JAKARTASATU.COM – Di Indonesia, Sorghum memang belum terlalu familiar namun Sorghum akan dapat menjadi penyokong pengganti nasi dan menu hidup sehat. Bahkan Sorghum bisa menjadi alternatif untuk ketahanan pangan.

Kementerian Pertanian(Kementan) di tahun 2020 meluncurkan program bantuan benih pangan alternatif. Salah satu pangan alternatif itu adalah tanaman Sorghum.

Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Bambang Sugiharto pada 21 September 2019 (tahun lalu) pernah mengatakan bahwa, “Sorghum salah satu tanaman yang akan kita alokasikan bantuan benih, karena tanaman ini banyak manfaatnya,” kata Bambang. Saat itu program ini adalah menjadi satu pelaku usaha yang giat membudidaya Sorgum. 

Seorang pengusaha Diana Widiastuti dan juga CEO PT. Handal Cipta Sarana malah telah membuat terobosan dengan benderanya Sorgha Sorghum saat ini sedang membuka lahan 15 hektar di kawasan Cibinong Bogor Jawa Barat. Hal ini untuk upaya
peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui budidaya tanaman Sorghum.
“Saya ingin mendukung dunia pangan nasional, untuk terwujudnya ketahanan pangan kedepan,” ujar Diana Widiastuti di lokasi Kebun Cibinong Bogor dimana sedang membuka lahan Sorghum.
Bersama para petani sekitar Diana membuka lahan dengan bendera Sorgha Sorgum. Jika dilihat lahan itu adalah lahan tandus kering. Namun sesuai habitatnya bahwa
Kondisi lingkungan untuk tanaman Sorghum adalah di lingkungan serba bisa. “Lahan kering, berpasir dan berbatu ekstrim pun Sorghum akan tumbuh,”katanya menjelaskan.
Soal udara Sorghum memang memerlukan relatif udara panas, untuk suplai air yang seimbang. Saat ini  Masyarakat dalam bertani kehilangan banyak lahan. Untuk menopang kehidupan bertani atau berkebun terbatas sehingga petani lebih suka kerja di industri di kota. Maka lahan yang ditinggal petani akan semakin kering dan tandus. “Dengan cara ini kami bersama membawa aternatif baru yaitu menanam Sorghum,” papar Diana yang juga penguasa Garment untuk sejumlah korporat  ini.
ADA 6 SPESIFIKASI UMUM TANAMAN SORGHUM:
1.TANAMAN ASLI INDONESIA (NAMA: CANTEL, GANDRUNG, BULELENG DLL.) 2. HIDUP DI SELURUH KONDISI LAHAN DI INDONESIA (-45 LS S/D. +45 LU) ATAU HIDUP PADA LINGKUNGAN PANTAI S/D PEGUNUNGAN. 3. UMUMNYA TAHAN TERHADAP KEKERINGAN DAN TAHAN TERHADAP GENANGAN AIR SETELAH USIA 45 HARI 4. USIA PANEN : 105 HARI S/D. 120 HARI 5. TAHAN HAMA (KECUALI BURUNG/AYAM/TIKUS) 6. BERNILAI EKONOMI TINGGI
“Dari pola semua spesifikasi Sorghum maka saya punya keyakinan akan bisa mendukung ketahanan pangan,” jelasnya yang telah sukses menaman Sorghum di Timur Leste bersama Xanana Gusmao.
Diana memang tidak serta merta menanam Sorghum di wilayah Bogor yang dekat dengan Ibukota Jakarta. Namun bekas sukses di Timor Leste dia juga kini sudah banyak tawaran untuk menanam Sorghum di sejumlah wilayah di tanah air seperti Bali, Sumatra dll.
Sorghum bahkan bisa menjadi produk selain penganti nasi produk akhirnya Sorghumakan bisa mengahasilkan sirup, gula cair, bio etahnol untuk energi terbarukan, pakan ternak – pelet / briket, serbuk ampas batang, beras, tepung, pupuk organik, batangnya bisa untuk sapu dan sampai ke produk olahan kosmetik.
Proses pemerasan nira Sorghum manis, ampas dari batang hasil perasan sorgum manis menjadi larutan nira dari batang Sorghum sehingg manis menjadi proses fermentasi nira sorgum manis bisa bermanfaat. “Semua bisa digunakan  dan ini lengkap sudah, kami sudah mencobanya semua sampai ke produk makanan kue-kue,” beber Diana.
Ditambahkan Diana bahwa dengan menanam Sorghum akan juga membantu menghijaukan kembali lahan kosong kering, mengembalikan unsur hara tanah, mensejahterakan petani-petani. Sorghum juga menjadi alternatif solusi menyelesaiakan maslah menghadapi musim kering disaat tanaman lain tak tumbuh.
“Dan yang paling penting turut meningkatkan ketahanan pangan intinya,” tutup pengusaha muda yang supel ini. Sukses Sorghum Bu….Bravo!!! ***
(aendra medita kartadipura/FOTO ANDI S & DOKUMENTASI DIANA)