JAKARTASATU.COM, TRIPOLI – Meski dilanda krisis politik dan keamaman mencekam, namun pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) di Libya tidak mengalami kemunduran dan tetap sesuai jadwal yaitu pada tanggal 25 Juni. Komisi Pemilihan Tinggi Klibya Imad al-Sayeh, mengimbau rakyat Libya untuk mendaftarkan diri sebagai pemilih sebelum tenggat waktu tengah malam.
“Tanggal pemilihan, yang diumumkan pada 20 Mei, adalah tetap 25 Juni “dan rakyat Libya yang tinggal di luar negeri akan memberikan suara mereka pada 21-22 Juni,” katanya dalam jumpa pers Kamis malam (29/5).
Pemilu diselenggarakan untuk mengganti Kongres Nasional Umum (GNC), yaitu parlemen sementara yang telah menjalankan tugas sebagai lembaga politik tertinggi Libya pasca-tumbangnya rezim Gaddafi.
GNC terpilih pada Juli 2012 dalam pemilihan bebas pertama kalinya yang berlangsung di Libya, hampir satu tahun setelah terjadinya revolusi hingga menggulingkan rezim yang telah berkuasa lama pimpinan Moamer Gaddafi. Sebagai perdana menteri pertama terpilih adalah Abdullah al-Thani.
Keabsahan lembaga itu mendapat tantangan setelah GNC memperpanjang mandatnya, yang seharusnya berakhir pada Februari lalu, menjadi Desember 2014.
Di bawah tekanan para pengunjuk rasa yang turun ke jalan, GNC mengumumkan pemilihan baru.
Perdana menteri Thani sendiri secara resmi telah mengundurkan diri pada bulan Lalu setelah menyatakan bahwa ia bersama dengan keluarganya diserang dan diteror. Setelah Thani mundur maka tampillah Ahmed Miitig. Namun demikian para kritikus menuding bahwa Ahmed Miitig telah “secara ilegal dipilih” sebagai perdana menteri melalui langkah yang dijalankan kalangan Islamis. (ANT/JKS).