DEKENGAN PUSAT

Oleh : Girarda
Pemerhati sosial

Tulisan di belakang truk, dekengan pusat, yang artinya kurang lebih di backup orang pusat atau orang penting. Mungkin yang menulis sekedar bercanda, atau bisa juga kode biar aman dari gangguan.

Bila kita lihat gejala yang ada bukankah fenomena dekengan pusat itu hal yang lumrah. Banyak orang yang berlomba untuk mendapatkannya. Dengan tujuan yang beragam tentunya. Namun satu hal kesamaan adalah untuk mendapatlan privilege,  perlakuan khusus yang tidak bisa didapatkan oleh kebanyakan orang. Perlakuan khusus yang cenderung untuk mendapatkan kelebihan demi  kepentingan pribadi atau kelompok, hingga yang melanggar hukum seperti korupsi misalnya.

Dekengan pusat bisa tumbuh subur dalam pola senioritas dan paternalisme. Satu sisi ada baiknya pola ini. Sisi lain juga ada kekurangannya, timbul loyalitas tanpa batas yang kadang susah bersikap tegas waktu menghadapi keadaan yang menyimpang. Padahal waktu ada penyimpangan, tindakan hukum yang tegas tanpa pandang bulu diperlukan, sejenak perlu tanggalkan senioritas dan paternalisme. Secara khusus terhadap perilaku korup yang seolah sambung menyambung hingga jauh tak berujung.

Agar efektif memberantas penyimpangan terutama korupsi, maka meritokrasi pejabat mesti tegas berdiri atas prinsip orang terbaik, berintegritas, dan punya nyali yang berhak mendapatkan posisi. Negara mesti memberi pesan dan harapan positif  kepada segenap anak bangsa terutama generasi muda, berprestrasilah dengan hebat, jaga integritas, dan nyalakan nyali, negara pasti merekrut kalian.

Apabila sistem kenegaraan berjalan semestinya, tidak perlu lagi ada istilah dekengan pusat. Karena semua orang bisa beraktifitas dan mencapai yang diharapkan dengan benar sesuai aturan.