Peringati 27 Reformasi Yayasan 98 Peduli Anugerahkan Penghargaan ke Dua Tokoh Dokumenter Tragedi Mei’98
JAKARTASATU.COM– Dalam rangka memperingati 2 tahun Yayasan ‘98 Peduli, 27 tahun Reformasi, dan bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (2 Mei) serta Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei). Yayasan 98 Peduli menganugerahkan penghargaan kepada dua sosok yang berjasa besar dalam pendokumentasian tragedi Mei 1998.
Ketua Yayasan Peduli 98 Detti Arsanti mengungkapkan pemberian penghargaan sebagai kepada dua tokoh aktivis Almarhum Tino Saroengallo, pembuat film dokumenter tragedi Mei 1998 Firman Hidayatullah, fotografer tragedi Mei 1998 sebagai wujud penghargaan atas jasanya dalam sejarah tragedi Mei 1998
Penghargaan ini diserahkan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan Diskusi Seri-1: “Pendidikan kerakyatan dalam pengentasan kemiskinan”, yang digelar pada Selasa, 20 Mei 2025 di Jakarta. Kegiatan ini sekaligus menjadi refleksi mendalam atas pentingnya menjaga ingatan kolektif bangsa sebagai bagian dari pendidikan sejarah bagi generasi muda.
Penghargaan ini diinisiasi sebagai wujud penghargaan atas kerja dokumentasi yang tidak hanya menyimpan jejak sejarah, tetapi juga menjadi sumber belajar, pengingat, dan penggerak kesadaran sosial.
“Kami percaya bahwa sejarah yang didokumentasikan dengan jujur dan manusiawi adalah warisan berharga bagi bangsa ini. Karya-karya almarhum Bang Tino Saroengallo dan Firman Hidayatullah tidak hanya menyuarakan kebenaran, tetapi juga membangkitkan empati dan kesadaran publik. Itulah mengapa kami merasa penting untuk memberikan penghargaan ini,” tutur Detti Arsanti.
“Bahwa pendidikan sejarah bukan hanya tugas akademik, tetapi juga tanggung jawab moral. Dokumentasi visual seperti film dan foto memiliki daya hidup yang kuat untuk menyampaikan sejarah kepada generasi muda dengan cara yang lebih membumi dan menggugah kesadaran. Inilah yang membuat kontribusi Alm. Bang Tino Saroengallo dan Firman Hidayatullah sangat penting dan layak dihargai,” sambungnya.
Dikemukakan Detti, penghargaan ini diinisiasi oleh Yayasan 98 Peduli sebagai bagian dari mandat sosial untuk merawat ingatan, memperjuangkan nilai-nilai reformasi, serta memastikan bahwa semangat perjuangan 1998 tidak tergerus oleh lupa dan ketidakpedulian generasi masa kini.
“Inisiatif ini juga menjadi bentuk advokasi terhadap pentingnya literasi sejarah dalam membangun kesadaran kritis dan komitmen kebangsaan yang utuh,” ujarnya.
Detti menegaskan almarhum Tino Saroengallo melalui karya dokumenternya telah mengabadikan suara-suara korban dan jejak kekerasan dengan jujur dan mendalam. Sedangkan Firman Hidayatullah berhasil menangkap momen-momen penting dalam krisis 1998 melalui foto-foto yang kini menjadi referensi sejarah dan media pendidikan di berbagai ruang belajar,”
“Yayasan 98 Peduli percaya bahwa tanpa ingatan yang terawat, perjuangan masa lalu akan kehilangan maknanya, dan generasi muda kehilangan pijakan untuk melanjutkan perjuangan,” jelas Detti.
Karena itu lanjutnya, penghargaan ini bukan hanya bentuk apresiasi, tetapi juga ajakan kepada publik untuk terus menjaga semangat reformasi tetap hidup—dengan pendidikan, dokumentasi, dan aksi sosial yang berkelanjutan.
“Yayasan 98 Peduli juga menyadari bahwa di luar sana masih banyak kawan-kawan lain yang telah, sedang, dan terus melakukan kerja-kerja pendokumentasian serupa,” ungkapnya.
“Untuk itu, Yayasan menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada mereka semua—para jurnalis, pembuat film, fotografer, aktivis, dan pengarsip yang dengan penuh dedikasi telah membantu menjaga nyala ingatan sejarah bangsa,” Detti menegaskan.
Sebagai bentuk komitmen, Yayasan 98 Peduli berharap dapat berperan dalam menyebarluaskan dokumentasi-dokumentasi tersebut kepada publik, sebagai bagian dari pendidikan sejarah dan advokasi sosial, agar generasi muda tidak tercerabut dari akar sejarahnya dan mampu melanjutkan perjuangan menuju keadilan sosial.
“Ingatan adalah fondasi perjuangan. Tanpa ingatan yang terawat, masa lalu akan mudah dilupakan, dan perjuangan menjadi kehilangan arah. Kami berharap dokumentasi yang ada tidak hanya berhenti sebagai arsip, tetapi menjadi bagian dari pendidikan publik yang membebaskan.” Detti menadaskan.
Yayasan 98 Peduli
Yayasan 98 Peduli adalah organisasi sosial dan kemanusiaan yang didirikan oleh para aktivis 1998. Salah satu fokus program kerja Yayasan adalah terkait dokumentasi sejarah, pendidikan publik, dan penguatan nilai-nilai reformasi untuk mewujudkan keadilan sosial di Indonesia. (Yoss).