Akademizi Melakukan Kunjungan ke Masjid Sejuta Pemuda di Kota Sukabumi
JAKARTASATU.COM– Direktur Akademizi, Nana Sudiana, melakukan kunjungan penting ke Masjid Sejuta Pemuda atau Masjid At-Tin yang berlokasi di Jalan Lampung, Kelurahan Gedongpanjang, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, Jawa Barat, pada Kamis (19/6/2025).
Nana Sudiana disambut langsung oleh pengelola masjid, Ustaz Aggi Firmansyah Sulaiman, dalam suasana penuh semangat dan visi besar untuk masa depan masjid di Indonesia. Masjid Sejuta Pemuda berdiri di atas lahan wakaf seluas satu hektare, yang pada awalnya merupakan tanah pribadi tak laku jual. Namun, sejak Maret 2023, lahan ini disulap menjadi masjid dan kini berkembang menjadi pusat aktivitas keislaman anak muda yang terus bertumbuh.
Nana menyoroti kecenderungan banyak lembaga zakat yang hanya fokus pada pembangunan fisik masjid, namun tidak melanjutkan dengan proses pembinaan dan pemberdayaan masyarakat.
“Masjid bukan hanya soal membangun fisiknya. Setelah selesai dibangun, harus ada kesinambungan berupa pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Masjid harus menjadi tempat tumbuhnya karakter dan potensi umat,” tegas Nana.
Ia menambahkan bahwa masjid seharusnya menjadi ekosistem sosial yang memandirikan umat—tidak hanya menjadi tempat ibadah ritual, tetapi juga tempat ibadah sosial dan intelektual.
Sementara itu, Ustaz Aggi menjelaskan visi besar yang sedang dibangun di Masjid Sejuta Pemuda. Menurutnya, masjid ini dirancang sebagai pusat pembinaan generasi muda berbasis tarbiyah, kedisiplinan, dan teknologi. Salah satu program unggulannya adalah sistem rekrutmen dan pelatihan marbot (pengelola masjid) yang dilakukan secara profesional dan terstruktur.
“Kami ingin ubah paradigma. Marbot itu harus punya kompetensi. Kami rekrut dengan seleksi ketat, lalu mereka ikut marbot camp—pelatihan dua hari tiga malam untuk belajar dasar-dasar kemarbotan, manajemen masjid, hingga akhlak pelayanan,” jelas Aggi.
Tak hanya itu, setiap marbot diwajibkan selfie subuh sebagai bentuk komitmen terhadap kedisiplinan. Aggi menyebut program ini bukan hanya gimmick, tapi bagian dari proses self-accountability yang ditanamkan sejak dini.
Lebih jauh, Anggi mengungkapkan rencananya mendirikan kampus berbasis masjid di kawasan tersebut, sebagai penguatan peran masjid dalam pendidikan tinggi. Ia meyakini bahwa masjid bisa menjadi inkubator peradaban, bukan sekadar pelengkap kota.
Kunjungan Akademizi ini diharapkan menjadi titik tolak kolaborasi antar lembaga dalam membangun masjid sebagai pusat perubahan. Nana menyatakan komitmennya untuk terus mendorong lembaga zakat, filantropi, dan ormas Islam agar menjadikan masjid sebagai episentrum pemberdayaan umat.
“Masjid Sejuta Pemuda adalah contoh konkret bagaimana masjid bisa menjadi gerakan perubahan, bukan hanya simbol,” tutup Nana.
Kunjungan ini sekaligus membuka peluang sinergi antara Akademizi dan pengelola Masjid Sejuta Pemuda dalam menyusun roadmap pemberdayaan dan pendidikan jangka panjang berbasis masjid.