Oleh Imam Wahyudi (iW)
Zainudin Amali menyatakan mundur dari kursi menpora secara informal. Kabar _running text_ di saluran TV hari ini. Tak mengagetkan. Dia wajib mundur sebagai menpora. Lantaran terpilih jadi Waketum PSSI.
Yang mengagetkan, justru saat ikut berselancar di KLB PSSI pekan lalu. Menpora merupakan strata tertinggi pembinaan olahraga. Di atas KONI, terlebih PSSI. Menpora menjadi bagian kabinet pemerintahan. Dengan kata lain, PSSI menjadi bagian kecil dari nomenklatur program dan kegiatan menpora. Koq, bisa kejaran turun strata? Itulah yang terjadi. Nyata. Tak semata soal etika. Lantas ada apa?
Zainudin Amali mundur dari kursi menpora, sependek ini baik-baik saja. Tak lanjut rangkap jabatan. Lantas bagaimana dengan Erick Thohir? Dia terpilih jadi Ketum PSSI. Dalam posisi Menteri BUMN.
Sebelum Erick, sudah ada pendahulunya. Prabowo merangkap menjadi Ketum IPSI. Meski jabatan itu sudah diemban sebelum menjabat menhan. Ada pula yang lain. Posisinya lebih pada dukungan moral material. Dalam rangka pembinaan dan olah prestasi.
Kasus Erick dan Zainudin yang sama menteri, selintas sama. Entengnya, sejauh mampu meminej waktu dan tenaga. Itu kata penguasa istana. Narasi pembenar, yang tak selalu benar. Bolehkah rangkap jabatan, semata tak ada aturan soal itu? Ada etika di atas ketiadaan aturan. Etika yang hendaknya senantiasa terjaga.
Pilihan atau skenario jabatan yang ditempuh Zainudin, sejak awal (sudah) dinilai tak etis. Justru dalam posisinya yang memayungi semua organisasi induk cabang olahraga (cabor). Bapak semua cabor. Bapak yang mestinya mengayomi. Malah mengawini.
Zainudin Amali seolah tengah berapologi. Bahwa PSSI lebih bergengsi. Betapa pun dalih “ingin (serius) urus PSSI dengan benar”. Artinya ada (banyak) salah sistem kelola PSSI sebelum ini. Lantas bagaimana tanggungjawab Zainudin sebagai menpora? Beliau mencanangkan program DBON. Desain Besar Olahraga Nasional, sebuah program (prestasi) berkelanjutan. Dipatok lewat Perpres no. 86 tahun 2021. Meninggalkan kewajiban. Ibarat pepatah Sunda: Cul dogdog tinggal igel.
*) jurnalis senior di bandung.