BANDUNG – Masyarakat diminta waspada menghadapi kenaikan harga kebutuhan bahan pokok serta barang-barang lainnya, yang diperkirakan akan terus berlangsung seiring dengan perkembangan situasi global, menyusul tingginya angka infalsi di Amerika Serikat dan sejumlah negara-negara Eropa.
“Kita tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi ke depan. Dibandingkan perekonomian di tahun 97-98, perekenomian Indonesia saat ini tidak bisa lepas dari supply global chain (mata rantai pasokan global),” ungkap mantan Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita, pada kesempatan pemaparan di acara Halal Bihalal dan Rakerkonprov XXI DPP APINDO Jabar, di Hotel El Royal Bandung, Senin (6/6).
Politisi partai Nasdem itu, pada kesempatan pemaparannya menegaskan, saat ini harga telur sudah merangkak naik dan kemungkinannya akan segera diikuti dengan kenaikan harga ayam potong. “Situasinya saat ini tidak bisa diprediksi,” ungkapnya.
Dalam situasi perekonomian dunia yang tidak menentu ini, menurut Enggar, masyarakat harus waspada, melakukan berbagai efisiensi, serta mau menggunakan produk-produk buatan dalam negeri.
“Kita harus berterimakasih kepada Menteri Keuangan yang bisa menahan laju inflasi….tidak sampai di atas 5 persen,” ungkap Enggar yang didampingi Peri Tristianto dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Jabar.
Tidak saja kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, kenaikan harga bahan baku produksi yang terjadi hampir setiap bulannya, seperti diakui para pengusaha tekstil, membuat para pengusaha melakukan efisiensi dengan membuat produk yang harganya bisa diterima pasar di tanah air.
“Kami sekarang ini lebih banyak menggunakan bahan baku spunpolly untuk bahan dasar pembuatan sarung tenun. Di luar itu, kami sudah tidak sanggup lagi karena harga bahan bakunya naik setiap bulan,” ungkap Muhammad Alawi Nur Siraj pemilik Jaya Mukti Textile, Majalaya-Kab.Bandung.
Hal serupa juga diakui oleh para pelaku UMKM, yang harus melakukan efisiensi dan juga inovasi untuk bisa bertahan dalam situasi perekonomian yang tidak menentu, meski saat ini sudah memasuki masa pemulihan pasca pandemi Covid-19.(ha)***