Aendra MEDITA/ist

APA yang terjadi saat ini. Banyak sekali, ada soal pilpres 2024 yang makin panas, ada sekelompok torehkan darah, ada ruang kewarasan, bahwa pembelaan itu benar. Apa ini gimmick atau hanya gertak ? Semoga semua demi kebaikan

Yang mesti malu yang ambil, katanya begitu kata kawanku dan kita makin yakin itu bahwa mereka akan menghambat jalannya demokrasi, dan mungkin juga mereka akan mengunting jalan yang sedang dimintakan rakyat.

Mengunting dijalan adalah sebuah keanehan yang akut. Sebuah rasa yang tujuannya harus untuk bangsa jangan sampai tergadai. Semua perjuangan dan masing-masing punya tujuan perjuangan. Kita harus membaca situasi tapi yang mana yang baik harusnya berpikir untuk rakyat, bukan untuk kepentingan golongan atau kelompoknya.

JIka ingin bertahan pada tatanan yang merusak hendaknya tahu diri, jika jalannya untuk adil dan makmurkan rakyat harus berlakulah secara tulus. Element hukum dijarah dengan sejumlah instrumen yang absurd. Ada yang suka menghina islam tak pernah disentuh. Ada yang baper lalu disebut ujran kebencian dan lalu cepat diproses dan dibui. Ini Indonesia negeri cintaiku selamanya, harus dijaga jangan ada yang masuk dengan cara kashi hutang-hutang lalu kalau macet bayarnya diakui sisi, inilah absurd.

Secara sejarah Indonesia adalah kaya raya, tapi hasilnya buakn untuk kita. Senayan sempat manggil para penguasa mineral yang kelola nikel, semua tak bisa bahasa Indonesia. Hasil bumi kita kini tak lagi sesuai berdasarkan jiwa Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam strategis yang terkandung di dalam bumi Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai negara. Nah inilah yang saya maksud absurd jika dikuasia asing maka jelas pada 34 itu tak akan terpenuhi.  Dimana Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar.

Jika pasal 33 dan 34 padu padan maka nampaknya kemiskinan tak akan timpang bahkan ilang. Pola mengentaskan kemiskinan harusnya berdasar pada ini. Semoga saja ini jadi cermin, untuk pemimpin akan datang. Saat ini jelas sangat beda jauh terlalu menohok banyak yang timpang. Tabik…!!!

Aendra Medita

Kebagusan, Jakarta 17 Juni 2023