JAKARTASATU.COM – Saat dunia berebut tempat di barisan terdepan revolusi digital, Indonesia memilih untuk tidak sekadar menjadi penonton. Negara ini, dengan populasi digital terbesar di Asia Tenggara, kini telah mengambil langkah besar: membangun rumah bagi jaringan konektivitas global yang menjangkau dari Singapura hingga Silicon Valley. Rumah itu bernama JK1, pusat data AI-ready pertama dari Equinix di Indonesia.
Dengan latar langit Jakarta yang dihiasi deretan gedung tinggi dan padat lalu lintas internet, JK1 berdiri sebagai landmark baru—bukan hanya dalam arsitektur teknologi, tapi juga dalam arah kebijakan transformasi digital Indonesia.
Babak Baru: Ketika Infrastruktur Menjadi Tulang Punggung Ekonomi
Resmi beroperasi sejak 16 Mei 2025, JK1 adalah pusat data International Business Exchange™ (IBX®) pertama dari Equinix di Indonesia, dibangun dalam kemitraan dengan PT Astra International Tbk, dan menandai investasi senilai US$74 juta di pusat bisnis ibu kota. Tapi angka hanyalah permukaan. Di balik itu, tersembunyi ambisi besar: menjadikan Indonesia sebagai pusat gravitasi baru ekonomi digital Asia.
JK1 menghadirkan lebih dari 5.300 meter persegi ruang kolokasi, dan ketika sepenuhnya rampung akan menampung hingga 1.600 rak server. Saat ini, tahap pertama telah menyediakan 550 rak, siap menampung lonjakan permintaan dari sektor e-commerce, fintech, hingga perusahaan berbasis AI.

Jakarta Terhubung Dunia: Infrastruktur Global dalam Genggaman Lokal
Lokasi JK1 tidak dipilih sembarangan. Berada di pusat bisnis Kuningan, Jakarta Selatan, fasilitas ini terletak sangat dekat dengan titik-titik pertukaran internet utama, yang membuat latensi koneksi menjadi sangat rendah. Ini penting bagi dunia yang semakin real-time.
JK1 sudah terhubung dengan lebih dari 50 layanan cloud dan jaringan—termasuk nama-nama raksasa seperti Alibaba Cloud, Amazon Web Services, Microsoft Azure, dan Google Cloud. Dengan kehadiran Equinix Fabric® dan Equinix Internet Access®, perusahaan di Indonesia kini bisa membangun ekosistem digital sendiri yang terhubung secara langsung ke mitra global, tanpa harus membangun jalur fisik lintas negara.
Startup Lokal hingga Raksasa Dunia
Platform Equinix secara global telah digunakan oleh lebih dari 10.000 pelanggan, termasuk 3.000+ perusahaan cloud dan IT, 2.000+ penyedia layanan jaringan, serta perusahaan di bidang media, finansial, manufaktur, hingga e-commerce. Di Asia-Pasifik saja, Equinix mengoperasikan 60 pusat data di 16 kota utama, dan telah memperluas kehadirannya hingga ke Filipina dan Thailand.
Kini, Jakarta masuk dalam daftar strategis tersebut. Menurut Cyrus Adaggra, Presiden Equinix Asia-Pasifik, “Banyak pelanggan terkemuka sudah berkomitmen menggunakan JK1 sejak sebelum peresmian.” Bagi perusahaan lokal, ini berarti akses yang sama cepat, aman, dan andal seperti yang dinikmati perusahaan global.
“JK1 adalah landasan awal untuk mendorong digitalisasi inklusif di Indonesia, termasuk bagi UMKM,” ujar Haris Izmee, Presiden Direktur Equinix Indonesia. “Kami ingin semua pemain—besar maupun kecil—punya pijakan yang sama untuk tumbuh.”

Ketika AI Mengetuk Pintu: Infrastruktur yang Siap Masa Depan
JK1 bukan pusat data biasa. Ia dibangun dengan visi menghadapi beban kerja masa depan: AI, komputasi berkinerja tinggi (HPC), dan cloud hybrid.
Untuk itu, JK1 dilengkapi dengan teknologi pendingin mutakhir seperti Cooling Array dan liquid cooling, serta desain bangunan dengan delapan lantai yang dibuat khusus dengan kapasitas daya per kabinet antara 4,0–6,0 kVA dan sistem kelistrikan N+1 block redundant.
Efisiensi energinya pun menonjol: PUE (Power Usage Effectiveness) ditargetkan sebesar 1,41, yang berarti penggunaan energi sangat optimal. Fasilitas ini didukung oleh 100% energi terbarukan, dan secara global Equinix telah mencapai cakupan energi hijau 96% selama tujuh tahun berturut-turut.
Tak hanya itu, JK1 mengincar berbagai sertifikasi internasional, mulai dari LEED Silver, ISO27001 (keamanan informasi), hingga ISO22301 (manajemen kelangsungan bisnis), menjadikannya salah satu fasilitas paling andal dan berkelanjutan di Asia Tenggara.

Dukungan Pemerintah: Indonesia Ingin Jadi Pusat Digital Asia
Peresmian JK1 bukan peristiwa biasa. Ia mendapatkan perhatian langsung dari dua kementerian strategis: Kementerian Komunikasi dan Digital (KOMDIGI) serta Kementerian Investasi/BKPM.
“Equinix JK1 menjadi pintu masuk strategis bagi startup dan perusahaan global untuk memperluas investasinya,” ujar Meutya Hafid, Menteri KOMDIGI. “Dengan potensi energi hijau dan pasokan air yang kompetitif, Indonesia bisa menjadi tujuan utama data center di Asia.”
Sementara itu, Ricky Kusmayadi dari BKPM menekankan peran JK1 sebagai pembuka jalan investasi digital jangka panjang: “Kami undang lebih banyak investor yang berkomitmen membangun ekosistem digital tangguh dan inklusif, demi manfaat nyata bagi masyarakat.”
Kenapa ini penting? Karena 2045 tidak akan menunggu. Indonesia membidik ekonomi digital senilai US$130 miliar pada 2025, dan e-commerce disebut akan mencapai US$120 miliar—menjadikannya sektor terbesar. Tapi lebih dari sekadar angka, JK1 menjadi batu loncatan menuju visi besar: Indonesia Emas 2045.
Infrastruktur digital seperti JK1 akan menjadi faktor kritis. Tanpa fondasi data center yang kuat, AI akan menjadi jargon, cloud hanya jadi beban biaya, dan transformasi digital sebatas presentasi PowerPoint. JK1 mengubah itu semua.
Infrastruktur adalah Politik Masa Depan
Saat dunia bicara soal AI, startup, dan ekonomi hijau, infrastruktur digital sering luput dari sorotan. Padahal, seperti jalan raya dalam ekonomi konvensional, pusat data adalah jalan bebas hambatan untuk pertumbuhan ekonomi masa depan.
JK1 bukan hanya milik Equinix. Ia milik Indonesia—milik kita semua yang ingin melihat anak-anak muda lokal membangun platform global tanpa harus pindah ke luar negeri. Milik para pelaku UMKM yang ingin digitalisasi bukan sebagai beban, tapi sebagai peluang.
Dan seperti server yang tidak pernah tidur, JK1 kini berdiri sebagai saksi diam: bahwa masa depan digital Indonesia sedang dibangun—satu sambungan kabel, satu rak server, dan satu ekosistem kolaboratif dalam satu waktu.
Di tengah panas Jakarta dan tantangan geopolitik digital, Indonesia kini punya pusat gravitasi baru. Dan ia bernama JK1. |WAW-JAKSAT