JAKARTASATU.COM– Aktivis senior yang juga ekonom, Rizal Ramli (RR) menceritakan kondisi perpolitikan pada Mei 1998. Kala itu, kata RR, akhir Mei 1998 Presiden Soeharto memiliki dua pilihan terkait kekuasaannya yang sudah di ujung tanduk.

“Memaksakan terus berkuasa, korban rakyat akan berkali-kali lipat. Akhirnya Soeharto memilih jalan negarawan, mengorbankan egonya, agar korban rakyat tidak bertambah. Klo terjadi hari ini, pilihan apa yg akan diambil ya?” demikian katanya, yang ia tuliskan di akun Twitter miliknya, Rabu (27/5/2020).

Tidak hanya era Orde Baru (Orba) yang RR ceritakan dan kemudian sindir era saat ini, melainkan juga era Orde Lama (Orla).

Kata dia, Presiden Soekarno, Habibie dan Gus Dur sebetulnya tengah menghadapi dilema itu (seperti di atas). Memaksakan terus berkuasa, korban rakyat banyak sekali. Semua pemimpin hebat itu, akhirnya memilih jalan negarawan dengan mengundurkan diri.

“Kira2 klo terjadi hari ini ditengah ketidak-mampuan luarbisa, apa yg terjadi ?”

Di era pemimpin yang RR sebut, mereka memiliki basis masa yang nyata. Namun menurut pandangannya, tidak demikian di era sekarang.

“Hari ini tegak hanya karena sponsor2 uang dan kekuatan mesin propaganda digital: influensers & buzzerRP. Memang bisa hancurkan tokoh2. Tapi tidak riel & sangat kropos. Lho kok ndak eling ? Kok lupa sama rakyat?”

Kekuasaan Soeharto berakhir di 1998. Digantikan oleh Habibie. Kemudian ke Gusdur, yang berakhir pada saat belum masanya.

RI-JAKSAT