• Home
  • JAKARTASATU
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • KRIMINAL
  • DUNIA
  • TOKOH
  • SENI BUDAYA
  • PEMILU
  • EKBIS
  • OPINI
Cari
Masuk
Selamat Datang! Masuk ke akun Anda
Lupa kata sandi Anda? mendapatkan bantuan
Pemulihan password
Memulihkan kata sandi anda
Sebuah kata sandi akan dikirimkan ke email Anda.
jakartasatu.com
  • Home
  • JAKARTASATU
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • KRIMINAL
  • DUNIA
  • TOKOH
  • SENI BUDAYA
  • PEMILU
  • EKBIS
  • OPINI
Beranda Catatan Jakarta EDITORIAL JAKARTASATU: ADA APA INDONESIA?

EDITORIAL JAKARTASATU: ADA APA INDONESIA?

Kamis, 15 Mei 2025 , 07:00
78
Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

    EDITORIAL JAKARTASATU : ADA APA INDONESIA?

    Pemilu Usai, Tapi Kepalsuan Masih Hidup
    Pemilu telah selesai. Angka-angka telah diumumkan. Tapi ruang publik tidak sunyi, justru riuh oleh satu pertanyaan yang belum dijawab: siapa pemimpin kita sesungguhnya? Bukan soal angka, bukan soal hasil—tapi soal kejujuran.
    Isu ijazah palsu yang mencuat sejak awal kampanye, kini seperti lenyap ditelan protokol dan pidato kemenangannya sendiri.
    Tapi publik belum lupa. Dan publik belum puas. Ketika pertanyaan tentang keaslian dokumen penting seorang calon pemimpin tidak dijawab secara jujur dan terbuka, maka luka kepercayaan tidak akan sembuh.
    Luka itu menjadi kanker demokrasi. Tokoh komunikasi dunia, Noam Chomsky, sejak lama mengingatkan bahwa: “The smart way to keep people passive and obedient is to strictly limit the spectrum of acceptable opinion.”
    Hari ini kita melihatnya. Wacana dibatasi. Kritik dicap makar. Tuduhan dianggap hoaks. Sementara substansi persoalan tak pernah disentuh. Dalam konteks ini, media seharusnya menjadi pengawal nurani publik, bukan pengaman kekuasaan.
    Averchenko—penulis Rusia pra-revolusi yang getir menyaksikan bangsanya dibalut kemunafikan—menulis drama satir berjudul “Pakaian dan Kepalsuan.” Di sana ia mengungkap bahwa masyarakat seringkali hanya menilai manusia dari kemasannya: dari pakaiannya, gelarnya, seragamnya.
    Tapi tidak dari jiwanya. Indonesia hari ini sedang hidup dalam lakon itu. Pakaian menjadi simbol kekuasaan. Ijazah menjadi simbol status. Tapi kebenaran dibungkam. Yang dipersoalkan bukan isi, melainkan siapa yang bertanya. Ijazah palsu bukan hanya perkara akademik. Ia adalah metafora besar dari apa yang sedang terjadi.
    Kita sedang menjalani demokrasi dengan simbol-simbol kosong. Kita membangun masa depan di atas fondasi yang rapuh.
    Maka pertanyaan “Ada Apa Indonesia?” bukan basa-basi, melainkan tanda awas sejarah. Ahli hukum Nonet dan Selznick menyebut, dalam rezim otoriter, hukum bukan alat keadilan, melainkan alat kekuasaan.
    Hukum bersifat represif dan opportunistik.
    “Kasus lama bisa dihidupkan, asal tepat mengenai lawan politik.” Kita menyaksikan itu hari ini. Dalam suasana seperti ini, jangan heran jika rakyat bersuara dengan cara berbeda.
    Dulu ada #2019GantiPresiden, kini muncul kembali narasi “people power”. Bukan karena rakyat radikal, tetapi karena saluran keadilan terhalang.
    Karena suara mereka tidak masuk dalam spektrum opini yang “boleh” disiarkan. Pertanyaannya: siapa yang menyeleksi opini itu? Siapa yang menentukan mana kritik yang sah dan mana yang harus dibungkam?
    Di titik ini, kita harus mengulang kembali pertanyaan Averchenko lewat tokoh perempuannya: “Silakan tuan-tuan, kejarlah orang-orang itu. Pintu sudah terbuka luas untuk tuan-tuan.
    Dan lampu-lampu di jalan cukup terang. Ingin kulihat kepengecutan dan kepalsuan mengejar kejujuran.” Maka, jika rakyat hari ini bertanya: “Ada Apa Indonesia?”, itu bukan tuduhan. Itu adalah jeritan nurani yang tak ingin negeri ini dijual atas nama investasi, dibungkam atas nama stabilitas, dan disesatkan atas nama demokrasi. Kita bukan menolak pemilu. Kita hanya menuntut agar demokrasi berjalan di atas kejujuran. Tabik…!!

    Oleh: Redaksi Jakartasatu.com

    Facebook
    Twitter
    Pinterest
    WhatsApp
      Redaksi

      ARTIKEL TERKAITDARI PENULIS

      Editorial Jakartasatu: Sinergi Konstruktif dan Faizal Assegaf

      Soal Betawi, Batavia, Jakarta, dalam Puisi dan Sejarah-Budaya: Dari Trem, Banjir, sampai Celana Monyet

      Inisiator Sinkos, Faizal Assegaf Serukan Persatuan Nasional di Tengah Gejolak Global

      Editorial Jakartasatu: Sinergi Konstruktif dan Faizal Assegaf

      Redaksi - Senin, 23 Jun 2025 , 06:32 0
      Editorial Jakartasatu: Sinergi Konstruktif dan Faizal AssegafADALAH SINKOS (Sinergi Konstruktif) yang di Inisiatori oleh Faizal Assegaf hadir dan menyerukan “JAGA NKRI”. Kritikus Politik Indonesia...

      Soal Betawi, Batavia, Jakarta, dalam Puisi dan Sejarah-Budaya: Dari Trem, Banjir, sampai Celana Monyet

      Redaksi - Senin, 23 Jun 2025 , 01:43 0
      JAKARTASATU.COM -- Dalam rangka menyambut HUT ke-498 DKI Jakarta, pada Jum’at, 20 Juni 2025, di Museum Kesejarahan Jakarta (dahulu Museum Fatahillah), Taman Fatahillah, Jakarta...

      Inisiator Sinkos, Faizal Assegaf Serukan Persatuan Nasional di Tengah Gejolak Global

      Redaksi - Minggu, 22 Jun 2025 , 18:33 0
      JAKARTASATU.COM- Inisiator Sinkos (Sinergi Konstruktif), Faizal Assegaf, secara resmi meluncurkan lembaga riset, monitoring, dan advokasi dalam sebuah acara diskusi bertajuk "Jaga NKRI", di Tebet...

      Obsesi Jokowi Melanjutkan Posisi Amangkurat V Kandas”

      Redaksi Satu - Minggu, 22 Jun 2025 , 18:18 0
      "Obsesi Jokowi Melanjutkan Posisi Amangkurat V Kandas" Damai Hari Lubis Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum & Politik) Amangkurat yang terakhir adalah Amangkurat V, juga dikenal sebagai Sunan...

      RUDAL YANG MENEMBUS “SOLO DOME”

      Redaksi Satu - Minggu, 22 Jun 2025 , 18:05 0
      RUDAL YANG MENEMBUS "SOLO DOME" by M Rizal Fadillah Pengungkapan aktivis PDIP Beathor Suryadi mengenai dugaan ijazah palsu Joko Widodo cukup menghebohkan. Berdasarkan aktivitas Tim "Jokowi"...

      EDITOR PICKS

      Editorial Jakartasatu: Sinergi Konstruktif dan Faizal Assegaf

      Senin, 23 Jun 2025 , 06:32

      Soal Betawi, Batavia, Jakarta, dalam Puisi dan Sejarah-Budaya: Dari Trem, Banjir, sampai Celana Monyet

      Senin, 23 Jun 2025 , 01:43

      JOKOWI SEBAIKNYA MINTA MAAF KEPADA RAKYAT, WALAU DIBERI KERINGANAN DI PENGADILAN

      Minggu, 22 Jun 2025 , 10:21

      POPULAR POSTS

      PASUKAN BERANI MATI PEMBELA JOKOWI AKAN MENGADAKAN APEL AKBAR SEPTEMBER INI

      Kamis, 5 Sep 2024 , 13:35

      Warga Keturunan Tionghoa Bergabung, Kang Haru: Bukti Nyata Persatuan NKRI Bersama Kami

      Kamis, 14 Des 2023 , 16:47

      Lokasi Pembangunan Rumah Joko Widodo Di Karang Anyar Solo Disegel Aliansi Rakyat Menggugat  (ARM)

      Rabu, 6 Nov 2024 , 18:08

      POPULAR CATEGORY

      • JAKARTASATU16634
      • NEWS14927
      • INDONESIA13963
      • NASIONAL13329
      • POLITIK12400
      • Hukum11972
      • JAKARTA10413
      • KOLOM7668
      LogoJAKSATJAKARTA SENYATA NYATANYA

      ABOUT US

      JAKARTASATU.COM dikelola di bawah naungan PT Meprindo (Media Pribumi Indonesia), dengan Akta Notaris Nomor 14 / 30 Oktober 2015. Notaris Raden Reina Raf’aldini, SH, dengan Pengesahan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Nomor AHU-2463874.AH.01.01.TAHUN 2015. Sebagai media online kami membuka ruang baru jurnalisme terbuka dan lugas. Untuk ikut saran silakan kirim ke: [email protected] atau [email protected]

      Contact us: [email protected]

      FOLLOW US

      Blogger
      Facebook
      Instagram

      Copyright © 2013 - 2025 jakartasatu.com. All rights reserved.

      • KONTAK
      • REDAKSIONAL
      • PEDOMAN MEDIA SIBER