan foto pertunangan Jokowi dengan istrinya Iriana yang menurutnya palsu. Di foto itu, seolah-olah dibuat Jokowi adalah anak kandung Sujiatmi.
Padahal Jokowi menurut buku Bambang Tri adalah anak kandung seorang wanita Cina Yap Mei Hwa dari pernikahannya bersama Widjiatno, pengawal tokoh PKI Aidit. Di foto itu juga ada sosok Sudjadi, mantan politisi Golkar yang saat itu menjadi Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan yang dalam foto tubuhnya diganti dengan tubuh Widjiatno. Di dalam foto, ibu kandung Jokowi Yap Mei Hwa wajahnya diganti dengan foto wajah Sujiatmi.
-“Saya temukan pemalsuan di foto pertunangan Jokowi. Semua saya tulis di buku (Jokowi Undercover). Ada beberapa saksi yang saya temui berkaitan dengan keberadaan keluarga Bu Sujiatmi. Faktanya sebelum menikah dengan bapak Jokowi (Sujiatmo) sudah menikah,”, beber pria alumni SMA Negeri 1 Blora ini.
Bambang Tri juga menemukan dokumen saat Jokowi mendaftarkan diri ke KPU sebelum dirinya menjadi Calon Presiden (Capres) dan memenangkan pertarungan Pilpres 2014 yang didampingi oleh wakilnya Jusuf Kalla. Saat itu Jokowi bertarung dengan Capres Prabowo Subianto.
“Temukan dokumen Jokowi di KPU yang disitu terjadi salah tulis tiga nama adik Jokowi,” terang pria yang pernah kuliah di Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah ini.
Selain itu, kejanggalan yang terjadi saat dirinya usai menulis buku Jokowi Undercover ini dirinya ditelepon beberapa orang-orang yang menyatakan kepadanya jika buku yang dia tulis mengandung unsur kebenaran.
Bambang Tri juga mengungkapkan, jika dalam buku Jokowi Undercover ini, dirinya secara lugas dan tegas menjelaskan jika Almarhum Presiden Soeharto bukanlah sebagai antek-antek atau dalang terjadinya PKI.
“Saya bela Pak Harto (Soeharto) yang dituding PKI dalam buku saya. Pembuktian yang saya gunakan dengan dokumen Suparjo, teori Resmikoff dan buku dari John Rossa,” ungkapnya.
Dia merasa jika fakta yang ditemukannya selama menyusun buku Jokowi Undercover ini harus disampaikan kepada masyarakat. “Saya yang harus jelaskan langsung kepada masyarakat. Apalagi, setelah diperiksa (Polda Jateng) tidak ada pengangkatan status saya sebagai tersangka. Makanya saya menghadiri diskusi di Magelang,” bebernya.
Bambang Tri bahkan mengaku jika usai menulis buku sudah mengirimkan ke beberapa pejabat untuk disampaikan langsung kepada Jokowi. Namun, sampai saat itu tidak ada tanggapan dan klarifikasi dari Jokowi.
“Saya ajak berkali-kali. Yang pertama, melalui surat terbuka saya di facebook. Kedua, lewat Pramono Anung (Sekretaris Kabinet). Ketiga, lewat Ganjar (Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo). Termasuk saya berikan kepada polisi yang pernah memeriksa saya. Saya tiga minggu yang lalu diperiksa Kepala Cybercrime Polda Jateng Pak Teddy,” jelasnya.
Maka dari itu, Bambang Tri meminta kepada Jokowi untuk mengklarifikasi terkait beberapa temuan yang ditulisnya dalam buku Jokowi Undercover ini yang dianggapnya sebagai bukti yang syah. “Buku saya syah dibuat. Saya minta supaya Pak Jokowi lakukan klarifikasi. Buku saya tidak ada yang bertentangan,” terangnya.
Logikanya, menurut Bambang Tri, jika ada yang salah tulisan dalam bukunya mengapa Jokowi tidak melaporkan dirinya ke polisi.
“Logikanya, Jokowi tidak lapor polisi atas tuduhan pencemaran nama baik atau penyebar fitnah. Saya anggap ini sebagai perlakuan bahwa saya belum sama di mata hukum. Secara hukum saya tidak bisa dikatakan fitnah sebelum (Jokowi) tes DNA. Salahnya Jokowi tidak menuntut saya”, pungkasnya.
Sekilas awal Bambang Tri menulis “Jokowi Under Cover 1 dan 2, adalah kecintaannya dan pembelaan untuk Prabowo Subianto yang akan maju sebagai calon Presiden dan mantan Suharto yang ada indikasi namanya akan dicemarkan.
Nasib menjadi lain ketika proses hukum kriminalisasi menimpanya dan harus menerima kenyataan pahit yang harus di terimanya. (*)