Marsekal Muda TNI (Marsda) Asep Chaerudin - Deputi Penanggulangan dan Pemulihan BSSN saat memberi materi dalam simposium CIIP-ID Summit 2018, di Seminyak Bali (19/9/2018)/ Foto : Beng

JAKARTASATU-Seminyak Bali. Simposium CIIP-ID Summit yang di selenggarakan pada hari Rabu hingga Kamis,tanggal 19 -20 September 2018, menurut Marsekal Muda TNI (Marsda) Asep Chaerudin , MA,SS – Deputi Penanggulangan dan Pemulihan BSSN, sangatlah positif, karena salah satu sektor yang menjadi tanggung jawab BSSN sesuai pepres No 53 yaitu terkait dengan koordinator keamanan negara menjadi sebuah tanggung jawab nasional dibawah BSSN.

Simposium CIIP – ID Summit 2018 merupakan simposium ke 3 sejak pertama kali diselenggara kan tahun 2016. Acara yang di selenggarakan Oleh Kominfo bekerja sama dengan Xynexis International. “Simposium CIIP summit 2018, terselenggara bertujuan untuk menciptakan koordinasi di kalangan stakeholder pelaku industri berbasic ICT dengan pihak pemerintah.” ujar Eva Noor, CEO PT. Xynexis International selaku penyelenggara simposium CIIP-ID Summit 2018 di Bali (20/9/2018).

“Salah satu sektor yang menjadi tanggung jawab BSSN adalah sektor pemerintah (baik pusat dan daerah} selain bertanggung jawab pula pada sektor informasi kritis, dimana BSSN juga membantu meng organize dari pihak pihak yang mengganggu dari kelancaran infrastruktur kritis ini,” ujar Asep Chaerudin disela sela simposium CIIP-ID summit di Seminyak-Bali (19/9/2018).

Asep Chaerudin, saat menjawab pertanyaan peserta simposium terkait peran BSSN dalam mengkoordinasi keamanan siber nasional / Foto : Beng

Menurut Asep Chaerudin, Infrastruktur strategis adalah sebuah infrastruktur yang perlu dijaga terhadap segala gangguan yang datang.Bila infrastruktur strategis mengalami sebuah masalah tentu akan berdampak luas pada kepentingan keamanan nasional.Dimana di era saat ini semua orang sangat tergantung dengan kelangsungan digital ekonomi, baik sektor pemerintahan, sektor industrial maupun personal.

Cakupan BSSN sebagai koordinator masalah siber nasional menurut Asep Chaerudin cukup luas seperti masalah ; cyber intellegence,cyber crime,cyber defense,cyber diplomacy serta cyber lainnya terhadap gangguan yang datang dari internal maupun ekternal (luar negeri).”Strategi keamanan nasional terhadap tantangan global kedepan,BSSN harus bisa menjamin keamanansiber didalam negeri, dan ini tentunya membutuhkan suatu sistem infrastruktur yang bisa menjamin melaksanakan mandat tersebut dengan baik,”papar Asep, guna terciptanya sentral operation command dengan kemampuan deteksi yang tinggi serta kemampuan penanggulangan,pemulihan dan pemantauan yang memadai.

BSSN merupakan sebuah lembaga yang langsung berkoordinasi dibawah presiden selevel dengan kabinet. Koordinasi dilakukan dengan semua kementrian didalam kabinet termasuk pada industri kritis nasional dan swasta nasional. Di dalam Infrastruktur kritis meliputi hal yang dinamakan multiple sektor; ICT (Telco),Energy (ESDM), Transportasi,Perbankan,Kesehatan,Pertahanan dan Keamanan Nasional.

“Sebagai lembaga yang berfungsi dalam hal koordinator keamanan siber, BSSN memiliki cakupan luas dan global/Universe. Dalam arti kata, BSSN tidak bisa memprioritaskan satu hal prioritas, namun BSSN  melakukan semua hal secara simultan,paralel,yang harus juga disegerakan.”ujar Asep Chaerudin.

Ada sebuah pergeseran paradigma dalam hal sistem pertahanan dan keamanan negara,dimana sistem alutsista negara mulai  ditujukan secara khusus, baik di tubuh TNI,Polri maupun instansi lainnya dalam pemberdayaan kekuatan alutista secara menyeluruh, baik kekuatan armada maupun personil. “ Ke amanan siber ini merupakan sebuah keamanan kasat mata.Bisa saja tiap saat atau tiap detik keamanannya bisa diserang. Untuk itu setiap saat kita dituntut selalu siap dan tidak bisa lengah,”ujar Asep menjelaskan.

Dalam peningkatan masalah siber, BSSN mengajak cyber army atau dengan kata lain seluruh orang atau seluruh komponen yang memiliki kemampuan teknologi (IT) turut berpartisipasi dalam menjaga keamanan siber negara. “Dan inilah yang menjadi tugas BSSN mencoba mendekati seseorang atau individu sebagai anak bangsa atau anggota institusi sama sama bisa bekerja sama dalam menjaga keamanan bangsa.” tambah Asep menjelaskan, agar ke amanan dunia siber juga merupakan tanggung jawab bersama sebagai anak bangsa.

Asep Chaerudin, saat menjadi narasumber dalam pembahasan ‘Dampak Interdependensi pada penyediaan perlindungan untuk Infrastruktur Kritis’/Foto :Beng

Menanggapi pertanyaan terkait SDM (sumber daya manusia) yang dibutuhkan didunia siber di Indonesia.Asep Chaerudin yakin, generasi muda Indonesia saat ini tidak kalah cerdas dengan para IT luar negeri. Apalagi Kominfo dan PT Xynexis sejak 2016 lalu dalam rencananya sudah melakukan maping dan proses rekruitmen para pelajar dan individu masyarakat Indonesia lewat program Born to Protect dalam rangka mencari dan menseleksi bibit bibit gladiator cyber (tentara penjaga ketahanan nasional didunia siber).

Di akui Asep, backbones dari masalah siber itu adalah masalah jaringan. Kelemahan jaringan yang ada di Indonesia saat ini,hampir seluruh jaringan yang ada masih mengandalkan satu institusi telko yaitu telkom.”Kekuatan kita itu ada didalam jaringan, begitu kita menguasai sebuah jaringan berarti kita akan menguasai network.Apalagi bila memiliki satelit sendiri, itu sangat menjamin informasi yang kita miliki tidak mudah untuk diketahui luar.”papar Asep.

Transportasi udara merupakan kebutuhan vital yang sangat kritis, Dalam 10 detik saja transportasi udara bermasalah di hack orang, Tidak menutup kemungkinan hal hal yang membahayakan akan terjadi semisal ; hilang dari lintasan, jatuh, tabrakan dan lainnya. Begitu juga masalah dunia perbankan, dimana sektor perbankan adalah tulang punggung kehidupan ekonomi suatu negara. Andai terjadi masalah disektor informasi perbankan dan orang tidak bisa bertransaksi normal ini menjadi masalah besar dalam kelangsungan ekonomi negara. Begitu juga sektor energi seperti listrik, karena diketahui bersama listrik merupakan salah satu energi yang di butuhkan semua orang dalam beraktifitas.

Sebagai lembaga  yang mengurusi masalah koordinasi siber nasional sesuai mandatnya, BSSN membentuk 20 team kerja dalam satuan koordinasinya dalam instansinya meliputi masalah Koordinasi, IT development/evaluasi,pendeteksian dini, penanggulangan , pemulihan dan lainnya sebagai upaya menghadapi masalah yang ada didunia siber.

“ Itu sebab BSSN sedini mungkin dapat mendeteksi serangan serangan siber yang berakibat fatal bagi keberlangsungan aktifitas masyarakat dan negara, dan dapat menanggulangi serta memul;ihkan hal tersebut dalam proteksi keamanan dunia siber nasional.” ungkap Asep Chaerudin-Deputi Penanggulangan dan Pemulihan Badan Siber dan Sandi Negara memberi keterangan di saatsimposium CIIP-ID summit ketiga di seminyak Bali diselenggarakan. (JKST/BengAryanto)