ig@maman.abdurrahman.st
[email protected]
JAKARTASATU.COM – Langit Jakarta baru saja bersih dari mendung ketika Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah Maman Abdurrahman melangkah masuk ke Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi. Suara sepatu kulitnya menggema pelan di lantai lobi, menyisakan ketegangan yang belum benar-benar reda di ruang publik. Ia tidak membawa berkas. Ia membawa marwah.
“Saya hadir di sini sebagai bentuk pembelaan kehormatan terhadap istri saya” ucap Maman. “Yang telah direndahkan, dilecehkan, bahkan difitnah.”
Sore itu, Jumat 4 Juli 2025, publik menunggu klarifikasi soal satu dokumen yang viral. Sebuah surat dinas berkop resmi Kementerian UMKM bertuliskan “Kunjungan Istri Menteri UMKM Republik Indonesia” ke sejumlah negara Eropa. Netizen menuding, pejabat kembali memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Tapi Maman menolak tegas. Dalam pernyataan yang jernih dan berulang-ulang ia tegaskan satu hal
“Saya sampaikan satu rupiah pun tidak ada uang dari uang negara satu rupiah pun tidak ada uang dari pihak lainnya”
Ia berkata tanpa jeda. Frasa itu dilontarkan seperti mantra. Bukan hanya sekali tapi berkali-kali sepanjang konferensi pers. Disampaikannya bahwa biaya tiket pesawat hotel kendaraan hingga makan selama perjalanan di Eropa semuanya ditanggung dari rekening pribadi istrinya Agustina Hastarini.
IST
IST
Dokumen bukti pembayaran sudah disiapkan. Diperlihatkan. Diserahkan. Bukan kepada publik tapi kepada lembaga antikorupsi sebagai bentuk transparansi. Bagi Maman ini bukan soal jabatan tapi soal nama baik keluarga.
“Tidak pernah ada perintah dari saya. Tidak ada disposisi tidak ada arahan. Saya tidak tahu-menahu soal dokumen itu”
Suaranya tetap tenang meski penuh tekanan. Di matanya, kasus ini bukan hanya potensi pelanggaran administratif tetapi sudah masuk ranah fitnah. Ia bahkan menyebut akan mengusut siapa oknum di internal Kementerian UMKM yang berani mengeluarkan surat itu tanpa sepengetahuannya.
Sebab bagi Maman, persoalan ini bukan hanya menyentuh ruang kerjanya sebagai pejabat negara. Ini menyentuh rumahnya. Menyentuh anak dan istrinya.
Agustina Hastarini disebut ikut ke Eropa bukan dalam kunjungan resmi negara. Ia hanya menemani putrinya yang masih pelajar SMP mengikuti misi kebudayaan dalam ajang International World Innovative Student Expo. Kompetisi berlangsung selama 14 hari. Mereka bukan bertamasya. Mereka mewakili Indonesia.
“Tolong jangan dibesarkan. Jangan fitnah-fitnah kami lagi. Saya cuma titip itu saja”
Kata-kata itu disampaikan nyaris seperti seruan terakhir. Seolah berharap badai segera berlalu. Bahwa penjelasan yang gamblang ini cukup untuk meredam kecurigaan publik. Tapi dalam republik yang rawan trauma terhadap penyalahgunaan kekuasaan, setiap kop surat resmi akan selalu dibaca dengan hati-hati.
Belum jelas siapa yang menyusun surat itu. Belum terang siapa yang menandatanganinya. Tapi yang terang, Menteri Maman menolak tegas keterlibatan apapun. Dalam klarifikasi itu, ia tak berbicara sebagai pejabat melainkan sebagai suami. Sebagai ayah.
“Ini tentang kehormatan”
Satu rupiah, bagi negara, bisa jadi tak berarti. Tapi ketika satu rupiah disebut-sebut berasal dari sumber yang tidak sah, nilai itu bisa menumbangkan wibawa. Maman mungkin tidak sedang membela kursi menterinya. Ia sedang membela satu hal yang lebih dulu ia bangun sebelum menjadi pejabat negara nama baik.
Dan satu rupiah pun, katanya lagi, tak berasal dari uang negara. Tak pula dari pihak lainnya. Begitu tegas Maman berkali-kali. |WAW-JAKSAT