“Judi adalah jalan singkat menuju kehancuran akhlak, menjauhkan manusia dari kerja keras dan menjebaknya dalam harapan palsu.”
Buya Hamka
Pendiri bangsa, Bung Hatta, pernah berkata: “Negara harus hadir untuk melindungi rakyat dari jeratan ekonomi dan moral yang menghancurkan.” sangat koneksitas jika kita melihat saat ini ada banyak Judi atau Judol, atau Judi, dalam bentuk apa pun, adalah bentuk penghancuran itu.
Di zaman ini, ia bukan lagi sekadar meja dan kartu—ia merasuk lewat layar, lewat klik, dan lewat pembiaran aparat. Maka salah satu tokoh ulama, Buya Hamka, secara tegas menyatakan: “Judi adalah jalan singkat menuju kehancuran akhlak, menjauhkan manusia dari kerja keras dan menjebaknya dalam harapan palsu.”
Tokoh besar lainnya Amien Rais judi dan nilai moral untuk mendukung kritik tajam terhadap skandal Budi Arie: “Judi Itu Penyakit Bangsa” Budi Arie dan Kegagalan Negara Menjaga Moral Publik. Di tengah carut-marut bangsa yang sedang berjuang menghapus kemiskinan, memperkuat pendidikan, dan menjaga moral generasi muda, muncul kabar pahit: seorang menteri—Budi Arie Setiadi—disebut dalam dakwaan kasus judi online. Lebih memalukan, hingga kini ia masih duduk manis di kursi kekuasaan, tanpa proses hukum yang jelas. Mari kita tarik ke nilai dasar kebangsaan.
Lalu apa yang harus kita lakukan ketika justru negara, melalui pejabatnya, menjadi bagian dari kejahatan itu? Budi Arie disebut dalam dakwaan menerima bagian dari keuntungan situs judi online yang tak diblokir.
Bila ini benar, maka ia bukan hanya pelaku kejahatan hukum, tapi juga kejahatan moral. Dalam sistem manapun, ini pengkhianatan terhadap amanat rakyat. Amien Rais menyuarakan kemarahan rakyat yang muak pada kelumpuhan negara. Ia mempertanyakan mengapa orang yang terseret kasus segelap ini tetap diberi tempat di kabinet. “Orang seperti ini,” kata Amien, “tak punya tempat di pemerintahan yang bersih.” Dan kita semua tahu, itu adalah seruan nurani. Jangan sampai bangsa ini melahirkan generasi yang meyakini bahwa kejahatan bisa dibungkus sebagai kekuasaan. Jangan biarkan anak-anak muda melihat bahwa pejabat bisa bebas dari hukum hanya karena punya koneksi atau posisi.
Jika Presiden Prabowo ingin mencatat sejarah bersih, ini saatnya: copot Budi Arie. Biarkan proses hukum membuktikan. Tapi jangan biarkan rakyat terus mencatat bahwa keadilan hanya berlaku bagi yang lemah. Ini bukan hanya tentang satu menteri. Ini tentang integritas negara. Dan hari ini, Indonesia sedang diuji: apakah kita berani bersih, atau justru ikut jadi bagian dari kebusukan yang disahkan oleh diamnya kekuasaan.
Ketika seorang pejabat negara terseret dalam pusaran skandal judi online—kejahatan digital yang merusak fondasi sosial dan ekonomi bangsa—kita berharap negara berdiri tegas. Namun harapan itu runtuh ketika Budi Arie Setiadi, mantan Menkominfo yang kini menjabat Menteri Koperasi dan UKM, justru tampak melenggang bebas, nyaris tanpa konsekuensi yang tegas. Yang lebih menyakitkan: publik seperti dipaksa menerima kelumpuhan etika hukum. Amien Rais, tokoh reformasi yang tajam, menggugat moral dan politik atas keberadaan Budi Arie di lingkar kekuasaan. Kritiknya bukan tanpa dasar. Di tengah dakwaan yang menyebut keterlibatan Budi Arie menerima jatah 50% dari keuntungan situs judi online yang tak diblokir Kominfo, keheningan negara justru membentuk pola pembiaran. Bukankah ini sinyal bahwa integritas pemerintahan kita telah digadaikan? Budi Arie membantah. Ia menyebut ini sebagai “fitnah” dan “framing”, menyalahkan anak buah, seperti pejabat karbitan yang tak tahu malu.
Jika benar ia tidak tahu, maka ia gagal mengawasi; jika tahu, maka ia pelaku. Dua-duanya sama buruknya. Tak ada alasan netral bagi pejabat tinggi negara dalam kejahatan berjaringan seperti ini. Yang lebih menyedihkan adalah bagaimana kasus ini seolah ditarik-ulur. Tidak ada penahanan. Tidak ada pencopotan. Tidak ada penegasan. Ini bukan sekadar kelambanan hukum, ini penghinaan terhadap rasa keadilan publik. Skandal ini bukan hanya soal judi online. Ini tentang jantung rusak negara—ketika pejabat tinggi justru ikut menghidupi ekonomi gelap dan menghancurkan masa depan anak bangsa.
Sementara Presiden Prabowo masih diam, masyarakat justru dihina oleh pengelolaan opini. Seolah-olah kasus besar ini bisa disapu di bawah karpet kekuasaan. Dimana janji pembersihan birokrasi? Dimana komitmen revolusi mental yang pernah dicuatkan? Atau apakah kita telah kembali ke masa di mana jabatan adalah tameng dari kejahatan?
Sudah waktunya kita bicara lebih keras. Jika Budi Arie tidak diberhentikan sementara, jika proses hukum terus-menerus dihalangi, maka rakyat punya hak untuk menyimpulkan bahwa negara ini sedang dikuasai oleh mereka yang tak pantas memegang kekuasaan. Hukum tidak lagi tumpul ke atas—ia telah dipatahkan dan dibuang ke tong sampah. Amien Rais benar dalam satu hal: ini bukan sekadar kasus kriminal. Ini adalah ujian moralitas bangsa. Dan sejauh ini, kita gagal total. Judi Judi yang Judol karenen kini main diatas alat digital… Nah loh….(ata/jaksat)