Manuver Ijazah Seakan Asli, Kajian Politik Merah Putih: Jokowi Ingin Tetap Berkuasa

JAKARTASATU.COM— Koordinator Kajian Merah Putih Sutoyo Abadi kembali melontarkan kritiknya pasca putusan Bareskrim menutup kasus ijazah Jokowi yang diduga palsu. Bareskrim memutuskan ijazah Jokowi asli dan identik. Sutoyo menutup kalimat bijak Leo Tolstoy “Kebenaran selalu sederhana dan jujur, sedangkan kebohongan selalu rumit dan berkelok – kelok”. Ia juga mengutip kalimat bijak BJ. Habibie “Setinggi apapun citamu, semulia apapun tujuanmu, tempuhlah dengan cara terhormat dan kesatria. Jangan berbohong, fitnah dan menghalalkan segala cara. Ingat, bangsa ini merdeka bukan hasil para pecundang dan penipu”.

“Bidiklah mereka dalam citra publik, kemunafikan, kelicikan dan kebohongan mereka jangan pernah mengasumsikan itu akan terbukti sendiri, lawanlah api dengan api,” kata Sutoyo dalam keterangan kepada media, Jum’at (23/5/2025).

“Ingatlah, tidak mungkin memenangkan perjuangan melawan kedzaliman, kebohongan, kelicikan dan kemunafikan tanpa dukungan publik dan politik,” imbuhnya mengingatkan dengan tegas.

Sutoyo menegaskan, catat semua ucapan kebohongan Jokowi untuk menjadikan serangan menjadi wajar karena semua datang dari mereka sendiri.

“Pembohong dan penipu selalu akan  bermain di dataran tinggi dengan memanipulasi dan bermanuver dengan media massa melakukan pembenaran seolah – olah sebagai pihak yang dihina – hina, dijelek-jelekan,” tukasnya geram.

Lanjut dia, cara itu akan membunuh dirinya sendiri karena reputasi kejujuran akan bicara dengan alamnya dan membuktikan dengan apa adanya sederhana dan jujur akan membuka semua kelicikannya.

“Pembohong dan penipu akan menggunakan segala cara, maka yang terbaik serang mereka lebih dulu dan terus menerus dengan kampanye moral tidak perlu menunggu serangan kotor mereka berbalik arah yang penuh manipulasi,” tegasnya.

Tutup kesempatan peluang dan tempat mereka akan melakukan segala cara, aksi – aksi yang bernoda kemunafikan.

Menurut Sutoyo Jokowi masih ingin berkuasa dan mempertahankan kekuasaannya. Ia mengutip filsuf Thomas Hobbes, 1588 – 1679 “Kefasikan yang sukses mendapatkan nama kebajikan.. padahal tujuannya adalah mendapatkan kerajaan”

“Manuver Jokowi adalah karena masih ada nafsu kekuasaan dan ingin mempertahankan kekuasaan dengan memaksimalkan dinastinya, sekalipun seperti Gibran, Kaesang dan keluarga lainnya tidak memiliki kapabilitas, kualitas dan  kapasitas, membabi buta akan dipaksakan,” tandasnya.

“Keluarga Jokowi ingin tetap mempertahankan Gibran dan dinastinya, maka dengan sengaja terus memicu peran moral kejujuran harus bertempur dengan kebohongan, kelicikan dan kemunafikan, yang selama ini merasa telah sukses dengan tipuannya,” jelas Sutoyo.

Ia mengungkapkan perang moral seringkali lebih lama dan lebih berdarah kalau memang mereka penjahat dan penghianat harus dimusnahkan. Perang moralitas sering kali mamicu emosi yang tak terkendali. Juga sering kali harus membuang – buang waktu dan perasaan yang tidak layak.

Pertempuran moral melawan kebohongan, kemunafikan dan kelicikan adalah konsumsi publik dan kita harus terus mengukur efeknya, menurunkan atau menaikkan temperaturnya sesuai kebutuhan.

Sutoyo menegaskan, dengan telah dinyatakan seolah – olah ijazah Jokowi asli. Untuk antisipasi segala serangan dari mereka, kita harus kebal dengan virus mereka yang telah menyebar kemana- mama. Menghadapi tipe manusia seperti ini harus di lawan api dengan api. (Yoss).