JAKARTSAATU.COM — Dosen Universitas Paramadina dan pernah Staf Khusus Wapres 2007-2014 Wijayanto Samirin, MPP mengatakan  bahwa saya ditugaskan untuk berbicara tentang turbulensi ekonomi kemudian dampaknya bagi dunia kerja dan bagaima kita bisa bersikap. Intinya nanti diakhir bagaimana melihat situasi ini sebagai peluang, kalau kita takut krisis, maka krisis itu akan semakin sering terjadi.

“Tiga krisis besar dunia terjadi dalam 25 tahun terakhir, tetapi 3 krisis besar sebelumnya terjadi dalam 225 tahun. Jadi dulu 225 tahun ada 3 krisis besar sedangkan sekarang dalam 25 tahun ada 3 krisis besar. Kalau kita melihat krisis sekarang, kita harus melihat bahwakrisis bukanlah sesuatu yang harus kita takutkan tetapi sesuatu yang ahrus kita hadapi,” ujarnya dalam DISKUSI KESEMPATAN KERJA DALAM TURBULENSI EKONOMI
Universitas Paramadina, 27 Oktober 2022

Dunia sedang mengalami pasang surut bukan pasang naik, jadi dunia kesulitan melanjutkan untuk berlayar, kemudian bagaimana dengan Indonesia, bagaimana dengan kita? Jadi ekonomi dunia seperti pesawat besar Airbus A380, mesinnya 4 penumpangnya banyak banget. Apa yang terjadi sekarang?

Mesin yang pertama itu Amerika Serikat dia mewakili 25% dari ekonomi dunia, Amerika Serikat mengalami masalah inflasinya tertinggi dalam 40 tahun terakhir, ekonominya mengalami perlambata, mesin kedua Namanya China mewakili 18% ekonomi dunia, China juga mengalami masalah, ekonomi nya sedang turun dengan penyebab yang tidak pernah terjadi sebelumnya karena kekeringan, produksi pangan turun, selama ini  bergantung pada PLTA namun karena kekeringan pun mengalami masalah.

Mesin Ketiga namanya European Union mewakil 18% ekonomi dunia, tidak ssedang baik-baik saja karena adanya konflik, sehingga mereka kesulitan untuk mempertahankan ekonomi dunia. Memprediksi perekonomian EU sama saja seperti memprediksi pemikiran Putin, tidak ada yang bisa prediksi bahkan Putin sendiri mungkin belum memiliki rencana.

Mesin yang keempat adalah Rest of The World berada diluar ketiga kelompok ini mewakili 39% ekonomi dunia termasuk Indonesia, yang masih berfungsi dengan baik tapi juga ada masalah, Saat ini ada 27 negara yang sedang mengantri di IMF untuk dibantu seperti Indonesia pada tahun 98. 39% ini tidak mengalami krisis tapi juga tidak baik-baik saja. Sehingga sebagai penumpang jika kita mengharapkan pesawat terbang tinggi dan juga smooth, sampai tujuan on time itu sedikit berat karena kita harus bersiap dengan adanya guncangan-guncangan.

“Krisis yang terjadi di masa lalu bisa kita lakukan identifikasi, karena pada masa lalu kalau bukan krisis keuangan pasti krisis energi solususinya pasti perbankan masalah, solusinya kita perkuat perbankan sehingga ekonomi dapat berjalan lsgi.  Kalau ada krisis yang mirip, tinggal buat resep beli obtanya. Krisis yang sekarang berbeda ada Pandemi Covid, Perang Ukraina-Rusia, Kekeringan di China terburuk selama 60 tahun terakhir, an apakah krisis Lembaga keuangan di dunia juga akan berbenturan,”jelasnya.

Kalau pertumbuhan ekonomi bagus, maka perusahan akan membuat ekspansi dan membuka lapangan pekerjaan baru, namun Kalau pertumbuhan ekonomi rendah, maka perusahaan akan mengerem ekspansinya bahkan membuat efisiensi sehingga  pekerjaan menjadi lebih mennatang, lebih sulit.

Kita akan menghadapi era dimana kritis akan sering terjadi, kita tidak perlu takut kepada resiko, tapi kita harus pandai menghadapi resiko. Dari pembacaan saya dari literature dan juga pengalaman, supaya bisa survive di era ketidakpastian seperti ini kita perlu mindset baru, attitude dan skill baru, dan kita perlu model bisnis baru. Kalau kita menggunakan mindset lama, attitude lama, dan bisnis model lama kita tidak akan survive.
Krisis adalah kesempatan bahkan krisis itu seperti anada mau masuk lift, anda mau berpindah dari lantai sat uke lantai 4, apa yang harus anda lakukan? Kita akan mengantre. Tapi krisis memberikan kesempatan, misalnya jika dalam sebuah lift ada yang kentut misalnya maka semua orang dalam lift akan bubar, keluar. Namun jika kita bisa tahan, pakai masker misalnya makan kita bisa survive di lift itu. Ketika krisis ada juga yang memutuskan naik tangga saja, ternyata lebih cepat lebih sehat, namun jika tidak ada krisis, maka kita tidak akan mengetahu cara lain untuk berpindah keatas.

Saya banyak berinteraksi dengan anak muda, saya itu grogi kalau bekerja dengan anak muda karena mereka lebih melek teknologi, kreatif, cekatan. Kalau kita masih muda takut bersaing dengan senior itu salah karena kebaliknnya para senior yang merasa lebih grogi. Jadi kemudaan rekan-rekan itu adalah keuntungan.

Wijayanto menambahkan setelah proses kuliah anada akan dihadapkan Kembali oleh proses pembelajaran yang, sangat pasif, produktif, dan dinamis, dihadapkan dengan dunia nyata, hal baru. Problem kita seringkali kita belajar merasa nyaman, karena belajar menggunakan cara yang sama. Ada org yang sudah kerja 10 tahu, sebenarnya pengalamannya hanya 1 tahun tapi diulang sebanyak 10 kali.

“Di kampus temana-teman belajar tentang knowledge tetapi dibutuhkan juga soft skill, life skill, negotiation skill, bagaimana teman-teman bisa meyakinkan seseorang interviewer. Soft skill yang membuat teori berenang itu membuat teman-teman bisa berenang, life skill yang membuat teman-teman bisa berenang di laut, dihadapi dengan stress, krisis. Jadi improve terus dari knowledge, lengkapi dengan soft skill dan life skill. Knowledgenya di Paramadina banyak, soft skillnya juga banyak Ketika kalian dihadapi dengan urusan organisasi, life skill Ketika kalian dihadapi dengan orangtua yang terlambat mentransfer uang kos, sehingga kalian harus bertahan,” ungpaknya.

Handi Risza (Wakil Rektor Universitas Paramadina) mengatakan terjadi pergeseran resiko dari Covid menjadi perang pada Rusia dan Ukraina, awalnya telah dipicu oleh kondisi inflasi yang membuat berbagai negara kesulitan, apalagi kita ketahui Rusia itu memasok 40% sumber energi ke Eropa. Lonjakan inflasi terjadi dilanjutkan dengan krisis energi dan pangan yang disebabkan oleh Rusia dan Ukraina yang membuat juga banyak negara maju yang mengantisipasinya. Salah satunya cara negara mengantisipasinya yang kita alamai saat inia dalah kenaikan suku bunga, sebagai upaya menyelamatkan ekonomi mereka.

“Ada momentum besar untuk Indonesia pada 2045, yaitu 100 tahun kemerdekaan RI. 20-23 tahun lagi untuk mahasiswa S1 kalian berusia 45 tahun dimana pada usia gagah-gahanya, kalian akan menjadi actor utama pada tahun 2045 ini. Apa yang terjadi di tahun 2045 ini, kelas menengah akan tumbuh subur, termasuk Indonesia. Selain itu penggunaan teknologi juga akan semakin maju, kemudia perubahan iklim, perubahan geopolitik, Lembaga internasional akan dikuasai oleh negara -negara margin market seperti Indonesia saat ini, terjadi urbanisasi ilmiah banyak orang yang akan migrasi ke negara-negara Asia, karena memiliki potensi untuk memajukan Dunia. Motor terkuat di Asia selain di China juga ada di Indonesia, itu yang perlu kita lihat sebagai nilai positif kita saat ini,” ungkpanya.

Ditambahkannya apa yang dialami bangsa kita saat ini? Saat ini bangsa kita sedang mengalami apa yang disebut dengan bonus demmografi. Hal ini adalah anugerah untuk bangsa kita, seperti dulu Jepang Ketika awal awal tahun 45 itu luluh lantah, tetapi dengan restorasi Meji mereka mampu bangkit dan menjadi negara dengan ekonomi dan penguasaan teknologi terbaik sampai saat ini. Korea juga seperti itu, tahun 60an masih miskin bahkan lebih miskin daripada kita, tambahnya.

Tapi karena kemampuan sumber daya yang mereka miliki, dan penguasaan teknologi yang korea miliki, mereka menguasai teknolohgi terbaik saat ini. Jika kita lihat ini merupakan golden moment sampai 2030, karena pada periode tersebut jumlah usia produktif paling besar pada periode tersebut.

“Saat ini 80% populasi kita berada pad usia produktif, Artinya jika dikelola dengan baik, merek memiliki pekerjaan yang baik, inilah momen pertumbuhan kita, sehingga diharapkan 2045 kita sudah sejahtera, karena sedang ada pada usia yang aktif. Kalau kesadaran kolektif ini dibangun maka kita akan menjadi champion pada tahun 2045 tadi,”ujarnya.

Namun bonus demografi ini juga dapat jadi bencana, jika lapangan pekerjaan sedikit, maka anak mud aini akan banyak yang menganggur karena tidak memiliki pekerjaan. Sehingga ini akan menjadi beban negara, karena negara harus bayar subsidi untuk teman-teman semua, subsidi energi, subsidi listrik.dan menanggung beban usia produktif akan lebih berat dengan menanggung beban usia tidak produktif. Hal ini akan berakhir pada tahun 2030 karena usia produktif ini akan semakin menua.

Masih katanya bahwa tahun 2004 APBN Indonesia masih 500-600 Triliun tapi hari ini naik sekitar 6 kali lipat. Pembelanjaan negara kita saat ini 3000 T. Artinya ekonomi ini tumbuh, berkembng, hal ini didukung oleh pendapatan negara kita dari pajak hampir 2000T dan juga belanja negara kita juga cukup besar berartti pemerintah punya budget untuk penggelapkan perekonomian kit aini, kalau itu dikelola secara baik seharusnya tidak ada alas an kita menjadi miskin, karena kita sudah memiliki modal 3000T, maka itu kita bisa menjadi anggota G20, yaitu negara yang memiliki perekonomian terbesar di duni, ini adalah satu modal yang membuat kita harus optimis untuk menjadi lebih baik kedepannya.

“Kita harapkan jika semua dapat dikelola dengan baik, kita harapkan pada tahun 204 kita bisa menjadi salah satu kekuatan besar perekonomian dunia, tentu saja dengan melakukan mitigasi-mitigasi yang sedang terjadi kita harus mampu menjaga daya beli masyarakat dan juga eningkatan ekspor dan impor,” lanjutnya.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh teman-teman kuasai yang pertama adalah hardskill yang telah didapatkan dibantu kuliah, yang kedua ada softskill yang saya yakin teman-teman juga sudah miliki bagaimana cara bernegoisasi, diplomasi.

“Yang terakhir adalah life skill yang perlu kita implementasikan, yang dapat kita temukan di Paramadina seperti Keindonesiaan, Kemodernan, dan keislamaan sehingga kita memliki idealisme dan karakter,”tutupnya. (YS/JAKSAT)