by Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial
Setelah melihat perkembangan beberapa hari terakhir, penulis cenderung menyebut kisruh Partai Demokrat sebagai ‘kompetisi’ antara SBY dan lingkaran istana untuk berebut pengaruh di ‘tuannya’ masing-masing. Faksi Anas Urbaningrum yang ‘dimainkan’.
Asumsi adanya ‘kompetisi’ makin terlihat. Kongres tidak berizin. Katanya sudah di ‘pulihkan’ keanggotannya di KLB tapi menggugat pemecatan ke pengadilan. Mereka sendiri tidak yakin KLB sah. Makanya menggugat ke pengadilan. Belum lagi, banyaknya peserta KLB yang bukan pemilik suara. Ketua Umum yang ditunjuk tidak memiliki KTA Partai Demokrat. Nazaruddin cs hanya ‘dimanfaatkan’.
Masing-masing pihak yang berkompetisi mengambil keuntungan politik sesuai dengan kadar kepentingan mereka. Walaupun Moeldoko harus banyak menelan pil pahit, dibully. Sepekan ini ‘sumbunyi’ dari publik. Bahkan jadi ‘tumbal politik’. Moeldoko hanya menjalankan ‘perintah’. Ada gank politik yang sangat berpengaruh dibelakang Moeldoko.
Skenario ‘kompetisi’ makin panas, jika Kemenkumham menelikung di tengah jalan. KLB Moeldoko disahkan. Suhu politik memanas. Partai ‘seteru’ SBY ikut ‘mengompori’ dari luar arena.
Endingnya kompromi politik. Lingkaran istana mulai melirik SBY untuk join politik 2024. Rumor akhir tahun kemarin, AHY santer diisukan masuk kabinet. Gagal karena tidak direstui salah seorang Ketua Umum partai.
Bagi Jokowi. Kisruh Partai Demokrat berhasil mengalihkan berbagai isu yang merugikan Pemerintahan Jokowi.
Misalnya, cekaknya kantong pemerintah, gonjang gajing ekonomi, kasus pembunuhan enam laskar FPI, kerumunan Jokowi di Maumere, berbagai skandal mega korupsi dan suap pajak. Katanya ada jejak mantan timses Jokowi.
Yang perlu ditelusuri lebih lanjut adalah, saat kisruh Partai Demokrat lagi panas, ada kapal perang milik China komunis masuk perairan Indonesia. Test the water, pangkalan militer China komunis di Indonesia? Sepi pemberitaan.
Dengan adanya kisruh Partai Demokrat, Jokowi juga bisa melihat peta partai koalisi. Partai loyalis, pragmatis dan partai yang harus ‘dilepas’ untuk agenda politik lingkaran istana di tahun 2024.
Sedangkan bagi SBY meraih simpati publik. Lagunya seperti 2004 yang lalu. Didzalimi. Berharap ada efek elektoral. Membuka jalan menuju ‘kerjasama’ politik lingkaran istana dengan SBY untuk 2024. Sebab, Jokowi dan lingkaran terdekatnya di istana telah terkunci oleh PDIP untuk 2024. Terpaksa harus melirik partai lain.
Terakhir, kompromi dua kutub politik. Jokowi condong ke China komunis. Sedangkan SBY lebih condong ke AS. ‘Perang’ tersembunyi antara AS dan China komunis untuk 2024.
Bandung, 29 Rajab 1442/13 Maret 2021