JAKARTASATU.COM– PKI biadab! Begitulah bangsa ini bersepakat. Hanya sekelompok kecil yang masih melihat PKI tak bersalah. Tapi, begitu banyak data sejarah yang sulit untuk dibantah.

Kelompok kecil ini berupaya bangkit dan menghidupkan kembali PKI. Masuk partai, jadi anggota DPR dan mendekat di lingkaran kekuasaan adalah jalur yang efektif untuk ditempuh. Militan, tentu saja. Namanya juga kelompok kecil. Dimanapun, kelompok kecil biasanya militan. Karena mudah koordinasinya.

Secara teoritis, PKI tak bisa hidup di negara Pancasila. PKI anti Tuhan, sementara Pancasila pro Tuhan. Meski faktanya, ada sejumlah orang beragama, termasuk Islam, yang bergabung ke partai komunis. Ini kasuistik.

Kok bisa? Kader PKI bantu petani untuk mengambil kembali sawahnya. Berhasil, si petani masuk PKI. Kasus ini pernah diteliti pembimbing disertasi saya Prof Dr. Bambang Pranowo (Allahu yarham) di penjara suka miskin. Seorang muslim rajin shalat, tapi dipenjara karena pernah terlibat dalam pemberontakan PKI. Sekali lagi, ini kasuistik. Tak bisa digeneralisir.

PKI bukan hanya partai, tapi ideologi. Ia akan terus hidup dan menjadi pemberontak di tengah hegemoni kapatalis. Komunisme sejak kelahirannya memang didesign untuk menjadi oposisi terhadap kapitalisme. Agama ikut dimusuhi karena dianggap berselingkuh dengan kapitalisme. Maka, komunisme itu anti Tuhan. Padahal, keberadaan Tuhan menjadi pilar terpenting dalam Pancasila. Berarti, PKI anti Pancasila.

Mau rubah Pancasila jadi Trisila dan Ekasila? Indonesia bisa bubar, kata sekjen MUI, Anwar Abbas. Dosen ekonomi ini mengecam RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP). Tidak hanya sekjen MUI, tapi banyak ormas termasuk Muhammadiyah dan Ansor yang menolak RUU HIP. Satu persatu pesantren di berbagai wilayah sudah deklarasi: menolak RUU HIP.

Lalu, bagaimana dengan gagasan NASAKOM? Utopis! Baik dalam tataran teoritis maupun praktis. Sejajar dengan utopisnya teori komunisme yang digagas Marx di awal kelahirannya.

Komunisme sama bahayanya dengan kapitalisme. Perlu diwaspadai. Jika diabaikan, PKI akan mengambil ruang makin besar. Pemberontakan 1948 dan 1965 akan terulang. Ingat! Transformasi politik dalam teori komunisme itu revolusi. Revolusi terjadi melalui proses pemberontakan. Pertumpahan darah, pasti!

Karena itu, MUI Pusat membuat maklumat. Menyerukan jihad lawan PKI yang diduga akan dibangkitkan melalui RUU HIP. Seluruh MUI propinsi mendukung maklumat itu. Begitu pula dengan berbagai ormas Islam, pesantren dan komunitas umat Islam lainnya.

Melalui RUU HIP, peluang PKI reborn dianggap sangat terbuka. Sebab, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa mau dikesampingkan dan didominasi narasinya dengan “Gotong Royong”. Mau usir Tuhan dari negeri ini?

Teriakan sejumlah ulama, tokoh dan sejumlah Jenderal (purn) TNI Angkatan Darat yang terus konsisten menyoal RUU HIP disambut oleh maklumat MUI. Meledak!

Deklarasi tolak RUU HIP pun bergema di jagat Indonesia. Jember bergolak. Solo bergolak. Demo digelar dimana-mana. Purnawiran TNI-Polri gruduk Menkopolhukam. Satu tuntutan: Tolak RUU HIP. Titik! Tolak, bukan revisi.

Muhammadiyah pun membentuk Tim Khusus. Tugasnya? Melakukan pendalaman terhadap materi RUU HIP. Apakah juga akan mendalami para oknum yang berada dibalik RUU HIP? Yaitu orang-orang yang menyusun draft dan menghalangi TAP MPRS/XXV/1966 masuk RUU HIP? Usut! Kata MUI.

Tidak hanya MUI, usaha menyingkirkan Tap MPRS No 25 Tahun 1966 dari RUU HIP juga membuat mayoritas Umat Islam makin curiga. Kalau bukan untuk tujuan membangkitkan PKI, lalu untuk apa? Begitulah kira-kira pertanyaannya.

RUU HIP yang membuang TAP MPRS/XXV/1966 seolah mengingatkan kembali Umat Islam terhadap peristiwa beberapa tahun lalu saat ada desakan sejumlah pihak kepada presiden Jokowi di awal pemerintahannya untuk minta maaf kepada PKI. Teringat pula seorang anak PKI yang bilang “Aku Bangga Jadi Anak PKI”. Juga peristiwa ketika Taufiq Ismail, Sang Penyair yang diteriakin dan diminta turun saat membaca puisi tentang sejarah kebiadaban PKI. Selain juga tersebarnya atribut PKI di berbagai tempat. Apakah itu satu kesatuan?

PKI sudah mati, kata segelintir orang. Yang mati itu partainya, bukan ideologinya. Ideologi komunisme yang diberi ruang dan kesempatan berpotensi memberi nafas buat PKI untuk hidup kembali.

Wajar jika MUI, Ormas Islam dan komunitas umat Islam di berbagai wilayah berang dan siap ganyang PKI jika dibangkitkan kembali.

Jakarta, 14 Juni 2020.

*Pengamat Politik, Tony Rosyid