Kaesang Diangkat Ketum PSI, Hendrajit: Uji Pasar Dinasti Politik
Jakartasatu.com— Kaesang Pangarep putra bungsu Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah syah menjadi ketua Umum Partai Sosialis Indonesia (PSI). Banyak analis menilai pro dan kontra.
Pengkaji Geo- Politik dan Direktur Executive The Global Review, Hendrajit menanggapi terkait hal tersebut disampaikan kepada redaksi Jakartasatu.com melalui saluler, Jakarta, Selasa 26/9/2023
“Kalau saya kok beda ya ngeliatnya wakru Kaesang gabung PSI. Kalau langkah ini merupakan cipta kondisi mencawapreskan Gibran rasanya terlalu linear arah tujuan permainannya. Malah kesannya terlalu repot repot banget,” kata Hendrajit
Lanjut Hendrajit, Tapi kalau sasarannya untuk memenangkan Kaesang atau Gibran buat DKI 1 ini logis. Karena 2019 PSI punya kursi 8 kursi di DPRD DKI. Di urutan keenam setelah PDIP yang menguasai 25 kursi. Gerindra 19 kursi,PKS 16 kursi, Demokrat 10 kursi, PAN 9 kursi, PSI 8 kursi.
“Jadi Nasdem yang cuma 7 Kursi, Golkar 6 kursi, PKB 5 kursi, dan PPP 1 kursi, PSI secara urutan peringkatnya berada di atas partai partai besar itu. Peta suara ini pastinya nggak akan berubah secara signifikan,” terangmya
Yang justru menarik disorot kata Hendrajit, apakah Kaesang dan Gibran merupakan aset atau malah justru laibility (beban) bagi PSI untuk mendongkrak penambahan suara partai yang di DPRD DKI saat ini berada di kelompok 6 besar? Pasar politik yang akan menjawab apakah Gibran atau Kaesang memang marketable.
“Nah justru di sinilah paradoksnya. Jangan-jangan ide dasar memasukkan Kaesang ke PSI bahkan jadi ketua umumnya pula, sejatinya malah bertentangan dengan skenario gerakan senyap mencawapreskan Gibran,” ungkap Hendrajit
Hendrajit menilai, Ide dasar untuk memenangi Kaesang atau Gibran dengan mengajak masuk partai adalah mempertaruhkan kedua putra presiden itu di pasar bebas politik. Adapun gerakan senyap mencawapreskan Gibran melalui koalisi parpol yang seolah olah rumit padahal berdasarkan konsensus pragmatis, ide dasarnya adalah mendirikan Dinasti Politik.
“Buat PSI kalaupun nantinya terbukti Kaesang atau Gibran tidak marketable, sama sekali tak merugikan. Anggap saja produk gagal dalam uji materi. Tapi kalau ternyata marketable, PSI malah makin untung. Sekalian aja diluncurkan sebagai pilot project,” pungkasnya. (Yoss)