• Home
  • JAKARTASATU
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • KRIMINAL
  • DUNIA
  • TOKOH
  • SENI BUDAYA
  • PEMILU
  • EKBIS
  • OPINI
Cari
Masuk
Selamat Datang! Masuk ke akun Anda
Lupa kata sandi Anda? mendapatkan bantuan
Pemulihan password
Memulihkan kata sandi anda
Sebuah kata sandi akan dikirimkan ke email Anda.
jakartasatu.com
  • Home
  • JAKARTASATU
  • NASIONAL
  • HUKUM
  • KRIMINAL
  • DUNIA
  • TOKOH
  • SENI BUDAYA
  • PEMILU
  • EKBIS
  • OPINI
Beranda Catatan Jakarta Editorial: Mencari Jejak Ibnu Taimiyah dalam Politik Indonesia

Editorial: Mencari Jejak Ibnu Taimiyah dalam Politik Indonesia

Senin, 26 Mei 2025 , 06:00
70
Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp

    Editorial: Mencari Jejak Ibnu Taimiyah dalam Politik Indonesia

    DI tengah riuh rendah politik Indonesia pasca-pemilu, kita kerap melihat kekuasaan lebih sebagai alat perebutan kepentingan, bukan sebagai amanah untuk menegakkan keadilan. Dalam konteks inilah, pemikiran Ibnu Taimiyah—ulama besar abad ke-13—menjadi relevan untuk ditimbang kembali. Ibnu Taimiyah lahir pada zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah.
    Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa kekuasaan dan agama bukan dua ranah yang terpisah. “Agama tidak akan tegak tanpa kekuasaan,” katanya.
    Namun, kekuasaan yang ia maksud bukanlah yang dibangun atas nama agama semata, melainkan kekuasaan yang menjalankan prinsip-prinsip keadilan. Ia bahkan berani mengatakan bahwa “Allah akan menolong negara yang adil walaupun kafir, dan membinasakan negara yang zalim walaupun Muslim.”
    Sebuah pernyataan yang menusuk, terutama bagi bangsa yang terjebak pada simbolisme keislaman, tapi miskin dalam praksis keadilan sosial. Ibnu Taimiyah mendapat reputasi yang luar biasa dikalangan ulama ketika itu, ia dikenal sebagai orang yang berwawasan luas,Ia banyak disebut sebagai pemikir Islam dan tokoh politik yang kontroversial karena sangat teguh pendiriannya, terutama pada syariat Islam. Sebagai pengikut Mazhab Hambali, pandangan Ibnu Taimiyah sering bersebrangan dengan para penguasa pada masanya.
    Jika Indonesia hari ini bukan negara agama, tapi juga bukan negara sekuler. Kita mengadopsi prinsip ketuhanan dalam konstitusi, namun sering kali lupa bahwa nilai-nilai ilahiah harus tercermin dalam tindakan politik. Jika keadilan adalah inti dari syariat, sebagaimana dikatakan Ibnu Taimiyah, maka keadilan harus menjadi pilar dalam setiap kebijakan publik: dari distribusi sumber daya, akses pendidikan, perlindungan hukum, hingga pemberantasan korupsi.
    Sayangnya, politik Indonesia kini masih lebih sering menjadi medan transaksi kuasa, bukan medan perjuangan moral. Hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas. Korupsi menjadi kebiasaan, bukan lagi kejahatan yang memalukan.
    Elit politik bicara tentang rakyat, tapi jarang benar-benar hidup bersama rakyat. Ibnu Taimiyah juga menekankan amar ma’ruf nahi munkar sebagai tugas negara. Namun apakah negara hari ini benar-benar melindungi kebenaran dan menindak kebatilan? Atau justru membungkam kritik atas nama stabilitas?
    Lebih jauh, Ibnu Taimiyah mengajarkan bahwa ketaatan kepada pemimpin adalah bersyarat—bukan membabi buta. Ketika penguasa menyimpang dari prinsip keadilan dan kebenaran, rakyat punya hak untuk menegur, bahkan mengganti pemimpin—asal tidak menimbulkan kerusakan lebih besar.
    Sebuah pemikiran progresif dari abad pertengahan yang patut direnungkan di era demokrasi elektoral ini. Kita butuh narasi politik baru—politik yang tidak sekadar mencari kuasa, tapi mengabdi pada keadilan. Kita butuh pemimpin yang bukan hanya religius secara simbolik, tapi benar-benar amanah dalam menjalankan mandat publik. Jika Ibnu Taimiyah hidup di Indonesia hari ini, mungkin ia akan berkata:
    “Negara yang kuat bukanlah yang banyak berdoa, tapi yang adil terhadap semua.”

    Apa Anda setuju? TABIK..!!! (ed/jaksat-ata)

    Facebook
    Twitter
    Pinterest
    WhatsApp
      Redaksi

      ARTIKEL TERKAITDARI PENULIS

      Siapa Yang Bertanggungjawab Dengan Ulah Dan Perilaku Joko Widodo, Selain Luhut Binsar Panjaitan?

      Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Terbukti Masih Waras, Tuduhan Luhut Binsar Panjaitan Soal Yang Masih Membahas Ijazah Palsu Jokowi Sakit Jiwa Terbantahkan

      Dandim 1710/Mimika Tinjau Ketahanan Pangan Di Lahan Percontohan Petani Binaan

      Siapa Yang Bertanggungjawab Dengan Ulah Dan Perilaku Joko Widodo, Selain Luhut Binsar Panjaitan?

      Redaksi Satu - Jumat, 13 Jun 2025 , 18:52 0
      Siapa Yang Bertanggungjawab Dengan Ulah Dan Perilaku Joko Widodo, Selain Luhut Binsar Panjaitan? By: Tom Pasaribu S.H, M.H. Masih ingat dengan baju kotak-kotak Joko Widodo? Ketika...

      Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Terbukti Masih Waras, Tuduhan Luhut Binsar Panjaitan Soal Yang...

      Redaksi Satu - Jumat, 13 Jun 2025 , 18:47 0
      Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Terbukti Masih Waras, Tuduhan Luhut Binsar Panjaitan Soal Yang Masih Membahas Ijazah Palsu Jokowi Sakit Jiwa Terbantahkan Oleh: Ahmad Khozinudin,...

      Dandim 1710/Mimika Tinjau Ketahanan Pangan Di Lahan Percontohan Petani Binaan

      Redaksi Satu - Jumat, 13 Jun 2025 , 18:35 0
      Dandim 1710/Mimika Tinjau Ketahanan Pangan Di Lahan Percontohan Petani Binaan JAKARTASATU.COM-- Dandim 1710/Mimika Letkol Inf M. Slamet Wijaya, S.Sos,. M.Han,.M.A. didampingi Pasiter dan Babinsa setempat...

      MPSI Desak Presiden Copot Menteri ATR Nusron Wahid Diduga Main Mata Kasus HGB PIK...

      Redaksi Satu - Jumat, 13 Jun 2025 , 18:28 0
      MPSI Desak Presiden Copot Menteri ATR Nusron Wahid Diduga Main Mata Kasus HGB PIK 2 di Pesisir Tangerang JAKARTASATU.COM-- Direktur Merah Putih Stratejik Institut (MPSI),...

      Hukum Penguasa, Kajian Politik Merah Putih: Hukum Tidak Menjamin Keadilan Hanya Jadi Alat Penindasan

      Redaksi Satu - Jumat, 13 Jun 2025 , 18:15 0
      Hukum Penguasa, Kajian Politik Merah Putih: Hukum Tidak Menjamin Keadilan Hanya Jadi Alat Penindasan JAKARTASATU.COM-- Koordinator Kajian Merah Putih Sutoyo Abadi melontarkan kritik nilai -...

      EDITOR PICKS

      EDITORIAL JAKARTASATU: KENAPA SUMUT MAU MEREBUT 4 PULAU ACEH?

      Kamis, 12 Jun 2025 , 06:08

      Tambang, Geopark, dan Narasi Izin: Mencermati Paradoks di Raja Ampat

      Rabu, 11 Jun 2025 , 06:05

      Komika Ini Dihapus Postingannya di X, Soal Presiden Prabowo yang Beri Hadiah Rolex

      Rabu, 11 Jun 2025 , 06:00

      POPULAR POSTS

      PASUKAN BERANI MATI PEMBELA JOKOWI AKAN MENGADAKAN APEL AKBAR SEPTEMBER INI

      Kamis, 5 Sep 2024 , 13:35

      Warga Keturunan Tionghoa Bergabung, Kang Haru: Bukti Nyata Persatuan NKRI Bersama Kami

      Kamis, 14 Des 2023 , 16:47

      Lokasi Pembangunan Rumah Joko Widodo Di Karang Anyar Solo Disegel Aliansi Rakyat Menggugat  (ARM)

      Rabu, 6 Nov 2024 , 18:08

      POPULAR CATEGORY

      • JAKARTASATU16497
      • NEWS14786
      • INDONESIA13909
      • NASIONAL13270
      • POLITIK12321
      • Hukum11932
      • JAKARTA10378
      • KOLOM7618
      LogoJAKSATJAKARTA SENYATA NYATANYA

      ABOUT US

      JAKARTASATU.COM dikelola di bawah naungan PT Meprindo (Media Pribumi Indonesia), dengan Akta Notaris Nomor 14 / 30 Oktober 2015. Notaris Raden Reina Raf’aldini, SH, dengan Pengesahan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Nomor AHU-2463874.AH.01.01.TAHUN 2015. Sebagai media online kami membuka ruang baru jurnalisme terbuka dan lugas. Untuk ikut saran silakan kirim ke: [email protected] atau [email protected]

      Contact us: [email protected]

      FOLLOW US

      Blogger
      Facebook
      Instagram

      Copyright © 2013 - 2025 jakartasatu.com. All rights reserved.

      • KONTAK
      • REDAKSIONAL
      • PEDOMAN MEDIA SIBER