Sandi, Dudung, dan Nasaruddin Berpotensi Kuat Dampingi Ganjar

JAKARTASATU.COM— Analis politik dari Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting memprediksi ada tiga kandidat kuat bakal calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi bakal calon presiden (Capres) Ganjar Pranowo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Tiga kandidat kuat itu berlatar belakang berbeda dengan Ganjar Pranowo, sehingga berpotensi kuat menambah perolehan suara dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 mendatang.

“Tiga nama itu adalah Sandiaga Uno, Jenderal Dudung Abdurachman, dan Nasaruddin Umar yang sangat potensial mendampingi Ganjar Pranowo dalam pilpres 2024 mendatang,” ungkap Selamat Ginting di Kampus Unas, Jakarta, Selasa (20/6).

Menurut Selamat Ginting, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman, dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar memiliki latar belakang berbeda dengan Ganjar yang dipersepsikan sebagai politikus nasionalis sekuler sesuai karakter dari PDIP.

PDIP, lanjut Ginting, akan melihat kandidat bakal cawapres dari koalisi kompetirornya. Jika mengusung pengusaha, maka yang akan ditampilkan adalah Sandiaga Uno. Jika menampilkan figur dari militer, maka PDIP akan menempatkan Jenderal Dudung Abdurachman. Selanjutnya, jika koalisi lawan menampilkan tokoh ulama, maka partai banteng moncong putih akan menyorongkan Nasaruddin Umar.

“Jadi PDIP biasanya akan melihat calon kompetitornya terlebih dahulu dalam mengusang kandidat bakal cawapres. Hal itu akan dilakukan di ujung akhir pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada November 2023,” kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Una situ.

Dikemukakan, Ganjar dicitrakan sebagai aktualisasi partai bercorak nasionalis sekuler dan memiliki basis massa kuat di Jawa Tengah dan Bali. Sehingga PDIP membutuhkan pendamping yang kuat di luar Jawa Tengah dan Bali. Ketiga tokoh itu dicitrakan sebagai figur nasionalis religius dan dapat mendulang suara di wilayah di mana suara PDIP kurang kuat.

Sandiaga Uno

Dikemukakan, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang berkoalisi dengan PDIP, berpotensi kuat menyorongkan Sandiaga Uno. Sandi merupakan kader baru partai berbasis massa Islam tersebut.  Sebelumnya Sandi kader Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan jelang pilpres ini pindah ke PPP.  PDIP membutuhkan dukungan partai berbasis massa Islam untuk mendulang suara di wilayah-wilayah di luar Jawa Tengah dan Bali. Khususnya di Sumatra dan Indonesia Tengah dan Indonesia Timur.

Menurut Ginting, Sandi berlatar saudagar sukses sangat diandalkan untuk bisa membantu membiayai logistik kampanye pemilu. Ia pernah menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Gubernur Anies Baswedan. Sandi kelahiran Riau, nenek moyang dari keturunan ayahnya berasal dari Gorontalo, Sulawesi. Masih bagian dari Kesultanan Gorontalo bermarga Manoarfa.

“Ia masih kerabat dengan mantan Presiden almarhum BJ Habibie dan elite PPP Suharso Manoarfa,” ungkap Ginting yang lama berkiprah menjadi wartawan bidang politik.

“Sementara nenek moyang dari pihak ibunya berasal dari Jawa Tengah. Ia masih keturunan dari Kyai Ngabei Kertoboso Bustam atau Kyai Bustaman dari Kerajaan Demak. Lokasi makam buyut dari kakek Sandiaga Uno, berada di lingkungan Masjid Agung Demak,” ujar Ginting, menjelaskan.

Lagi pula, lanjut Ginting, Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri pernah berpasangan dengan Ketua Umum PPP Hamzah Haz menjadi presiden dan wakil presiden pada 2002-2004. “PDIP dan PPP pernah bekerjasama pada 2002-2004 dan kemungkinan besar Megawati dan Hamzah Haz masih berkomunikasi dengan baik untuk mengusung pasangan Ganjar dengan Sandi.”

Dudung Abdurachman

Sedangkan figur Jenderal Dudung Abdurachman, lanjut Ginting, akan segera pensiun pada November – Desember 2023 ini. Jika Dudung akan dicalonkan sebagai bakal cawapres, maka dia bisa pensiun dipercepat beberapa hari sebelum proses pendaftaran bakal capres/cawapres pada Oktober 2023 mendatang.

“Jadi tidak masalah apabila Dudung akan dipercepat pensiunnya. Apalagi dari koalisi kompetitor ada Prabowo Subianto berlatar militer. Begitu juga dengan Koalisi Perubahan dan Persatuan, ada kemungkinan menampilkan bekas Mayor Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Jadi Dudung kemungkinan akan disiapkan untuk hal itu,” ujar kandidat doktor ilmu politik itu.

Dudung yang berasal dari etnis Sunda, lanjut Ginting, dikenal sebagai prajurit TNI yang tegas, berani, dan dekat dengan kalangan Islam. Jawa Barat adalah lumbung terbesar suara dalam pemilu. Dari Dudung diharapkan akan mendapatkan dukungan dari wilayah Jawa Barat plus Banten. Dua wilayah bagian dari suku Sunda yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Termasuk jumlah pemilih terbanyak dalam pemilu.

“Dari pihak ayahnya, Dudung merupakan keturunan ke 16 dari Sunan Gunung Jati, Syarif Hidayatullah. Dari pihak ibunya, ia keturunan ke 14 dari Sultan Maulana Hasannudin Banten. Itu menurut Jenderal Dudung berdasarkan silsilah keluarganya,” kata Ginting.

Ia termasuk pimpinan TNI yang rajin mengunjungi organisasi massa Islam di Tanah Air.  Termasuk menjadi ayah asuh anak-anak yatim piatu di sejumlah pesantren, membuat program bagi kalangan santri untuk masuk TNI AD. Begitu juga aktivitas kompetisi sepakbola lingkungan santri dan sekolah-sekolah Islam.  Dudung identik dengan figur nasionalis religius sebagai gambaran ideal pemimpin bangsa Indonesia. Bisa menjadi imam sholat, khotib, mengaji, sebagaimana kaum santri.

Nasaruddin Umar

Sedangkan Nasaruddin Umar, kata Ginting, figur ulama berlatar belakang Nahdlatul Ulama yang berasal dari Sulawesi Selatan. Mengingatkan duet Megawati Sukarnoputri bersama Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi pada pilpres 2004. NU dikenal sebagai organisasi massa Islam dengan jumlah terbanyak, khususnya di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

“Kiai Nasaruddin adalah salah satu Rais PBNU 2022-2027. Dikenal sebagai intelektual Islam yang moderat. Guru Besar dalam bidang tafsir Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,”’ ungkap Ginting.

Ada kemungkinan, kata Ginting, koalisi kompetitor akan menampilkan figur dari NU, seperti Khofifah Indar Parawansa, Muhaimin Iskandar, hingga Machfud MD. Maka, ketokohan Nasaruddin bisa dimunculkan oleh PDIP untuk menggenapkan raihan suara di kalangan Islam tradisional.

Yang menarik, lanjut Ginting, ketiga nama itu semuanya memiliki latar belakang pendidikan doktor melalui perkuliahan, bukan doktor honoris causa (penghargaan). Sandiaga doktor bidang manajemen usaha, Dudung doktor bidang manajemen strategik, dan Nasaruddin doktor bidang tafsir Alquran.

Puan dan BG

Di luar tiga nama itu, Ginting memprediksi, PDIP diam-diam juga menyiapkan dua nama kejutan, yakni Puan Maharani, ketua DPR RI dan Jenderal Polisi (Purn) Budi Gunawan (BG), Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Sejumlah spanduk dan baliho menjawab ada aktivitas mendorong BG tampil dalam pilres 2024 ini.

“Jika AHY sebagai anak mantan Presiden SBY bisa diterima, maka PDIP pun akan berpikiran sama. Puan juga harus bisa diterima sebagai bakal cawapres. Termasuk Budi Gunawan yang memiliki jaringan intelijen yang menguntungkannya untuk bisa maju sebagai bakal cawapres,” pungkas Ginting.

Yoss/Jaksat