Dr Herdi Sahrasad dari Universitas Paramadina mengatakan bahwa Gerakan mahasiswa dan kaum muda di berbagai dunia, termasuk di Indonesia, merupakan bukti nyata masih berperannya civil society dalam memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan di tengah globalisasi kapitalisme neoliberal yang menghisap sumber daya sosial-ekonomi rakyat.
Pandangan dosen senior Sekolah Pasca Sarjana Universitas Paramadina ini merespon Gerakan Mahasiswa, Isu Kemanusiaan dan Keadilan di era Globalisasi Demokrasi dalam sebuah diskusi.
“Di setiap zaman, gerakan mahasiswa turun ke jalan saat menyaksikan terjadinya ketidakadilan di masyarakat atas kebijakan dan perlakuan sewenang-wenang oleh elite penguasa,’’ kata Sahrasad. Sebagai agen perubahan dan calon pemimpin, mahasiswa di tengah era disrupsi dan kebebasan mendapatkan akses ilmu, akses capital, akses informasi, dan gerakan mahasiswa senantiasa penting dalam memperjuangkan aspirasi rakyat tertindas dan kaum marginal umumnya, terang Herdi
Herdi Sahrasad mengemukakan pada perang Palestina-Israel, misalnya, kaum mahasiswa dan kaum muda di berbagai dunia, di New York, London, Paris dll, menggerakkan demo-demo protes atas kekejaman Israel terhadap Palestina. Itu soal kemanusiaan dan keadilan.
Nah kami melihat pandangan Herdi di Indonesia dalam pemilu kali nampaknya gerakan mahasiswa yang harusnya kekuatan kontrol sosial terbukti nyata dan diharapkan oleh rakyat banyak, kini berubah dan telah bergeser. Harusnya gerakan mahasiswa mendorong lebih tajam meski kini banyak namun belum tajam soal akan banyaknya curang,cawe-cawe dalam pemilu. Pemilu saat ini harusnya pemilu harus jurdil agar yang kalah legowo dan yang menang tidak jumawa, masih kata Herdi.
Kita melihat misalnya nyata dan kasat mata adalah calon capres dan cawapres tak mundur dari menteri dan walikota. Ini aneh, lucunya KPU juga main loloskan juga harusnya melakukan pelanggaran. Karena jiika mereka tak lolos maka tak boleh balik lagi. Eh ini akan balik lagi, enak banget ya…Presiden yang kampanye menjadi model iklan lebih parah lagi. Ini juga aneh. Dan asbusrd. Kenapa kini tak banyak yang mengkritis, atau banyak yang sudah menikmati….? Rusaknya reformasi kini makin menjadi
Tabik.. (Aen)