JAKARTASATU.COM – Berbagai kesiapsiagaan menghadapi penularan Coronavirus Desease (Covid-19) terus dilakukan pemerintah daerah, termasuk di Jawa Barat. Terlebih di Jawa Barat sudah ada beberapa pasien suspect Covid-19 meski sejauh ini hasilnya selalu negatif. Di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung hingga kini Selasa (10/3/2020), sudah merawat 11 pasien dalam status pengawasan. Dari jumlah tersebut, 6 orang pasien sudah pulang dan dinyatakan negatif.
Saat ini RSHS masih menunggu pemeriksaan sampel dari Balitbangkes Kemenkes RI untuk ke-5 pasien yang masih dirawat. Kepala Bidang Medik RSHS, dr. Zulvayanti, Sp.OG mengatakan, lima suspect tersebut kondisinya membaik. Kendati demikian, status mereka tetap sebagai pasien dalam pengawasan.
Di tempat terpisah, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengajak warga Jawa Barat untuk menempuh cara religius selain melakukan kesiapsiagaan menghadapi penularan Covid-19. Ridwan mengatakan, sebagai negara penganut Pancasila, masyarakat harus semakin mendekatkan diri kepada Tuhan YME dengan memperbanyak tobat dan doa.
Khusus untuk umat Islam, Ridwan menyarankan agar lebih sering berwudu. Sehingga wudu tidak hanya dilakukan di waktu hendak salat saja. Selain itu, Ridwan meminta para imam di masjid membaca qunut nazilah, yaitu doa penangkal malapetaka yang sudah dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
“Rasulullah contohkan di setiap rakaat terkakhir salat fardu. Afdolnya di salat ashar dan isya,” kata Ridwan Kamil.
Terkait kesiapsiagaan, Ridwan Kamil membeberkan sejumlah langkah telah dilakukan Pemprov Jabar, termasuk pencegahan dan edukasi di dunia sekolah. Langkah preventif di antaranya meminta kepala Dinas Pendidikan agar para kepala sekolah meningkatkan gerakan hidup bersih dan sehat di sekolah, seperti rajin mencuci tangan bagi siswa, guru, dan penghuni sekolah lainnya, menjaga kesehatan tubuh dengan makanan bergizi dan minum vitamin, serta rajin berolah raga. Ia juga meminta fasilitas mencuci tangan beserta sabun pembersih diperbanyak di sekolah, serta mempersering kerja bakti di lingkungan sekolah yang ditambah dengan penyemprotan disinfektan.
“Saya ingin mendengar sekolah-sekolah dalam kendali bapak/ibu (kepala disdik) melakukan gotong royong, pembersihan-pembersihan. Jadi, kita ada respons positif,” katanya.
Kepala dinas juga diinstruksikan agar proaktif melakukan edukasi terhadap siswa dan orang tua terutama yang berkaitan dengan status kesehatan COVID-19 yang sering menimbulkan kesalahpahaman.
Ia menjelaskan, ada dua kategori pasien COVID-19, yaitu orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). ODP merujuk pada orang dengan sejarah interaksi dengan orang yang positif korona, atau pernah berkunjung ke negara terpapar korona, tapi masih sehat dan tidak masuk rumah sakit.
Sedangkan pasien dalam pengawasan (PDP) merupakan orang yang masuk rumah sakit atau suspect. Orang ini akan menjalani hasil tes di laboratorium untuk mengetahui positif atau negatif Covid-19.
Sementara itu, Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Jawa Barat Furqan AMC mendorong pemerintah lebih responsif lagi dalam memberikan jaminan rasa aman bagi warga negara Indonesia terkait ancaman Covid-19. Pemerintah diharapkan benar-benar melakukan antisipasi maupun penanganan yang tepat terhadap pasien yang diduga tertular Covid-19.
“Saya berharap agar pemerintah di semua level lebih responsif memberikan jaminan rasa aman,” kata Furqan.
Pemerintah perlu membangun sistem atau alur yang lebih terkoordinir dan sigap dalam merespons pasien yang diduga tertular Covid-19. Dalam hal ini, manajemen responsif sangat diperlukan. Manajemen ini diperlukan dalam menghadapi terduga Covid-19, mempersiapkan kesiapsiagaan seluruh instrumen medis, dan kesiapsiagaan seluruh komunitas masyarakat. “Untuk itu dibutuhkan koordinasi sigap di semua level pemerintahan,” tandasnya.
Kepada masyarakat, Furqan mengimbau agar tidak panik sekaligus tetap waspada. Menurutnya, masyarakat tidak perlu sampai memborong barang kebutuhan pokok, masker, dan sabun cuci tangan karena ketakutan akan wabah Covid-19. Ia pun mengimbau semua elemen civil society agar bahu membahu, bergotong royong, mengembangkan ketahanan sosial dalam menghadap wabah ini.
Furqan menegaskan, sebaran virus memang berlangsung sangat cepat, tetapi WHO juga mengungkap bahwa kematian akibat virus ini relatif lebih kecil dibandingkan virus pendahulunya, misalnya SARS dan Mers-Cov. Dari data WHO, angka kematian virus ini sekitar 2 persen.
Di sisi lain, virus tersebut tidak akan menyerang pada orang yang memiliki kekebalan tubuh baik. Karena itu, Furqan mengajak masyarakat untuk meningkatkan kekebalan tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat, mengkonsumsi makanan, buah dan sayur yang bergizi, serta mengurangi aktivitas yang bisa bikin kondisi tubuh lemah. Juga sebaiknya tidak bepergian ke luar negeri, terutama ke negara-negara yang sudah terjangkit virus.* |IH – BIRO JABAR