dr Roy Sihotang MARS: Alarm Bahaya dari Salemba
JAKARTASATU.COM— Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Medis dan Kesehatan Indonesia (FSPMKI) dr Roy Sihotang MARS menyatakan ratusan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan para dokter berkumpul siang itu, meluangkan waktu mereka, berkumpul disebuah gedung tua tempat sebagian sejarah Republik bermula. Gedung ini dikenal khalayak luas sebagai Kampus Perjuangan Rakyat.
Dr Roy Sihotang MARS mengenang sejarah masa ketika Boedi Oetomo, Malari sampai Reformasi 98, kampus ini mencatatkan dirinya sebagai tempat dimana suara rakyat dikumandangkan, dimana suara rakyat diperdengarkan dan telinga penguasa dipaksa untuk mendengar. Ditempat inilah rakyat menitipkan suara dan harap mereka untuk didengarkan.
“Dan siang itu, pada Jumat, 16 Mei 2025 di Gedung Kampus FKUI Salemba, JL. Salemba Raya No. 6, Jakarta Pusat, para Guru Besar, pendidik dan dokter bersuara, tentang potensi bahaya yang akan timbul dan membahayakan rakyat yang mereka layani dan rawat setiap hari,” kata Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Medis dan Kesehatan Indonesia (FSPMKI) dr Roy Sihotang MARS kepada Jakartasatu.com, Ahad 18/5/ 2025.
“Bahaya bagi rakyat yang hampir setiap hari mereka sapa dan dampingi saat sakit. Bahaya yang akan mengancam keselamatan rakyat yang mereka cintai,” tambah Roy menandaskan.
dr. Roy Sihotang MARS yang merupakan Aktivis Dema STOVIA – KA KBUI 98 menegaskan ketika pendidikan Profesi diatur secara penuh oleh kekuatan politik, dan dibawah kendali pejabat politik setingkat Menteri. Kita langsung teringat akan sengkarut pendidikan menengah di Republik tercinta ini.
Lanjut dia, kurikulum yang berganti hampir setiap berganti Menteri dan sistem penerimaan siswa yang semrawut akibat aturan yang kerap kali berganti. Inilah yang dapat terjadi ketika pendidikan menjadi komoditas politik kekuasaan.
“Bagaimana jika ini terjadi ketika diterapkan dalam lingkup pendidikan kedokteran dan kesehatan, yang berkaitan erat dengan Nyawa rakyat ?,” kata dr Roy geram.
“Tentunya mutu pendidikan akan menjadi taruhan, dan mengorbankan peserta didik, orang tua dan masyarakat secara luas,” imbuhnya.
Menurutnya, potensi bahaya yang dirasakan oleh para guru besar dan praktisi pendidikan kedokteran dengan puluhan tahun pengalaman. Karena hasil dari Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan tentunya adalah Tenaga Medis dan Kesehatan yang bekerja dalam ruang lingkup kesehatan dan terlebih lagi berhubungan erat dengan nyawa manusia, nyawa rakyat Indonesia.
“Dan siang itu, para guru dan pendidik, yang sebagian sudah renta, datang berkumpul ditempat itu, ya ditempat dimana suara rakyat diperdengarkan, dimana suara rakyat diteriakkan, dimana suara rakyat didengungkan,” ungkap Roy Sihotang
Mereka berseru dari Salemba, tempat sebagian sejarah Republik ini ditulis, tempat dimana para dokter pejuang dihasilkan, dari sebelum Indonesia merdeka.
“Karena rakyat harus dilindungi, Alarm bahaya itu harus dibunyikan, suara – suara itu harus diperdengarkan dan penguasa harus belajar mendengar,” tandas dr Roy Sihotang MARS.
Di akhir pernyataannya, dr Roy Sihotang MARS mengatakan dibulan baik ini, 27 tahun lalu suara itu juga diperdengarkan dengan lantang. Karena dalam suara itu bersemayam cinta kepada tanah air dan rakyat Indonesia. Mei, 2025, 27 tahun setelah Reformasi 1998. (Yoss)