ANIES RASYID BASWEDAN/IST

Oleh Mang Udin

PEMPROV DKI Jakarta meluncurkan program “Semua Bisa Makan”. Ada satu juta piring yang disiapkan oleh Pemprov DKI untuk kaum dhuafa di Jakarta. Ini langkah permulaan. Bekerjasama dengan Baznas, Baznas Bazis DKI, Bank DKI dan sejumlah perusahaan swasta, program “Semua Bisa Makan” telah dimulai.

Program dilaunching di salah satu warteg daerah Pramuka Matraman Jakarta Timur.

Didatangi Gubernur Anies, pemilik warteg seperti sedang dapat rizki nomplok. Apalagi, gubernur bawa rombongan para pejabat dan makan bersama. Lumayan!Seorang gubernur makan di warteg saja, ini akan jadi cerita istimewa. Foto pemilik warteg bersama Gubernur bisa dipajang di dinding warteg. Warteg pun akan punya penampilan berbeda. Ini namanya “min haisu la yahtasib”, rizki gak disangka-sangka.

“Semua Bisa Makan” merupakan terobosan program yang cerdas. Masyarakat menyambut dengan antusias. Ini berkah bagi warteg, juga terutama bagi warga Jakarta yang kurang begitu beruntung secara ekonomi. Setidaknya, mereka gak akan pernah kelaparan lagi di Ibu Kota.

“Jangan layani pemilik kupon itu sebagai peminta-minta. Karena, kehadiran mereka membantu kita semua”, kata Anies.

Setelah beberapa hari program ini berjalan, tepatnya tanggal 15 oktober, ada pihak yang coba membuat opini negatif. Menyerang Gubernur. Bukan saja dengan negatif campaign, bahkan black campaign (fitnah).

Mereka menyebar berita bahwa warteg tekor setelah kedatangan Anies. Berita ini ada di sebuah media, yang entah milik siapa. Judul beritanya: “Pemilik Warteg di Pasar Pramuka Tekor Usai Kunjungan Gubernur Anies Baswedan”. Bombastis! Narasinya nampak dibuat selogis mungkin: bahwa saat tahu ada gubernur DKI berada disitu, warga sekitar berdatangan. Setelah Anies pulang, puluhan warga ikut makan, gratis. Alias gak bayar. Sementara, Anies hanya bayar satu juta untuk rombongannya. Ini kata berita di media itu.

Namun tak lama, muncul video klasifikasi. Video itu diunggah di Twitter atas nama Tatak Ujiyati. Dalam video itu, pemilik warteg mengklarifikasi bahwa berita tersebut bohong. Kata pemilik warteg: Semuanya sudah dibayar lunas oleh Gubernur DKI. Bahkan pemilik warteg mengucapkan terima kasih karena Gubernur telah memberi nama bagi cucunya yang barusan lahir.

Entah ini sudah keberapa puluh atau ratus kali Anies di-black campaign. Semua yang dikerjakan Anies di DKI hampir tak pernah luput dari fitnah.

Banyak yang berpikir: ini bagian dari tanda-tanda alam: Anies makin dekat dengan “kursi istana” setelah banyak difitnah.

Black campaign (fitnah) terhadap Anies telah melahirkan barisan relawan yang semakin antusias dan militan. Selain prestasi dan sikap politik etisnya, kesabaran Anies telah melahirkan begitu banyak relawan aktif dan bergerak sebagai para influencer. Semakin lama semakin membesar jumlah influencer Anies. Influencer relawan. Orang-orang “waras dan berpikir logis” mulai bergabung di barisan Anies.

Publik melihat fakta pertama, betapa banyak Anies mendapat tuduhan. Ini terus berulang dan bertubi-tubi. Kedua, tuduhan itu selalu kontra-data. Tidak punya landasan faktual. Ketiga, tuduhan itu sistemik. Artinya, dilakukan secara profesional. Bukan buzzer biasa.

Yang kasihan dan justru dirugikan adalah rakyat. Sampai-sampai, rizki para pemilik warteg dan berkah untuk para dhuafa pun dihalang-halangi. Padahal, program “Semua Bisa Makan” itu untuk para dhuafa dan para pemilik warteg.

Tidakkah program “Semua Bisa Makan” ini adalah bagian dari ikhtiat untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan ekonomi di Indonesia? Kenapa harus dihalang-halangi?

Sungguh Terlalu!

Purwokerto, 19 Oktober 2021