OLEH AENDRA MEDITA KARTADIPURA*)
DALAM waktu yang tinggal beberapa bulan lagi negeri akan berubah. Jika negeri ini permukaannya masih kuat akan akar logika, maka pandangan pun akan nalar adanya waktu yang santa berarti.
Sebuab Fatamorgana adalah gejala optis yang tampak pada permukaan yang panas, Fatamorgana kelihatan seperti genangan air, didalamnya hal yang bersifat khayal dan tidak mungkin dicapai itulah Fatamorgana sebenarnya.
Hiruk pikuk berlanjut, setelah nama-nama bayangan itu belum juga menyebutkan siapa dan akan siapa maju yang ikut dalam pertarungan pada tahun depan, sebabnya memang masih semua wacana, bisanya berbuat soal nyinyir yang ada kepada calon yang sudah siap dengan tiga partai. Bahkan sudah siap dikendalikan bahwa akan ada batu sandungan dengan politisasti hukum yang dikemas.
Takut atau gagap tentu kita tak tahu. Itulah yang ada. Kita masih nunggu yang kuat dengan satu partai pun masih belum mengajukan jagoannya siapa dia akan jadi ajuannya, meski ada simbol-simbol atau kode-kode di yang diisyaratkan. Namun inilah warna negeri ini.
Ada juga yang kolaborasi sampai kini masih pertemuan dan pertemuanya rame sebagai kerinduan tampil di media, seperti warna bercorak rame-rame itu jadi ceremony tanpa hasil dan media mencatatnya, meski tetap yang kuat di warna konvensional, selebihnya seperti ingin megubur kisah uang yang ratusan T di dalam drama gedung parlemen yang persoalkan dana di kementerian itu. Catatannya memang agak aneh ada kekeliruan dana negara masa hasilnya damai dan lupa ada hukum yang mestinya ditegakan, bukan sekadar simbol belaka hukum itu. Apa akan ada episode baru bak sinetron yang minimal 13 episode itu? Kita tak tahu, saksikan saja kelanjutannya apa?
Hanya mengingatkan bahwa akan adanya atau ingin adanya penerus untuk yang siap lanjutkan program seperti belum dipegang kuat. Lalu mesti turun gunung, padahal waktu yang sudah mau habis lebih baik benahi laporan kelak agar buat contact report atau siapkan diri untuk mencapai legacy yang elegan. Waktu yang efektif adalah buatlah catatan bahwa selama dipegang sudah anu dan anu, meski semuanya pasti akan banyak improvisasi, tapi paling tidak itu adalah laporan yang diyakini, lantas kasusnya tentang otentik diri studi masih belum usai. Tak banyak yang mau bicara tokoh yang berpangkat datau punya nalar tinggi, tapi yang risiko jadi akibatkan tetap terstempel posisi tak elok.
Balik lagi soal Fatamorgana itu ada tapi sulit diraihnya, tapi untuk jujur dan bijak harusnya bukan Fatamorgana hidup ini sebab perlu keyakinan bahwa kehidupan adalah cara terbaik untuk pengabdian dan bangsa ini perlu diangkat nilai luhur setinggi mungkin dan martabatnya hanya dengan kejujuran dan kesetian yang hakiki. Tabik…!!!
Kebagusan-Jagakarsa, 8 April 2023