
Dari Makassar, Menteri Meutya Hafid Menabuh Genderang Pemerataan Teknologi AI Lewat Akselerasi Infrastruktur Digital
JAKARTASATU.COM – Di tengah sorotan lampu forum HIPMI x MVT Connect 2025, di salah satu ballroom megah Hotel Claro Makassar, suara Meutya Hafid terdengar lantang namun bersahaja. Di hadapan ratusan peserta dari berbagai penjuru Indonesia, Menteri Komunikasi dan Digital itu mengutarakan sebuah visi besar. Bukan sekadar soal kemajuan teknologi, tapi tentang keadilan akses dan pemerataan kecerdasan buatan di tanah air.
“Infrastruktur digital adalah modal dasar,” ucap Meutya. “Tanpa ini, AI tidak akan mungkin terjadi karena kita tidak punya konektivitas.”
Itu bukan sekadar pernyataan teknokratis. Di balik kalimat itu tersimpan ambisi besar pemerintah untuk menyiapkan pondasi yang kokoh bagi lompatan kecerdasan buatan. Pemerataan internet bukan hanya target angka. Ia adalah jembatan menuju masa depan yang lebih adil secara digital. Maka bukan tanpa alasan, di forum bertema Beyond Limits – AI for Next-Gen Digital Transformation itu, kawasan timur Indonesia menjadi perhatian utama.
Meutya tidak sedang mengumbar janji kosong. Ia menempatkan konektivitas sebagai prasyarat etis untuk keadilan teknologi. AI, bagaimanapun, tidak bisa hanya hidup di koridor elit kampus dan pusat industri metropolitan. Ia harus tiba di pesisir, di lembah, di pulau-pulau kecil, bahkan di desa terpencil. Meutya menyebutnya sebagai “terobosan digitalisasi” agar tak ada lagi daerah 3T yang tertinggal.
Dengan konektivitas sebagai bahan bakar, kecerdasan buatan mulai menyusup ke berbagai lini kehidupan. Di dunia pemasaran dan industri gim, AI telah lama menjadi pion. Namun Meutya menggarisbawahi prioritas baru yang lebih menyentuh kebutuhan rakyat. Pendidikan, ketahanan pangan, perikanan, hingga layanan pemerintahan kini menjadi ladang baru yang ingin dibajak bersama AI.
