Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah menyaksikan maket desain Ibu Kota Negara baru yang menjadi finalis pemenang sayembara/IST

JAKARTASATU.COM – Bagaimana ide serta konsep kreatif desain yang ditawarkan oleh para peserta sayembara desain Ibu Kota Negara (IKN) yang sudah dilaksanakan?

Tentunya ide-ide kreatif yang dimunculkan tersebut memancing rasa penasaran kita semua. Seperti apa keunggulan konsep kreatif yang diajukan 5 pemenang terpilih yang berhasil mengalahkan ratusan peserta lainnya?

Untuk juara pertama, yaitu Banua Rimba Raya, Menteri PUPR Basuki memaparkan soal konsep Benua Rimba Nusantara tersebut, pendekatan konsep desainnya dari air dan pepohonan di hutan.

“Mereka ini filosofinya macam-macam. Ada benua rimba nusantara, itu dia pendekatan desainnya dari air dan hutan,” cerita Basuki saat menghadiri Penganugerahan Revolusi Mental di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Sabtu (21/12/2019).

Pajangan maket desain para finalis sayembara deaain IKN/IST

Selanjutnya, untuk pemenang lainnya, Basuki juga menceritakan ada yang bentuk desainnya menyerupai anyaman. Menurut Basuki, bentuk tersebut sesuai dengan kontur tanah lokasi ibu kota baru yang berbukit-bukit.

“Lalu ada berdasarkan anyaman. Karena kontur tempatnya, ya kayak seniman lah pokoknya,” jelas Basuki kesulitan untuk memaparkan dengan detail.

Selanjutnya Basuki menceritakan kronologi bagaimana 5 desain unggulan yang ada, dipilih dan dibawa untuk ditunjukkan ke Presiden Jokowi.

“Dari tujuh ratus berapa itu daftar jadi 292, terus diseleksi jadi 255, itu yang diikutkan kompetisi. Lalu dipilih lagi jadi 30 dan diseleksi lagi jadi lima besar. Lima itu yang dipresentasikan di depan presiden kemarin, juri mau lihat pandangan presiden terhadap desain itu,” jelas Basuki.

Salah satu deaain karya finalis/IST

Pandangan Presiden ini setelahnya juga menjadi tambahan point untuk dipertimbangkan dewan juri. Tiga konsep desain dari lima pemenang yang menjadi finalis, nantinya akan dikolaborasikan agar menjadi lebih sempurna.

“Nanti ada pemenang 1,2, dan 3 akan dikolaborasi. Kan mereka desain ada plus minus, makanya nanti dijadiin satu agar bagus,” kata Basuki.

Untuk menyempurnakan konsep desain, nantinya para pemenang akan dibawa Basuki ke lokasi ibu kota baru untuk melakukan survei tambahan.

“Nah habis itu mereka saya ajak ke lapangan di bulan Januari, biar bisa sesuaikan sama kontur benerannya. Mungkin nanti ada tambahan sedikit, kalau sudah maksimum baru kita desain,” pungkas Basuki.

Akankah proses pengkolaborasian karya desain ketiga pemenang tersebut bisa berjalan lancar?

Pasalnya seperti halnya sejarah yang terjadi pada pemenang lomba desain Monumen Nasional (Monas) era Presiden Soekarno dahulu, ternyata ego seorang seniman cenderung susah untuk berkompromi dan diadaptasi. Kita tunggu saja bagaimana hasilnya nanti. |WAW