Babak Baru Kasus Ijazah Palsu Jokowi, Penjilat Alihkan Isu Karena Gagal Membuktikan Keasliannya

Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat

Koordinator Non Litigasi Tim Advokasi Anti Kriminalisasi Akademisi dan Aktivis

Rupanya, ekspektasi Jokowi dan para penjilatnya meleset. Hasil Tes Puslabfor Mabes Polri yang menyatakan ijazah Jokowi identik, tak mendapatkan legitimasi publik.

Padahal, skenario yang disusun sangat mudah terbaca, yaitu:

Pertama, melegitimasi keaslian ijazah Jokowi melalui hasil tes laboratorium forensik Bareskrim Polri. Sehingga, tak ada alasan lain bagi publik untuk meragukan keaslian ijazah Jokowi.

Kedua, melegitimasi kriminalisasi terhadap Roy Suryo dkk melalui hasil tes laboratorium forensik Bareskrim Polri. Sehingga, seolah-olah Roy Suryo dkk benar-benar telah mengedarkan fitnah dan pencernaan, karena ijazah Jokowi sudah dibuktikan identik oleh BARESKRIM POLRI.

Akan tetapi, publik yang mengikuti perkara ini sudah sangat cerdas. Publik tak percaya begitu saja atas apa yang dirilis Bareskrim Polri.

Publik menggunakan berbagai data dan logika, juga preseden anomali kasus yang ditangani oleh Bareskrim untuk meragukan bahkan hingga level tidak percaya atas rilis BARESKRIM yang menyatakan ijazah Jokowi identik yang kemudian dinarasikan asli.

Sederhana saja alasannya. Publik merasa, jika benar Ijazah Jokowi asli, kenapa enggan menunjukkan kepada publik?

Kalau alasannya itu hak asasi, hak apa yang menghalangi hak asasi rakyat untuk tahu kepastian ijazah milik Jokowi yang pernah menjadi Presiden 2 periode?

Kalau itu dikatakan tidak akan menyelesaikan kasus, bagaimana mungkin kasus akan selesai, lha wong menunjukkan ijazah saja Jokowi tidak berani? Bukankah, dengan tidak menunjukkan ijazahnya, ada itikad tidak baik dari seorang Jokowi?

Jangan salahkan rakyat, ketika Jokowi keukeuh tak mau menunjukkan ijazahnya, kemudian muncul keyakinan ‘mana ada maling ngaku?’.

Lagipula, dengan tidak menunjukkan ijazahnya kepada publik, berarti Jokowi telah berprasangka buruk terhadap publik. Seolah-olah, nantinya yang dipersoalkan bukan hanya ijazah, bisa melebar ke KTP, KK, Serifikat Tanah, dll, seperti yang dia ucapkan.

Kok jadi Baper begitu? Fokus saja dulu, pada masalah ijazah. Kenapa jadi membangun narasi menyalahkan publik?

Kalau memang tak mau menunjukkan ijazahnya, kenapa Jokowi tunjukkan kepada pengacara? Kenapa Jokowi tunjukkan kepada media? Katanya hanya akan menunjukkan atas perintah pengadilan? Lalu kenapa, pengacara dan media membangun narasi dan meminta keyakinan publik bahwa ijazah Jokowi asli, karena mereka telah melihatnya?

Ingat! Yang melihat itu pengacara Jokowi. Jadi, ya biar pengacara Jokowi saja yang taklid buta, percaya ijazah itu asli. Sementara bagi rakyat? Bagaimana mungkin, akan ikut taklid buta dan mempercayai mitos ijazah Jokowi asli, padahal ijazah itu tidak pernah diperlihatkan kepada publik?

Lagipula, kasus Ijazah palsu Jokowi ini sudah masuk sengketa hukum. Sudah menjadi kasus hukum, baik perdata maupun Pidana.

Sehingga, ijazah Jokowi baru bisa dinyatakan asli jika ada putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Bareskrim, tak bisa mengambil alih wewenang pengadilan dengan menyatakan ijazah Jokowi asli. Tindakan prematur BARESKRIM, yang memeriksa bukti bukti pada proses penyelidikan dan menghentikan kasus, sekaligus mengambil alih wewenang pengadilan dengan menyatakan ijazah Jokowi asli, adalah konfirmasi Bareskrim telah, sedang dan akan terus melindungi kepentingan Jokowi.

Apalagi, preseden kasus Brigadir Joshua Hutabarat, Vina Cirebon, KM 50, kasus Jessika, dll, cukup untuk meyakinkan publik bahwa kinerja Bareskrim Polri bermasalah. Lalu, atas dasar apa publik wajib percaya hasil tes dari lembaga yang sudah dikenal bermasalah?

Publik tidak mudah dicucuk hidungnya seperti kerbau pembajak sawah, taklid buta dan percaya pada Bareskrim. Karena sulitnya meyakinkan publik atas ijasah Jokowi asli, mulailah pihak Jokowi menyerang pribadi para pengkritik ijazah dengan berbagai tuduhan.

Ada yang dengan tuduhan dibiayai (ada BOHIR). Ada afiliasi kelompok yang tidak suka Jokowi. Ada kaitan dengan ormas tertentu. Dan berbagai fitnah murahan lainnya.

Dalam serangan ini, seorang penasehat ahli Kapolri Ariyanto Sutadi, tidak malu menjatuhkan wibawanya sebagai seorang penasehat ahli Kapolri menjadi sekelas Buzer. Ikut latah asal tuduh, tanpa bukti dan argumentasi.

Semua tuduhan dilayangkan secara membabi buta dan penuh ilusi. Yah, karena itu hanya tuduhan dan ilusi, kami di Tim lebih memilih untuk fokus pada kasus ijazah palsu Jokowi.

Akhirnya, biarlah publik yang menilai. Apakah lebih percaya Jokowi, atau hasil kajian Rismon Sianipar, Roy Suryo dkk, yang selama ini terbuka memaparkan argumentasi dan bukti-bukti. Sederhana saja, pada akhirnya kebenaran akan menemukan jalannya sendiri (Jawa: becik ketitik olo ketoro). [].