Tarmidzi Yusuf Pengamat Politik dan Sosial/dok pribadi olahan JAKSAT

by Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial

Kemarin tepat dua bulan pembunuhan enam laskar FPI. Belum ada perkembangan yang signifikan.

Laporan hasil penyelidikan oleh Komnas HAM sudah dilaporkan ke Jokowi. Belum ada tindak lanjut dari laporan tersebut. Kita masih menunggu respon Jokowi dan Kapolri.

Melihat perkembangan dua bulan ini. Prediksi saya, kasus pembunuhan secara keji dan brutal terhadap enam laskar FPI akan mengikuti jejak kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan. Tidak terungkap. Siapa dalang dan pelaku yang sesungguhnya. Endingnya tidak akan jauh dari kasus Novel Baswedan dan pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib, enam belas tahun yang lalu.

Justru kita mencium ada serangkaian upaya secara sistematis yang dilakukan pihak tertentu dengan mensejajarkan HTI dan FPI dengan PKI. Seperti aturan Menteri PAN RB Tjahjo Kumulo, tentang ASN tidak boleh terafiliasi dengan HTI, FPI dan PKI.

PKI partai terlarang di Indonesia karena mengusung ideologi komunis dan melakukan serangkaian kejahatan kemanusiaan di Indonesia. Sementara HTI dan FPI organisasinya dibubarkan karena mengusung syariat Islam dan bukan organisasi terlarang. HTI dan FPI tidak pernah melakukan kejahatan kemanusiaan di Indonesia. Aneh kalau HTI dan FPI disamakan dengan PKI.

HTI dan FPI diakui publik sebagai ormas Islam yang peduli terhadap dakwah dan sosial tapi diframing sedemikian rupa sebagai ormas yang jahat seperti PKI. Padahal, HTI dan FPI tidak pernah membunuh orang. Lain halnya PKI, jutaan manusia tak berdosa dibantai secara keji dan biadab oleh PKI.

Kita pun melihat ada potensi terjadinya kriminilasi terhadap mantan pentolan FPI. Sebut misalnya, tentang fitnah baiat ISIS terhadap seseorang yang dituduh berbaiat kepada Munarman di Makassar.

Kasus seperti ini mengingatkan kita era Ali Moertopo saat isu NII masih menjadi ‘permainan’ intelijen. Pasca isu NII yang dimainkan isu Jamaah Islamiyah, ISIS dan JAD.

Serangkaian pengalihan isu pokok pembunuhan enam laskar FPI oleh polisi makin redup dari pemberitaan dan perbincangan di media sosial.

Sebenarnya mudah bila ada political will dan political action dari rezim yang berkuasa untuk mengungkap siapa dalang dan pelaku pembunuhan enam laskar FPI oleh polisi.

Siapa pihak diluar kepolisian yang menguntit perjalanan HRS dari Sentul ke Karawang? Siapa pula pengendara Toyota Land Cruiser yang banyak disebut seorang perwira tinggi?

Dipeti eskannya kasus pembunuhan enam laskar FPI diduga karena melibatkan petinggi kepolisian dan jenderal tua yang banyak malang melintang dalam berbagai kasus pelanggaran HAM di Indonesia makin menguatkan persepsi publik.

Justru pihak yang diduga terlibat melakukan serangkaian operasi intelijen dengan memframing FPI, IB HRS dan pentolan inti FPI sebagai bagian jaringan ISIS dan teroris.

Pembunuh enam laskar FPI bukan orang biasa. Orang kuat, berpengalaman dan punya jaringan kekuasaan. Siapakah orangnya?

Wallahua’lam bish-shawab.

Bandung, 26 Jumadil Tsani 1442/8 Februari 2021