Membangun Arsitektur Gerakan Perubahan

Penulis : dr Rus Muchamad

Praktek kekuasaan rezim Jokowi yang semena-mena dan ugal-ugalan mendorong publik untuk mewacanakan gerakan perubahan. Wacana ini kemudian berkembang menjadi Gerakan politik perubahan yang menjalar ke berbagai kota di tanah air.

Secara substantif Gerakan perubahan ini pada hakekatnya merupakan kelanjutan dari gerakan reformasi 98 yang menginginkan adanya sebuah pemerintahan yang demokratis, bersih, bebas KKN dan mampu mensejahterakan rakyatnya.

Pelopor Perubahan

Ada beberapa kelompok masyarakat sipil yang cukup konsisten menggaungkan wacana perubahan. Salah satunya (untuk menyebut nama) adalah KAMI, Komite Aksi Menyelamatkan Indonesia, yang dimotori oleh beberapa nama tenar seperti Gatot Nurmantyo, Din Syamsudin, Refly Harun, Rocky Gerung dsb. Walaupun tidak berorientasi sebagai gerakan yang berbasis massa, kelompok ini cukup inspiratif bagi publik dan membuat panas kuping istana.

Wacana perubahan ini kemudian semakin berkembang dan masif setelah gagasan ini diadopsi oleh beberapa partai politik yang tergabung dalam koalisi perubahan, seperti Demokrat, Nasdem, PKS.

Namun amat disayangkan. Partai Demokrat yang selama ini kita anggap sebagai partai pelopor perubahan harus “masuk angin” di tengah perjalanan, karena lebih memilih mengejar kekuasaan daripada mempertahankan prinsip dan identitasnya sebagai partai yang pro perubahan.

Berbeda dengan Demokrat, PKS dan Nasdem masih konsisten berada di barisan perubahan yang saat ini justru di diperkuat oleh PKB. Partai yang sebelumnya “dekat” dengan kekuasaan yang kemudian berbalik 180 derajat menjadi partai yang pro perubahan. Terpilihnya Cak imin menjadi cawapres Anies, praktis telah merubah wajah PKB dari partai yg membuntut kekuasaan menjadi partai yang kritis.

Bicara tentang Gerakan perubahan, akan “berdosa” kalau kita tidak menyebut gerakan kerelawanan. Gerakan kerelawanan yang wataknya menonjol sebagai pelopor perubahan adalah gerakan yang mendukung pencalonan mantan gubernur Jakarta, Anies Baswedan. Sejak awal gerakan ini sangat serius menggaungkan gerakan perubahan. Kehadiran Anies Baswedan dalam kontestasi pilpres 2024 telah menjelma menjadi sumber inspirasi, simbol dan representasi gerakan perubahan.

Kekuatan lain yang mendorong wacana dan gerakan perubahan adalah kelompok mahasiswa. Dalam sejarah panjang republik, Gerakan Mahasiswa (GM) selalu mengambil peran penting ketika bangsa ini menghadapi situasi yang pelik. Di saat Negeri ini mengalami Krisis konstitusi, demokrasi dalam ancaman atau praktek kekuasaan yang sudah diluar kontrol rakyat, GM sering muncul sebagai penjaga moral politik rakyat dan pemberi peringatan kepada kekuasaan yang melenceng.

Belajar dari Gerakan Reformasi 98

Saat reformasi 98 arus perubahan yang dipelopori gerakan pro-demokrasi telah menyapu pilar-pilar kekuasaan Orba yang sangat hegemonik dan Sombong. Ledakan partisipasi publik yang menginginkan perubahan telah mengguncang tembok tebal istana kekuasaan yang sudah bercokol selama 32 tahun.

Derasnya tuntutan perubahan, direspon oleh penguasa Orba dengan mundurnya tokoh sentral Orba, yaitu Soeharto. Lengsernya orang nomor satu rezim orba yang kemudian diganti oleh suksesornya, yaitu BJ Habibie, belum menyurutkan arus tuntutan perubahan. Untuk mengendalikan keadaan saat itu, BJ Habibie mengundurkan diri dan berjanji menyelenggarakan pemilu yang lebih demokratis

Insentit Elektoral Gerakan Ekstraparlementer Terhadap PARPOL Pro Perubahan

Pemilu pertama pasca lengsernya Soeharto, yang masih diselimuti angin perubahan, telah memberikan keuntungan politik elektoral yang sangat besar terhadap satu-satunya parpol oposisi saat itu, yaitu PDI yang kemudian berubah nama menjadi PDIP. Banyak kader-kader PDIP yg notabene kurang berkualitas pun bisa menjadi anggota dewan dan kepala daerah yang terpilih secara demokratis karena diuntungkan oleh atmosfir perubahan saat itu.

Dilain pihak (sebenarnya) dengan dibukanya kanal demokrasi elektoral ini telah melemahkan gerakan ekstraparlementer yang dipelopori GM dan berbagai kelompok masyarakat sipil. dua unsur inilah yang sebenarnya menjafi penggerak utama gerakan Reformasi (perubahan).

Potret sejarah ini telah mengajarkan pada kita bahwa untuk “menumbangkan” kekuatan status quo atau memperjuangkan perubahan tidak cukup dilakukan melalui jalur parlementer tapi harus d didukung gerakan ekstraparlementar yang kuat serta keikutsertaan gerakan masyarakat Sipil yang masif.

Momentum perubahan harus terus dijaga melalui gerakan ekstra parlementer dan gerakan Masyarakat sipil yang terus-menerus menyuarakan masalah-masalah kebangsaan dan isu-isu strategis lainnya yang penting untuk masa depan bangsa.

Strategi Menghadapi Pilpres

Sebentar lagi kita akan menghadapi kontestasi pilpres 2024. Satu-satunya Pasangan capres cawapres yang pro perubahan adalah pasangan Anies Baswedan dan Gus Muhaimin (AMIN).

Pasangan ini akan berhadapan dengan 2 pasangan lain yang mewakili kekuatan status quo. Salah satu pasangan yang mewakili kepentingan status quo ini (Prabowo-Gibran) dipastikan akan mendapatkan dukungan politik lawan logistik yang penuh dari penguasa. Karena Gibran adalah “putra mahkota ” anak seorang Presiden yang sedang berkuasa.

Walaupun secara faktual terdapat dukungan publik dan militansi relawan yang luar biasa terhadap pasangan AMIN, belum tentu bisa memastikan dan mengunci kemenangan.

Karena lawan yang dihadapi tidak main-main. Mereka punya kekuasaan politik, kekuatan aparatus dan sumberdaya yang tidak terbatas. Faktor dukungan kekuasaan ini bisa mempengaruhi hasil akhir dan menentukan siapa pemenang kontestasi politik ini.

Tanpa dukungan gerakan ekstra parlementer dan sokongan masyarakat sipil yang terus menerus menyuarakan dan menggelorakan perubahan, suara pemilih pasangan AMIN akan hilang dan hangus dibalik tembok-tembok kekuasaan.

Untuk mengantisipasi kecurangan dan akal-akalan dari pihak penguasa kita harus memiliki relawan dan dukungan publik yang kuat supaya bisa mengawal proses pemilu ini. Kuncinya adalah perrkuat keberadaan saksi- saksi di TPS dan kawal hasil perolehan suara di TPS seketat dan sejauh mungkin.

Sragen, 29 Oktober 2023