Hendrajit Direktur Eksekutif Global Future Institute/ist
OLEH HENDRAJIT *)
Beberapa kalangan yang berkeberatan KSAD Andika Perkasa jadi Panglima TNI, karena tahun depan sudah pensiun. Yang setuju mendukung Andika, bukan soal cuma setahun, enam bulan pun nggak masalah. Karena yang utama adalah meraih brevet sebagai panglima TNI. Sehingga terkondisikan jadi salah satu capres pada 2024 nanti.
Saya cuma menyelami cara berpikirnya para pihak yang mendukung Andika jadi orang nomor satu TNI. Termasuk bapak mertuanya, Hendro Priyono.
Maka kalau Tempo menyebut pertemuan Jokowi dan Hendro merupakan lobi untuk menggolkan Andika, ini pun juga harus ada analisis isi berita tersebut. Sebab orang intelijen termasuk Om Edo ini, seringkali harus dibaca dengan logika terbalik.
Sehingga bukan saja apa benar itu lobi untuk menggolkan Andika? Atau jangan-jangan malah semacam skenario penggagalan Andika jadi Panglima TNI.
Kenapa? Karena hubungan antara bapak mertua dan anak menantu, terbukti dalam sejarah, tidak sesolid hubungan bapak dan anak. Begitu ada retak sedikit saja di dalam, entah urusan apa, Bapak Mertua bisa saja dalam posisi yang tidak lagi ada di pihak menantunya.
Di luar negeri maupun di negeri sendiri, sudah banyak contohnya. Begitu pula era zaman Romawi dulu sampai ke era kekinian, juga sudah banyak contohnya.
Harusnya Tempo ambil sudut pandang pemberitaan yang lebih tajam, apa motif seorang yang katanya maestro intelijen ini, tiba-tiba melakukan manuer terbuka yang saya kira dirinya maklum benar, opini publik akan berkesimpulan mertua lagi maksa presiden menyalonkan menantunya. Dan ini, malah nggak menguntungkan sama sekali buat kans Andika jadi Panglima TNI.
Atau, bisa juga gini. Justru Jokowi dan Hendro sudah deal dari awal, bahwa pengganti panglima sekarang adalah Andika. Sehingga pertemuan di istana kemarin, cuma basa-basi. Supaya orang meributklan seakan kans Andika masih ngambang, maka mertuanya merasa perlu bertemu Jokowi.
Manakah yang kiranya benar kalau dilihat dari sudut pandang manuver Hendro sebagai orang intelijen? Sebab ada ungkapan intelijen yang sudah baku: Katakan apa yang tidak kamu kerjakan. Tapi kerjakanlah apa yang tidak kamu katakan.***
*) Direktur Eksekutif Global Future Institute