Foto: Ade Armando, dok. detik

JAKARTASATU.COM– Penunjukan Ade Armando, politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), sebagai Komisaris PLN Nusantara Power menuai polemik dan menjadi perbincangan hangat di media sosial. Pengamat politik Adi Prayitno menilai, ramainya isu ini tak lepas dari sosok Ade Armando yang selama ini dikenal sebagai pembela utama pemerintah.

“Ramainya penunjukan Ade Armando sebagai komisaris PLN Nusantara Power karena ia dikenal sebagai pendukung setia pemerintah. Banyak yang menilai jabatan ini adalah bentuk ganjaran atas loyalitas politiknya,” ujar Adi Prayitno melalui kanal YouTube-nya, Jumat (4/7/2025).

Adi menambahkan, dalam sistem politik elektoral, hal semacam ini merupakan sesuatu yang wajar. “Dalam politik, para pendukung loyal yang berkontribusi besar pada kemenangan kandidat memang layak mendapatkan posisi kekuasaan, entah itu sebagai menteri, kepala lembaga, maupun komisaris,” jelasnya.

Namun, Adi juga mengkritisi fenomena pihak yang kalah dalam pemilu namun tetap meminta jatah kekuasaan. “Aneh jika yang kalah ikut menikmati jabatan. Budaya politik tahu malu seharusnya diterapkan; yang kalah sebaiknya menjadi oposisi,” tegasnya.

Selain soal loyalitas politik, penunjukan Ade Armando juga menuai pertanyaan terkait kompetensi. Latar belakang Ade sebagai dosen dan ahli komunikasi dinilai tidak relevan dengan dunia kelistrikan PLN.

“Publik mempertanyakan apakah jabatan komisaris harus sesuai keahlian teknis atau cukup bermodal akomodasi politik,” kata Adi.

Dosen UIN Syarif Hidayatullah ini juga menyoroti penjelasan Ade Armando yang menyatakan tugasnya lebih pada memastikan akuntabilitas, integritas, dan komunikasi publik perusahaan. Namun, ia mempertanyakan urgensi peran tersebut di perusahaan pelat merah seperti PLN. “Yang paling penting adalah kinerja dan pelayanan maksimal kepada masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Adi menilai isu penunjukan komisaris seperti ini kerap lebih menarik perhatian publik dibanding isu-isu besar lain, seperti pemberantasan korupsi atau putusan Mahkamah Konstitusi. Ia juga menyoroti kedekatan Ade Armando dengan eks Presiden Jokowi dan Gibran, yang selama ini kerap ia bela di ruang publik.

“Dalam realitas politik Indonesia, wajar jika loyalis yang berkontribusi besar mendapatkan posisi kekuasaan. Justru aneh jika mereka tidak mendapat apa-apa setelah membela dan memenangkan kubu tertentu,” pungkas Adi Prayitno.

Penunjukan Ade Armando sebagai Komisaris PLN Nusantara Power kini menjadi sorotan, dan publik pun menanti apakah langkah ini akan membawa perubahan positif bagi perusahaan maupun masyarakat luas. (RIS)