PKS PARTAI YANG KONSISTEN BELA RAKYAT ?
Walau Partai Keadilan Sejaktera (PKS) bukan partai pertama mendukung Anies, tapi ada kedekatan tersendiri antara Anies dan PKS. Partai ini sangat unik, ketuanya disebut presiden, tetap jarang sekali muncul ke permukaan, yang lebih dikenal adalah PKSnya. Pangilan sesama kader juga unik, yakni ustad (guru), sehingga diharapkan kader PKS diharapkan dapat menjaga diri dengan baik, malu jika perbuatannya menyimpang.
Presiden PKS Ustadz Ahmad Syaikhu, jebolan STAN, mantan auditor di BPKP, terlihat low profile, jarang disorot pers. Akan tetapi partai yang dipimpinnya merupakan partai yang konsisten bela agama dan bela rakyat. PKS tidak ikut menandatangani UU yang merugikan rakyat, sehingga tingkat kepercayaan publik pada partai ini sangat tinggi.
Walau pernah dilanda masalah korupsi dahulu, partai ini dapat meraih kepercayaan lagi dari masyarakat. Sekarang PKS telah bergabung di koalisi perubahan, menjadi pejuang pembela agama dan rakyat.
Jika pilpres dan pileg 2023 jadi dilaksanakan, diprediksi suaranya bertambah secara signifikan. Programnya bisa meneruskan apa yang telah dilakukan Anies dapat jadi Gubernur a.l. membebaskan PBB bagi masyarakat menengah bawah, memperbaiki sistem perhubungan antar kota, antar provinsi, mencabut insentif pajak orang asing dan keringanan Bea Keluar bagi produksi tambang, memberikan subsidi pada petani dan nelayan serta subsidi lainnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Membatasi kepemilikan tanah & bangunan serta ijin-ijin bagi perusahaan asing. Mengelola Bumi/Tanah dan air oleh negara bagi kesejahteraan rakyat pribumi.
Masalah lainnya yang perlu diatasi adalah tingginya ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin, ke tidak adilan di bidang hukum dan sosial. Rusaknya moral sebagian besar para petugas Bea Cukai, Perpajakan, pengadilan, kejaksaan, Kepolisian dan di DPR, barangkali bisa menjadi prioritas PKS dalam mengambil garis kebijakan bersama kelak.
Semoga tidak ada kader yang ingin mencari nafkah di PKS, tetapi justru menjadi pejuang dalam arti yang sesungguhnya. Sebagai satu-satunya partai agamis, nasionalis, PKS diharapkan menjadi panutan di dalam koalisi perubahan.
PKS bisa menyumbang suara terbesar bagi koalisi perubahan, yakni limpahan suara pendukung Prabowo yang kecewa khususnya emak-emak dan umat Islam. PKS sendiri memiliki basis masa yang kuat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Limpahan suara pendukung Jokowi dan partai koalisi penguasa yang telah hijrah akan terbagi ke 3 partai yang ada di koalisi perubahan yakni Nasdem dan Demokrat sebagai partai nasionalis dan PKS sebagai partai agamis nasionalis.
Dengan semakin paniknya Jokowi dalam mengusung capresnya, semakin banyak kader di koalisi penguasa yang justru pindah haluan ke kubu koalisi perubahan. Ini menguntungkan PKS dan kedua partai pengusung lainnya. Kader-kader ini ingin hijrah, tidak ingin menjadi bagian dari kemunafikan, kecurangan dan image buruknya penguasa yang menghalalkan segala cara untuk menang.
Untuk memperkuat sikapnya, PKS perlu menyatakan sebagai partai anti komunis, sehingga para punawirawan tidak ada keraguan terhadap PKS. Di Dewan Pakar terlihat ada juga jendral purnawirawan. Yang menarik ternyata kader PKS ini ada juga yang non Islam, misalnya di Papua. Tentu mereka melihat programnya yg bagus dari PKS dalam membela kepentingan rakyatnya.
Sebagai partai agamis tentu akhlak para kader sangat diutamakan, keberanian melawan kedzaliman atau Jihad serta membela yang lemah perlu dijadikan pegangan.
Kedekatan dan komunikasi dengan para ulama lurus perlu dijaga. Jangan takut pada musuh Islam yang memberikan framing negatif seperti radikal, teroris, garis keras, dst. Mereka sebenarnya takut pada umat Islam yang cinta pada agama dan negaranya.
Sebaiknya PKS ambil inisiatif untuk sering berkomunikasi dengan para ulama dari ormas apapun serta para profesional, akademisi, dll untuk memperluas wawasan keadilan, kesejahteraan dan kebangsaan.
DR Ir Memet Hakim, Pengamat Sosial & Ketua Wanhat APIB