JAKARTASATU– Dulu saat Penataran P4 dijelaskan bagian Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah dengan menghindarkan sinkretisme, yaitu CAMPUR ADUK dalam Agama. Sekarang, khususnya tiga tahun terakhir ini, seperti sengaja ditunjukkan. Sinkretisme dimana-mana
Syukur umat Islam belum bangga membuatnya di masjid-masjid. Ada tokoh tingkat nasional. Mengaku agama Islam, bergelar haji, tapi nyanyi rohani di acara Natal dan di depan umum. Bahkan diliput media.
Anehnya, orang itu tidak pernah sekalipun terdengar baca al-Qur’an atau sholawat pada Nabi sekalipun. Ciri-ciri dunia mau kiamat kali, ya?
Sebenarnya orang yang merayakan agamanya, tapi sibuk melibatkan orang lain saat perayaan agamanya. Menunjukkan tidak percaya diri atas agamanya, selain bisa memurtadkan orang-orang yang mereka ajak
Mari pertebal ilmu aqidah agar tidak terjerumus dalam sinkretisme yang membatalkan iman. Imam Syafi’i membagi ilmu syariat Islam menjadi empat: Ibadah; tidak boleh campur baur dengan agama lain.
Muamalat; jual beli, sewa, gadai dan lain-lain boleh interaksi dengan agama lain. Muamalat; jual beli, sewa, gadai dan lain-lain boleh interaksi dengan agama lain. Munakahat; nikah, talak, dan rujuk tidak bisa campur baur dengan agama lain. Jinayat; hukum pidana. Jadilah muslim taat syariah. RI
*Wasekjen MUI Pusat. Tengku Zulkarnain