Aset BJB Menggiurkan,
“Bom Waktu” Korupsi?!

Oleh Imam Wahyudi (iW)

HARI ulang tahun Bank BJB ke-64 pada 20 Mei 2025, ditandai ledakan “bom waktu”. Terbongkar kredit macet senilai Rp 550 milyar ke PT Sritex yang dinyatakan pailit alias bangkrut.

“Bom waktu” meledak, menyusul Kejaksaan Agung menetapkan tersangka atasnama Iwan Setiawan Lukminto. Adalah Dirut PT Sritex yang kemudian menjabat komisaris utama persero itu yang berlokasi di Sukoharjo, Jateng. Iwan diduga menilap duit senilai Rp 3,58 triliun, di balik tutup permanen perusahaan dan menelantarkan lebih 11 ribu karyawan yang terjerat PHK (pemutusan hubungan kerja). Dalih pailit, yang terbukti untuk memperkaya diri.

Perkara hukum itu kembali mengait nama Ridwan Kamil (RK) semasa menjabat Gubernur Jabar (2018 – 2023). Gubernur mempunyai fungsi ex officio, bersifat otomatis dari jabatannya. Dengan kata lain, berperan dalam pengawasan terhadap BJB yang adalah BUMD milik Pemprov Jabar itu.

Belum terkonfirmasi ihwal RK. Namun sekurangnya menjadi “bom waktu”. Meledak bersamaan HUT Bank BJB ke-64 pada 20 Mei lalu. Perkara kredit macet itu terkuak, setelah lima tahun melenggang tenang. Kucuran kredit berlangsung dua kali. Senilai Rp 200 milyar pada 16 Maret 2020 dan berikutnya 11 September tahun yang sama sebesar Rp 550 milyar.

Kasus kredit macet menyeret Kepala Divisi Korporasi dan Komersial Bank BJB, Dicky Syahbandinata menjadi tersangka. Menyusul mantan Dirut Bank BJB, Ruddy Renaldi dalam kasus berbeda. Kasus Ruddy melibatkan peran RK dalam dugaan korupsi reklame yang merugikan keuangan negara senilai Rp 222 milyar.

RK tengah menghadapi proses hukum. Menunggu jadual pemeriksaan di KPK. Peristiwa hukum kedua yang menyergap BJB. Ikhwal kredit macet ditangani Kejagung. Mirip “bom waktu” yang terkuak, sepeninggal RK sebagai Gubernur Jabar. Menyusul kasus dugaan korupsi anggaran reklame, RK juga dibuat pusing oleh perkara lainnya. Di luar jabatan, RK tersandung kasus berewek Lisa Mariana yang terlanjur bergulir ke ranah hukum.

Kasus kredit macet PT Sritex, bukan cuma BJB. Juga Bank DKI Jakarta senilai Rp 149 milyar dan Bank Jateng sejumlah Rp 250 milyar. Ketiga bank berlabel bank pembangunan daerah (BPD). Kredit macet juga dirampok Dirut Sritex itu. Sejumlah lebih besar, yakni Rp 2,5 triliun dari Himpunan Bank Negara (Himbara). Total kredit macet itu menjadi Rp 3,58 triliun. Kredit jumbo yang mengalir tanpa agunan hingga berujung mencret.

Perlu diketahui, keberadaan Bank BJB yang kemudian berkibar — dimungkinkan penyertaan modal dari APBD. Meliputi uang rakyat dari kas APBD provinsi dan kabupaten/kota, mencakup Jabar dan Banten. Serupa BPD di provinsi lainnya.

Penyertaan modal APBD ke BJB, berlaku setiap tahun anggaran. Ditandai penerbitan peraturan daerah (perda) di masing-masing pemerintahan daerah. Spesifik dalam rangka menjaga keseimbangan Capital Adequacy Ratio (CAR) bank. Selebihnya menjadi investasi pemda untuk meningkatkan modal disetor, yang berdampak pada peningkatan CAR tadi.

Aset Bank BJB hingga kuartal-III tahun 2024, mencapai Rp 210 triliun, naik 17,1% dari tahun sebelumnya. Setara tujuh kali volume APBD Jabar 2015.

BJB cetak laba Rp 606 pada tiga bulan pertama 2025. Berbanding minor dengan kredit macet dan korupsi anggaran reklame yang keduanya senilai Rp 772 milyar. Nilai aset BJB yang menggiurkan untuk godaan korupsi?! Mana tahan!

*) jurnalis senior di bandung.