JAKARTASATU.COM – Galeri kertas Studio Hanafi gelar pameran bersama berjuluk “Burudiri” karya empat perupa muda hasil workshop kertas bersama perupa berpengalaman Hanura Hosea, 14-28 Desember 2019 di Studio Hanafi, Jalan Raya Cinere Gang Manggis No. 72 Parung Bingung Depok.
Perupa muda yang berasal dari Bandung, Jakarta dan Depok tersebut di antaranya: Dimas Ismail M, Faris Abulkhair, Ivan Oktavian dan Susilo Nofriadi. Burudiri berangkat dari ide untuk memburu diri sendiri atau mengenali potensi masing-masing perupa dalam berkarya.
“Kami memulai dengan membaca bersama-sama karya-karya yang mereka presentasikan. Lewat karya-karya ini dicoba untuk membuat karya baru. Gagasan awal yang mereka bawa dijadikan dasar eksperimen untuk membuat karya-karya berikutnya,” tutur Hanura Hosea selaku fasilitator workshop.
Lebih lanjut, ia menjelas bahwa Empat perupa dapat kesempatan untuk bermain-main dengan eksperimen ini. Ivan dengan gagasan dusunnya yang tergusur untuk pembangunan jalan layang rel kereta api. Dimas mencoba membenturkan diri pada komunikasi personal dengan ayahnya. Edy memakai kamera sebagai alat penoreh. Abul mencoba menari dengan percepatan logika digital.
Pembukaan pameran “burudiri” akan berlangsung pada Sabtu, 14 Desember 2019, pukul 19.00 WIB-selesai. Pameran akan dibuka oleh Hanafi selaku penggagas galeri kertas studio hanafi dan Ugeng T. Moetidjo, perupa dan penulis.
Selain itu, pameran turut diramaikan oleh penampilan musik dari Michael Felisianvs, musisi asal Jakarta yang baru saja memulai projek solo dengan mengambil tema #pulang.. Mike akan menyuguhkan musik bernuansa akustik dengan balutan tropical hawaiian folk dan blues, mencoba untuk berbagi kebahagiaan dan cerita-cerita kecil tentang kehidupan.
Selain pameran, galerikertas Studiohanafi melangsungkan Diskusi karya 4 perupa muda pilihan Hanura Hosea pada Minggu, 15 Desember 2019 pukul 16.00 WIB.
“Akhirnya, semoga pameran burudiri bisa menemukan jalannya lewat karya. Karya akan berargumen terhadap pembaca, sedangkan pembaca akan memutuskan selera (sebuah kemampuan sosial), untuk suka atau tidak terhadap karya, semisal. Proses-proses ini mencoba meletakkan buru diri tidak untuk menjinakkan tetapi justru meliarkan kembali diri,” pungkas Hanura.| SH/HER