MESRA DENGAN RAKYAT

Oleh Agung Marsudi

DALAM merdeka yang sejati, manusia tetap terikat dalam satu simpul—tak bisa bebas sendiri, tanpa membebaskan sesama. Dan itu bukan pilihan, tapi keniscayaan.

Pagi ini, di meja telah tersedia satu gelas besar jahe geprek, sebuah kemesraan dua insan yang membebaskan. Katanya, untuk meningkatkan imun tubuh. Sementara demokrasi dan ekonomi yang membebaskan, praktiknya bukanlah kebebasan yang sempurna, dipenuhi dengan politik rekayasa (membaca Indonesia pasca dua periode pemerintahan Jokowi).

Hitung mundur janji adil makmur pemerintahan Prabowo Subianto, menampilkan politik heroik, seperti nonton film India yang dipenuhi drama, (dan tarian). Demokrasi dikisahkan dengan senam bela diri militer. Nasionalisme, terutama bagi anggota kabinet harus dikeringatkan.

Mimpi presiden menggendong harapan rakyat  masih jauh panggang dari api. Mesra dengan rakyat. Timbul tenggelam bersama rakyat. Terlihat seperti coretan di dinding-dinding rumah rakyat. Yang tak lagi berani mengeluh, apalagi mengaduh.

Belajar dari kitab Negarakertagama, bagaimana negeri ini harus bertata negara, maka sebuah pemerintahan yang “berkesadaran” akan membuahkan hasil, memenuhi harapan rakyat, menjawab pertanyaan, sesungguhnya untuk apa negara didirikan. Sejarah mencatat, negeri yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja itu pernah terjadi, dan bukan mimpi.

Reformasi telah mengkudeta konstitusi negara ini, dengan amandemen 4 kali. Hampir 3 dekade reformasi berjalan, tapi gagal melanjutkan cita-cita luhur para pendiri bangsa. Kembali ke UUD 1945 asli adalah jalan kebangsaan, jalan terbaik mengembalikan jati diri, di tengah hegemoni demokrasi yang menghilangkan identitas bangsa-bangsa di dunia.

Dunia dengan dengan demokrasi, sudah hilang “kesadaran”. Membangun kesadaran bersama. Bergandeng tangan, bahu membahu. Membangun itu butuh cinta. Cinta butuh kemesraan.

Satu diantara nama-nama ini pernah melekat di hati anda. Siapa yang paling mesra dengan anda? Soekarno, Suharto, Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, Prabowo Subianto.

Lalu, siapa yang berani menjawab, kapan negara mesra dengan rakyatnya?

Solo, 3 Juli 2025