OLEH ADI KETU
Krisis iklim adalah ancaman lingkungan terbesar di zaman kita. Kita tak perlu membahas lagi apa penyebab dan dampaknya di lingkungan kita , karena kita sudah mengalaminya sekarang.
Banjir dimana mana , musim kemarau yang makin panjang, petani susah menentukan waktu tanam , perubahan tanah yang dulu subur sekarang menjadi gersang. Suhu bumi yang terus meningkat dari tahun ke tahun, dan masih banyak lagi bila ingin menelusuri dampaknya..
Terpenting adalah bagaimana mencegah bumi menjadi makin panas.
Tak pelak, kita harus menempuh jalan pintas agar bencana ini tidak menjadi makin parah.
Apa solusinya ?
Mudah saja, namun sulit, bila enggan dikatakan mustahil untuk dilakukan bila tak sungguh sungguh.
Apa itu ?
Hentikan semua pembiayaan bank kepada para pelaku ekonomi yang berpotensi menimbulkan perubahan iklim.
Bukankah tak ada perusahaan tambang batu bara, migas ,nikel, perkayuan ,pupuk kimia, pengembang property yang tidak dibiayai oleh bank ?
Bank menjadi backbone untuk perkembangan dunia usaha termasuk di dalamnya upaya menghancurkan bumi dengan jalan perubahan iklim.
Bahkan energi listrik yang dikatakan energy ramah lingkunganpun , ditempat pendulangan bahan baku utama batere listrik yaitu tambang tambang nikel pun, menyebabkan kerusakan lingkungan yang sedemikian parah yang berdampak pada perubahan iklim.
Jadi apa bedanya dengan energi fosil yang ditolak terdahulu ?
Omong kosong ? betul.. omong kosong.
Merujuk laporan BankTrack 2019 , 33 bank global telah memberikan $1,9 triliun kepada perusahaan bahan bakar fosil sejak adopsi kesepakatan iklim Paris pada akhir 2015.
Jumlah pembiayaan telah meningkat di masing-masing dari dua tahun terakhir. Dari total $1,9 triliun ini, $600 miliar diberikan kepada 100 perusahaan yang paling agresif mengembangkan bahan bakar fosil.
Laporan di tahun 2020 , pembiayaan bank bukan mengecil malah kembali meningkat, baik jumlah bank maupun portofolio kreditnya. Disebutkan 35 bank global tidak hanya mempertahankan tetapi juga memperluas sektor bahan bakar fosil dengan lebih dari $2,7 triliun di empat tahun sejak Perjanjian Iklim Paris. Laporan tersebut menemukan bahwa dukungan keuangan untuk industri bahan bakar fosil telah meningkat setiap tahun sejak Perjanjian Paris diadopsi pada Desember 2015.
Di tahun 2021 , Rainforrest Action Network mencatat , dari 35 bank menjadi 60 bank swasta terbesar di dunia (dalam hal aset) telah menyalurkan USD 3,8 triliun ke dalam proyek dan perusahaan pengembang bahan bakar fosil secara global. 39% dari total pembiayaan diataranya diberikan kepada 100 perusahaan utama dunia dengan rencana ekspansi bahan bakar fosil terburuk.
Yang mengkhawatirkan, temuan ini mengungkapkan bahwa praktik bisnis bank-bank besar dunia terus diselaraskan dengan bencana iklim dan sangat kontras dengan laporan khusus IPCC ( Intergovernmental Panel on Climate Change ) baru-baru ini tentang pemanasan global.
Bukankah kenaikan suhu bumi saat ini sebesar 1,5 derajat Celcius ini akibat bank telah bersedia membiayai perusahaan perusahaan itu ?
Dengan kata lain, setiap sumur minyak, setiap tambang batu bara, setiap pembangkit listrik tenaga batu bara atau terminal gas baru yang dibiayai bank itu semua tidak sesuai dengan pencapaian tujuan Perjanjian Iklim Paris.
Maka itu pola pikir untuk mengatasi perubahan iklim ini harus diubah total . Dimulai dengan penghentian pendanaan bank.
Fakta sederhananya adalah uang mendasari segala kegiatan dan bank relatif mudah dikendalikan. Tidak mungkin menghentikan atau mengendalikan perusahaan swasta , maka cara termudah adalah membuat peraturan dasar dimana bank di seluruh dunia tidak diperkenankan lagi membiayai perusahaan perusahaan seperti dimaksud diatas.
Di Eropa, gerakan ini telah dimulai . Banyak bank yang telah menghentikan operasi pendanaan pinjaman kepada perusahaan energy fosil dan turunannya. Otoritas Perbankan Eropa mengatakan, mereka berharap bank mengambil kebijakan berdasar peraturan lingkungan yang lebih ketat secara serius dan mulai menambah bantalan ekuitas mereka, yang membantu mereka untuk menyerap kerugian yang tidak pasti yang dihasilkan dari resiko terkait iklim.
Bagaimana dengan kondisi Indonesia ? Satu kata …Ruwet..
Sepanjang para pemangku kuasa masih berafiliasi bahkan ada yang menjadi pemilik perusahaan batu bara,migas , nikel ,kayu, maka apa yang dilakukan hanya lah omong kosong..
Faktanya, tidak ada upaya serius untuk mengubah ini.
Malah mempromosikan energi yang dianggap ramah lingkungan yaitu energi listrik melalui batere listrik. Padahal batere listrik bukan solusi. Karena sama sama energy fosil.
Saranku yang dilakukan terbaik saat ini, bila mau serius untuk berpartisipasi pada perubahan iklim adalah:
1.Bank Indonesia memberikan surat edaran kepada bank bank yang beroperasi di Indonesia untuk menghentikan pembiayaan kepada perusahaan migas dan batubara, sumur-sumur minyak.
2. Memperketat persyaratan AMDAL atas semua pengajuan kredit dan mereview setiap kepatuhan dalam pelaksanaannya.
3. Setiap stakeholder melakukan moratorium ijin untuk membuka lapangan migas baru,batubara dan nikel termasuk dan ijin pembukaan hutan baru untuk perkebunan.
4. Melanjutkan dan mendukung secara masif penelitian terhadap energy gratis yang ada di Indonesia ,yaitu energy hydrogen dengan memisahkan dari air (H2O) atau dari sumber lain, energy gelombang , energy angin , energy solar cell khusus untuk Indonesia.
5. Inovasi industri otomotif dan mesin harus dipercepat yang diarahkan untuk menggunakan bauran ketiga sumber energi terbarukan atau gratis seperti hydrogen dan solar cell misalnya.
Tentu saja bank dan para pemain energy fosil akan cemberut membaca ini.
Namun bagaimanapun ini harus dilakukan.Bila tidak sekarang, pada akhirnya juga akan dilakukan.
Mengapa harus menunda ? Sudah saatnya mengganti strategi pemadam kebakaran dengan strategi lebih baik, sedia payung sebelum hujan. Sekian
New Report: World’s 60 Largest Banks Have Poured $3.8 Trillion Into Fossil Fuels Since Paris Agreement; Climate Groups Sound Alarm as Financing for Fossil Fuel Expansion Continues to Rise https://www.ran.org/press…/bankingonclimatechaos2021/
Banking on Cimate Chaos https://www.bankingonclimatechaos.org
dan sumber lain
sumber foto : ran.org , banktrack.org