TPUA Bersilaturahim dan Klarifikasi ke UGM dan ke Solo ke Rumah Jokowi
(Tanggapan DHL Terhadap Pernyataan Abrahan Samad eks Ketua KPK Tidak Kenal Damai Lubis Buzzer atau Pecundang)
Awalnya ada peristiwa sejarah hukum, saat Roy Suryo dan Dr Rismon dianggap mewakili rombongan TPUA oleh Pihak UGM namun yang sebenarnya, tentunya bukan sebagai atas nama TPUA, namun membersamai atau bertepatan waktu saja (dan sepengetahuan tiga pihak Roy Cs dan TPUA juga UGM), karena kebutuhan substansi ‘silaturahim’ yang sama yakni terkait ‘kejelasan (klarifikasi) kebenaran atau ketidakbenaran’ ijazah Jokowi yang diduga banyak individu-individu publik palsu.
Dan saat ini Samad eks ketua KPK, mengaku tidak mengenal TPUA dan Saya (Damai Hari Lubis) tentu hal yang wajar, mungkin karena dirinya tidak konsentrasi (beda karakteristik) perjuangan TPUA model misi Ke Jogja dan Solo
Oleh karenanya dirinya bisa jadi tidak pernah bertatap muka atau wawancara atau bersinggungan dengan rekan-rekan juang TPUA pra atau pasca silaturahim ke UGM Jogja dan Solo, tidak halnya seperti anggota (TPUA) yang podcast bersama dengan Dr. Roy Cs di Jogja pada sore 15/4/2025 yang saling berusaha kenal untuk mengupas hal terkait info kedatangan di kompleks UGM, yang hanya beda tempus karena TPUA dianggap telat, sehingga Samad wajar tidak ‘ngeh,’ atau tidak tertarik maka tidak pernah bertemu dalam podcast atau bertemu langsung pada sebuah acara khusus dengan individu anggota TPUA yang pernah Ke Jogja (15/4/2025 dan Solo (16/4/2025), bisa dipastikan, karena tak mengenal TPUA tentunya dia gak pernah dengar informasi tentang gugatan PMH oleh TPUA terhadap Jokowi di PN. Jakarta Pusat
Namun khususnya (saya) disebut buzzer dalam konteks pecundang, tentu menolak keras;
1. Kalau buzzer dalam pemahaman pendengung perjuangan demi menegakkan kepastian hukum, is okey;
2. Namun andai buzzer dalam makna Samad, saya seorang pecundang adalah sebagai orang yang kalah, maka makna kontradiktif daripada ‘hakekat perjuangan’ yang Kami (saya) atau TPUA jalani selama ini, sehingga maaf saya (kami) tidak mengenal kata “kalah”, kecuali nomenklatur kalah, adalah tidak atau belum berhasil. Sementara keberhasilan atau tidak bukan wilayah kekuasaan manusia.
Atau apakah Samad menganggap dirinya tokoh KPK yang berhasil sukses atau menang, analisis siapa?
Baiknya publik tidak ngompori, agar tidak terjadi pecah belah antara saya/ kami (TPUA) dan Samad, kalau ada pun persinggungan saya dengan Samad figur terkenal, karena Samad eks Ketua KPK, namun amat saya sesali, karena tidak menghadiri advokasi yang saya tangkap artikan, adalah salah seorang Pembela terhadap bakal sosok pejuang Terlapor di Polda (Dr. Roy Suryo), sesuai warta atau info yang berkembang
Dan tunggu saja mungkin Samad akan serius, jika ada sosok-sosok kerdil yang sempat Ia singgung (klarifikasi), dari yang implisit “jika ada pihak yang mengatasnamakan dirinya sebagai Pengacara TPUA? (Sebagai kelompok?) Pastinya Samad benar karena nama kelompok TPUA bukan subjek hukum dalam hal ini”, dan perihal pernyataan Samad yang mengatakan “bohong, karena dirinya tidak pernah terlibat, jangan sampai ada pihak yang memanfaatkan untuk kepentingan pribadi”?
Maka saya nyatakan satu waktu akan saya bantu Samad mencari tahu siapa sosok yang “memanfaatkan nama besarnya” pastinya sosok tersebut bukan Anggota Pengurus TPUA, atau bisa jadi eks oknum “singgah” atau sosok “adventurir peliharaan” dengan misi pecah belah? Wallahualam, waktu yang bakal membuktikan.
Referensi :
https://jakartasatu.com/2025/05/16/dituding-omong-besar-dan-pengecut-abraham-samad-skakmat-damai-lubis/