DR Anhar Gonggong : Ideologi itu Tidak Pernah Mati Kecuali Diberi Ruang Kembali

JAKARTASATU.COM– Pakar Sejarah Dr. Anhar Gonggong, MA menghadiri sebagai narasumber pada diskusi publik yang di selenggarakan oleh KAMI dengan mengambil Tema “Dendam Politik PKI di Balik Inpres Nom 02 tahun 2023?”.Jakarta 13/04/2023.

Menurut Anhar Gongong sepanjang sejarah yang namanya ideologi itu tidak pernah mati. Persoalannya hanya pada apakah ada kesempatan terbuka buat kembali atau tidak. Artinya dalam konteks sekarang hilang tapi apakah masyarakat membuat ruang deologi tersebut untuk kembali, kemungkinan itu bisa terjadi, kalau masyarakatnya membuka ruang tersebut. Kalau tidak memberi ruang maka tidak akan kembali muncul.

Bagi Anhar, hal yang harus kita fikirkan sebenarnya adalah bagaimana seharusnya kita menjadi sebuah bangsa yang memahami apa maksud kita merdeka. Kan persoalannya itu.

“Kita mau hidup bersama di sebuah negara merdeka dengan tatanan-tananan yang sudah jelas. Oleh karena itu kita punya aturan-aturan. Nah ini yang menurut saya sepanjang 77 tahun kita membuat aturan tapi pada saat yang bersamaan menjatuhkan aturan itu,” ujarnya

Ian mengakui fakta terjadi adanya komunisme , PKI di Indonesia melakukan pemberontakan tahun 1948, 1965 dan pembunuhan.

“Tapi sekarang banyak orang mengatakan ngapain bicara komunis sekarang, komunis sudah mati kok. Tapi saya selalu berpendapat bahwa tidak ada ideologi yang mati. Peraoalannya seperti tadi saya katakan adalah apakah ada diberi ruang dia untuk kembali,” tegasnya.

Kemudian Anhar memintan kesadaran para politisi, jugamasyarakat bagaimana menjalankan republik ini dengan sebuah landasan yang sudah disepakati bersama yang bernama pancasila. Titiknya ini di situ.

“Persoalan besarnya adalah bagaimana para politisi menterjemahkan dan memprogramkan sebuah masyarakat yang berpancasila itu bentuknya apa? Wujudnya seperti apa ?” tanyanya.

“Apakah pernah ada partai politik yang memprogramkan mau membentuk suatu masyarakat pancasila yang sperti ini ? Sepanjang yang saya ingat tidak ada,” tangkasnya.

Makanya kita lihat nanti dalam pemilu apakah ada partai yang akan berbicara bahwa masyarakat yang akan dibangun adalah sebuah masyarakat pancasila dengan model seperti ini dengan program-program seperti ini,” tantangnya

“Saya sudah berkali-kali bicara tentang hal ini tapi tidak pernah ada yang menanggapi,” ujar ahli sejarah ini.

Dalam penglihatannya jika terus bertengkar, tidak akan selsesai. Dan kita tidak mungkan akan menciptakan suatu kenyataan yang lebih baik kalau hanya bertengkar. Fakta sejarahnya seperti itu.

“Tidak ada negara yang maju di dunia ini ketika pqra pemimpinnya terus bertengkar. Kita harus fahami secara faktual. Hanya negara yang mampu menyelesaikan persoalan-persoalannya secara jernih dan berdasarkan aturan-aturan yang mereka sepakati bisa berkembang dengan baik dan maju. Itu fakta sejarah juga,” tambahnya

“Nah oleh karena itu apa yang kita bicarakan ini dengan berbagai aturan sebenarnya saya melihat langkah yang diambil Pak Jokowi dengan jalan ini sebenarnya ini adalah sebuah langkah yang coba dilihat, coba dimajukan dan diputuskan sedemikian rupa sebagai suatu jalan yang kemungkinan akan dapat dijadikan sebagai pedoman.Hanya masalahnya adalah berbagai hal yang masih mengadung yang sensitif. Terutama yang berkaitan dengan peristiwa 1965,” menurutnya.

“Saya bisa memahami spikologi akibat kejejaman-kekejaman yang pernah terjadi dari tahun 1948 dan melompat ke tahun 1965. Bagi saya yang dekat dengan Pak Jendral Nasution, juga Pak Gatot dekat dengan dari kalangan yang mengalami jadi korban juga masyarakat merasakan dan trauma. Ada kepedihan,” ungkapnya

Harapan Anhar Gonggong semoga apa yang uraikan Pak Gatot Nurmatyo tidak terjadi. Jika terjadi maka republik ini bisa hilang.

Yoss/Jaksat