Eric BleekerJAKARTASATU.COM – Semua pegawai TheSquareFoot.com di New York yang berjumlah sembilan orang memiliki meja kerja yang rapi dan bersih. Kecuali satu orang.

Meja Jonathan Wasserstrum, salah satu pendiri perusahaan, pun lantai sekelilingnya dihiasi tebaran kertas, dokumen, perangkat teknologi, dan kardus lawas. “Saya senang berada di dekat barang-barang ini ketimbang harus menyimpannya di lemari,” ujarnya.

Justin Lee, pendiri lain, kesulitan menghadapi situasi tersebut. “Ada saja barang-barangnya yang mengotori meja saya,” ujar Lee. Para pegawai di kantor penyewaan real-estate dan jasa perantara itu kadang mencetak salinan dokumen baru demi tak harus berurusan dengan arsip bernoda makanan dari meja Wasserstrum.

Dengan meningkatnya jumlah pekerja yang berbagi ruangan di kantor tanpa sekat, perselisihan yang bersumber dari tumpukan barang kolega semakin kerap. Jumlah ruang rata-rata yang dialokasikan kepada pekerja turun 21% sejak 1997, demikian keterangan International Facility Management Association di Houston, Amerika Serikat. Ruang penyimpanan pun mengerucut. Tak setiap orang mampu menjawab dorongan untuk dapat bekerja di kantor minim kertas.

Menurut penelitian, seseorang yang terbiasa rapi akan terganggu dengan tumpukan barang di meja kolega sekantornya. Bahkan, keadaan itu dapat merusak kinerja sang pekerja. Tapi, masalahnya, meminta pemilik meja untuk membereskan barang-barangnya tak mudah.

“Repot,” ujar Judith Bowman, seorang pelatih dan penulis buku mengenai etiket korporasi. “Apa yang nampak di meja atau lingkungan kerja Anda sangat penting. Namun, itu menyangkut urusan pribadi. Mengkritik [kolega] bermeja berantakan sama saja dengan mengecam cara berpakaian atau mengomentari tingkat kebersihan rumah mereka.” Menurut para pakar, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah memberi contoh: Tata kembali meja kerja Anda, dan adakan hari bersih-bersih di kantor.

Orang yang suka dengan meja berantakan punya banyak alasan untuk berlaku jorok. Ada yang bilang tak mungkin jeda dari kerja dan membereskan barang-barang, ada yang beralasan sulit berhenti dari aktivitas dan membereskan barang-barangnya. Menurut Krista Lamp, tumpukannya berisi dokumen milik klien dan majalah wajib baca yang berfungsi sebagai pengingat. “Jika berada di luar tumpukan, saya harus membacanya,” ujar Lamp, konsultan hubungan masyarakat dari San Diego.

Allie Maltese
Menurut Krista Lamp, tumpukan barang-barang di mejanya berfungsi sebagai daftar tugas yang harus dikerjakan.

Penjelasan umum yang mengungkapkan bahwa kekusutan meja kerja berpengaruh terhadap kreativitas ditopang oleh data penelitian. Para peneliti dari University of Minnesota menemukan bahwa 48 mahasiswa yang bekerja di tengah ruangan berantakan lebih banyak menelurkan ide kreatif ketimbang para sejawatnya dari ruang rapi. “[Orang] kreatif mendobrak tradisi, tatanan, dan konvensi. Lingkungan berantakan agaknya justru membantu mereka melakukan itu,” demikian kajian yang diterbitkan Pyschological Science.

Namun, kekusutan meja kerja dapat bersifat merugikan. Sebanyak 57% dari 1.105 orang dewasa yang disurvei Adecco, perusahaan manajemen personalia dan tenaga kerja, pada 2012 menilai sejawatnya berdasarkan kebersihan meja kerja. Selain itu, 28% pegawai mengatakan bahwa kecil kemungkinan sejawatnya yang memiliki meja berantakan mendapat promosi dari mereka, demikian data survei CareerBuilder atas 2.662 manajer personalia pada 2011.

Menurut Bowman, para manajer harus bertindak jika sebuah tim kerja terganggu dengan meja-berantakan anggotanya. Terdapat sejumlah pekerja yang belum memiliki kecapakan penataan. Seorang kolega senior kemungkinan menawarkan bantuan dengan berkata, “Kayaknya Anda kurang bisa menata [dokumen]. Saya tak keberatan untuk berbagi cara,” ujarnya.