KontraS Ajak 2 Istri Petugas Kebersihan JIS Ungkap Rekayasa Kasus ‘Sodomi’ Bodong
JAKARTSATU — Jika benar, bisa jadi ini menjadi kasus yang menghebohkan setelah kasus tukang sate Muhammad Arsyad yang membully Jokowi, apa pasal?
Kasus menghebohkan publik karena muncul pengakuan dua istri terdakwa kasus kekerasan seksual di Jakarta International School (JIS), Syahrial dan Agun.
Mereka mengungkap bahwa suaminya mendapat kekerasan dari pihak kepolisian. Haris Azhar Koordinator KontraS menyatakan hal senada dengan mendatangkan kedua istri petugas cleaning service itu dalam sebuah dialog bertajuk ‘Media Briefing KontraS, Tantangan Kinerja Polisi Di Pemerintahan Jokowi’ Selasa (4/11) di Cafe Tjikini Jakarta Pusat.
Tak hanya itu, para petugas kebersihan ini ternyata tidak bekerja dalam satu lokasi yang sama, yang satu di TK dan satunya di SD JIS seperti dituturkan pengacara Irfan Fahmi, mantan pengacara korban yang meninggal di kamar mandi kantor Polisi, Azwar.
Berdasarkan penjelasan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto cukup mengejutkan, Azwar meninggal karena meminum cairan pembersih lantai ketika izin untuk ke kamar mandi di sela-sela pemeriksaan penyidik Polda Metro.
“Kabar yang mengatakan ada bekas lebam ditubuh Azwar, itu tidak absolut dan tidak scientific,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, Senin, 28 April.
“Mak, lebih baik saya mati daripada mengakui perbuatan yang tidak pernah saya lakukan” kenang Irfan Fahmi menirukan ucapan Azhar kepada keluarganya.
Untuk mengklarifikasi hal ini, mantan pengacaranya Irfan Fahmi ikut memberikan penjelasan dalam acara KontraS ini, “Alharhum Azwar ditangkap hari Sabtu tanggal 26 April 2014 jam 2 dini hari, tanggal 20 April ia datang bertemu saya melalui adik kelas saya. Waktu itu kasus sudah ramai pada penangkapan pertama sekitar tanggal 3 April 2014. Azwar duduk bicara sama saya, diskusi pelan-pelan sama saya, Azwar sudah dua kali diperiksa. Menurut ceritanya Azhar ia dicurigai keterlibataannya dengan kasus JIS karena ada bakteri-bakteri, padahal ia menyatakan tidak sakit apa-apa.”
Ada pengakuan mengejutkan dari alhamrhum Azhar, “Mak, lebih baik saya mati daripada mengakui perbuatan yang tidak pernah saya lakukan” kenang Irfan Fahmi menirukan ucapan Azhar kepada keluarganya.
Namun Irfan menjelaskan, Azhar bunuh diri bukan karena takut, melainkan bentuk depresi karena tidak kuat disiksa atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannnya. Berdasarkan hasil foto korban meninggal Azwar memang ditemukan bukti kekerasan pada tubuh korban.
Pengakuan Mengejutkan Dua Istri Petugas JIS
Istri petugas JIS tersebut Ibu Yayah dan Ibu Narti, istri Syahrial, Yayah menyatakan “Waktu saya lihat dengan mata kepala sendiri suami saya semuanya habis, badannya pada sakit semua, lebam. Ada stapler di kupingnya, dia dipaksa untuk mengakuinya (melakukan kekerasan seksual). Dari jam 9 malam sampai jam 3 pagi disekap, supaya mengakui. Saya sampai tidak mengenali itu suami saya,”
Sedangkan istri terdakwa kasus JIS, Agun, Ibu Narti mengungkapkan pernyataan seanada, wanita berjilbab yang baru saja melahirkan ini menjadi saksi bahwa suaminya ditemukan dalam keadaan babak belur sehari setelah penahanan yang diduga korban penyiksaan.
“Penangkapan tanggal 3 April 2014, atasannya datang ke rumah bilang ‘suami (ditangkap) karena melakukan kekerasan’. Kakak ipar besok paginya menjenguk tapi udah babak belur, di matanya, di badannya semua lebam. Hari Seninnsaya baru ke sana luka-lukanya sudah hitam,” ungkap Narti dalam kesempatan yang sama.
Saat Agun ditangkap, Narti sedang dalam keadaan hamil. Anaknya pun lahir saat suaminya sedang berada dalam penjara. Narti sempat menanyakan kepada Agun apakah ia benar-benar melakukan tindak kekerasan seksual terhadap siswa TK JIS, Agun pun disebut membantahnya.
Dia bilang ngak bener, dia berani bersumpah demi anak yang sedang saya kandung, tapi dia bilang dia dipaksa untuk mengakui. Suami saya pernah disekap, dipakein lakban, pernah disetrum juga,” aku Narti.
“Tolong bebaskan suami saya, dia masih punya tanggung jawab untuk anak kami. Kalau bukan suami saya siapa yang menafkahi. Saya akhirnya kerja, anak saya tinggal di rumah. Sudah kehilangan kasih sayang ayahnya harus kehilangan kasih sayang ibunya juga,” tambah Narti sambil menangis.
KontraS sendiri melihat kasus JIS ini merupakan sebuah kasus yang direkayasa oleh Polisi atas laporan Ibu Theresia Pipit Kronnen. Selain itu juga menurut koordinator KontraS, Haris Azhar, penanganan kasus JIS ini sarat kekerasan terhadap terdakwa.
Hariz pun berharap agar kepolisian bisa membenahi instansinya, terutama dalam pemerintahan baru Presiden Joko Widodo ini. “Masyarakat tidak mungkin hidup tanpa polisi, tapi kita merindukan polisi yang berintegritas,” tutupnya.(VIC/JKST/HRT)